Liputan6.com, Valencia - Berbicara soal gaya membalap, Lorenzo memang bukan tergolong pembalap yang 'hobi' melakukan manuver-manuver ekstrem. Juara dunia MotoGP 2015 itu sukses mengasapi Valentino Rossi.
"Saya seperti mesin diesel. Saya selalu memberikan yang terbaik di akhir balapan. Dalam maraton, saya lebih baik di waktu-waktu terakhir," kata pembalap Yamaha Movistar Jorge Lorenzo mendiskiripsikan dirinya.
Berbicara soal gaya membalap, Lorenzo memang bukan tergolong pembalap yang 'hobi' melakukan manuver-manuver ekstrem. Sebaliknya, pembalap yang bernama lengkap Jorge Lorenzo Guerrero ini lebih suka membalap dengan 'aman'.
"Lorenzo ada di tengah-tengah. Akselerasinya tak lebih cepat dari Casey Stoner atau Dani Pedrosa, tetapi sangat bagus di tikungan. Dia campuran dari dua gaya membalap," kata Valentino Rossi soal gaya membalap Lorenzo.
Jorge Lorenzo lahir 4 Mei 1987 dan masuk ke dunia balap motor ketika masih berusia 15 tahun dengan membalap di kelas 125 cc pada 2002 untuk tim Derbi. Namanya mulai harum ketika menjuarai kelas 250 cc dua kali bersama tim Aprilia pada 2006 dan 2007.
Pembalap berjuluk X-Fuera ini naik kelas ke MotoGP pada 2008 dengan bergabung ke Yamaha. Bersama tim garpu tala inilah, gaya membalap seperti 'diesel' Lorenzo muncul. Padahal sewaktu membalap di kelas 250 cc, Lorenzo dikenal sebagai pembalap yang agresif.
Perubahan gaya membalap itu tidak sia-sia. Lorenzo perlahan mulai diperhitungkan sebagai salah satu pembalap berkelas di MotoGP. Hal tersebut dia buktikan dengan berhasil mengusik otoritas Valentino Rossi di Yamaha, dengan berhasil menjadi juara dunia pada 2010 dan 2012.
"Saya bergabung ke Yamaha pada 2008 dan Rossi adalah raja di garasi dan di paddock. Dia mencoba menegaskan hal tersebut dan tentu saja, itu tak membantu untuk membuat suasana menjadi baik," ujar Lorenzo.
Kini Rossi tidak sendiri menjadi raja di Yamaha. Lorenzo pun pantas disamakan dengannya. Sebab, Lorenzo berhasil mengasapi Rossi di seri terakhir MotoGP yang berlangsung di Valencia, Minggu (8/11/2015) malam WIB.
Finis di posisi pertama membuat jumlah poin Lorenzo melampaui Rossi yang finis di posisi keempat di Valencia. Pembalap Spanyol itu menjadi raja MotoGP 2015 unggul lima angka dari Rossi.
2 Sisi Mata Uang
2 Sisi Mata Uang
Hubungan Lorenzo dan Rossi memang seperti dua sisi mata uang. Keduanya adalah rekan satu tim namun di saat bersamaan, mereka adalah rival. "Kami tidak bisa mengatakan kami adalah teman, tetapi ada rasa hormat yang besar di antara kami," kata Lorenzo.
Relasi paradoks itu terus berlanjut dari musim ke musim. Dan puncak dari rivalitas antarrekan setim itu mungkin terjadi pada musim ini. Berbagai kontroversi muncul, salah satunya tuduhan Rossi yang menyebut ada persekongkolan Marquez-Lorenzo, gestur meremehkan Lorenzo kepada Rossi di GP Sepang 25 Oktober 2015.
Advertisement