Jelang Final Piala Presiden, Fans Persib Ingatkan PSSI-Kemenpora

Persib Bandung akan berhadapan dengan Sriwijaya FC di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Minggu (18/10/2015).

oleh Kukuh Saokani diperbarui 15 Okt 2015, 11:02 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 11:02 WIB
20151011-Bobotoh-Viking Kuasai Si Jalak Harupat
Ribuan suporter membuat koreografi jelang menyaksikan laga Persib melawan Mitra Kukar di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Sabtu (10/10/2015). Persib loloske final Piala Presiden 2015 dengan agregat 3-2. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Bandung- Para pendukung Persib Bandung atau yang akrab disebut bobotoh tampak sangat antusias menyaksikan final Piala Presiden 2015, Minggu (18/10/2015). Meski harus tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan Jakarta, bobotoh bakal tetap berbondong-bondong mendamping Maung Bandung saat berhadapan dengan finalis lainnya, Sriwijaya FC.

Animo bobotoh menyaksikan Piala Presiden tak hanya saat Persib melaju ke final. Di babak-babak sebelumnya, Persib selalu mendapat dukungan penuh dari suporternya, utamanya saat tampil di kandang, Stadion si Jalak Harupa, Soreang, Bandung.

Menurut pentolan Viking Persib Club (VPC) Yana Umar, hal itu sangat wajar mengingat sepak bola Indonesia sempat mengalami mati suri pasca pemberhentian kompetisi Liga Super Indonesia (ISL) musim 2015. Menurutnya, bobotoh memang telah lama merindukan permainan tim kesayangannya. Apalagi pada musim sebelumnya, Persib sukses merebut gelar juara.

"Saya kira wajar. Meski kompetisi ini tidak resmi namun karena rindu akan sepak bola membuat antusias sangat tinggi meski sama seperti saat liga ada. Tapi ini bukti kita memang butuh liga," katanya saat ditemui di Bandung, Rabu (14/10/2015).

Yana menuturkan seharusnya PSSI dan Kemenpora melihat fenomena ini sebagai bahan acuan untuk bisa memperbaiki sepak bola Indonesia dan membuat liga digulirkan kembali. Pasalnya, kisruh yang melibatkan Kemenpora dan PSSI federasi sepak bola di Tanah Air telah menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi pelaku sepak bola termasuk para suporter.

"Beres Piala Presiden harusnya Menpora dan PSSI bertemu dan berunding mencari solusi yang terbaik untuk bisa menyelesaikan masalah ini. Jika wacana memperbaiki sepak bola Indonesia tidak mesti menghentikan liga," bebernya.

Selain itu dirinya meminta PSSI maupun Kemenpora mempertimbangkan kembali kerugian yang bisa diterima oleh sepak bola Indonesia jika perselisihan dan kisruh ini tetap berlanjut. "Yang rugi banyak. pemain, generasi muda sepak bola kita, pelatih, wartawan, penjual koran, pedagang baju banyaklah," kata Yana. "Lihat saja dengan adanya Piala Presiden roda ekonomi banyak orang kembali hidup. Intinya meski ada kisruh sepak bolanya harus tetap jalan," sambung Yana. (Okan/Rco)

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya