5 Pemain Cadangan yang Akan Selalu Dikenang

Solskjaer jadi pahlawan MU, Krul bintang adu penalti Belanda.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 13 Feb 2016, 16:10 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2016, 16:10 WIB
Manchester United
Ole Gunnar Solskjaer (kiri) dikenal sebagai super-sub saat membela Manchester United. (AFP/Paul Barker)

Liputan6.com, Jakarta - Pemain cadangan tidak selamanya berstatus sebagai pelapis. Justru, ada  kalanya mereka tampil jadi penentu kemenangan setelah turun ke lapangan dari bangku cadangan.

Maka itu dalam sepak bola ada istilah super-sub, yang bisa diartikan sebagai pemain cadangan yang menentukan. Ole Gunnar Solskjaer sempat lama mendapat label ini saat masih membela Manchester United (MU).

Baca Juga

  • Ketika Hazard Kembalikan Ingatan Fans Amnesia Chelsea
  • Pakai Kokain, Eks Bomber Mitra Kukar Lolos dari Hukuman Penjara
  • Klopp Butuh Waktu Datangkan Prestasi Untuk Liverpool

Namun, tidak hanya Solskjaer. Masih banyak pemain-pemain lain yang turun  ke lapangan dari bench dan tampil sebagai pemain menentukan.

Memang, tidak selamanya pemain pengganti mampu menunaikan bebannya dengan  baik. Namun, jika di tampil gemilang pada momen yang tepat dan di sebuah  laga penting, dipastikan namanya akan selalu dikenang.

Berikut pemain-pemain pengganti yang mungkin namanya akan selalu diingat  orang karena berhasil menentukan hasil akhir pertandingan-pertandingan penting:

Tim Krul

Tim Krul
Aksi Tim Krul saat mementahkan algojo Kosta Rika di adu penalti perempat final Piala Dunia 2014. (AFP/Ronaldo Schemidt)

5. Tim Krul (Belanda), Perempat Final Piala Dunia 2014
Di Piala Dunia 2014, sejak awal Tim Krul memang sudah diplot pelatih  Belanda, Louis Van Gaal sebagai cadangan. Di setiap laga Belanda, Van Gaal  lebih memilih Jesper Cillesen sebagai kiper utama.

Namu di laga perempat final lawan Kosta Rika peruntungan Krul berubah. Di  menit ke-120, saat kedua tim bermain imbang 0-0. Van Gaal memasukkan Krul  menggantikan Cillesen. Sang pelatih ternyata memang telah menyiapkan Krul  sebagai andalan di bawah mistar dalam adu tendangan penalti.

Benar saja. Dalam drama adu penalti, Krul tampil menawan. Dia mematahkan  tendangan dua aljogo Kosta Rika dan membawa Belanda ke semifinal. Selain  refleks yang bagus Krul juga sempat melakukan mind game yang membuat  penendang Kosta Rika gugup.

Menariknya, di laga semifinal, saat Belanda harus kembali menjalani adu  penalti lawan Argentina, Van Gaal tetap mempercayakan Cilessen di bawah  mistar. Belanda pun kalah. Beruntung mereka masih terhibur setelah di laga  perebutan tempat ketiga mengalahkan tuan rumah Brasil 3-0.

David Trezeguet

img_trezeguet-10.jpg
David Trezeguet jadi pahlawan Prancis saat memenangkan Piala Eropa 2000. (AFP/Frank Fife)

4. David Trezeguet (Prancis), Final Piala Eropa 2000
Setelah sukses menjuarai Piala Dunia 1998, Prancis berambisi jadi juara  lagi di Piala Eropa 2000. Ketika itu di final, mereka harus menghadapi  Italia yang dilatih Dino Zoff.

Namun, laga puncak yang digelar di Stadion Feyenoord, Belanda, sama sekali  tak mudah bagi Prancis. Di menit ke-55, mereka tertinggal 0-1 lewat gol  penyerang Italia, Marco Delvecchio.

Pelatih Prancis, Roger Lemerre, pun harus putar otak. Salah satunya dengan  memasukkan tiga pemain pengganti: Robert Pires, Sylvain Wiltord, dan David  Trezeguet. Keputusan Lemerre tepat. Ketiga pemain ini langsung membuat  permainan Prancis lebih hidup.

Di masa injury time, Wiltord membuka kembali harapan Prancis dengan  mencetak gol penyama kedudukan. Dan, akhirnya di masa sudden death  Trezeguet memastikan kemenangan Prancis lewat golden goal-nya di menit  ke-103.

Ketika itu, FIFA dan organisasi di bawahnya memang masih menerapkan  "golden goal" untuk menentukan hasil laga, sebelum adu tendangan penalti.  Namun, format "golden goal" ini di hapuskan pada tahun 2002, usai ajang  Piala Dunia di Korea-Jepang.

Fernando Torres

Chelsea
Fernando Torres menyelamatkan Chelsea ke final Liga Champions 2011/12. (AFP/Adrian Dennis)

3. Fernando Torres (Chelsea), Semifinal Liga Champions 2011/12
Fernando Torres memang disebut-sebut sebagai rekrutan gagal saat membela  Chelsea (2010-2014). Namun, ada satu laga penting, saat namanya dipuja suporter  setinggi langit.

Di semifinal kedua Liga Champions di kandang sendiri, Chelsea tertinggal  1-2 dari Barcelona, di babak pertama. Tambahan lagi,  Chelsea harus bermain dengan 10 pemain karena bek John Terry mendapat  kartu merah di menit ke-37.

Ketika itu, jika Barcelona berhasil menambah satu gol, dipastikan mereka  yang lolos ke final. Itu karena di laga pertama Chelsea hanya menang 1-0 di  kandang Barcelona.

Untung pelatih Roberto Di Matteo cermat. Pada menit ke-80,  dia memasukkan  Torres menggantikan Didier Drogba. Tujuannya, tentu agar Chelsea bisa  mencetak gol dan mengamankan langkah mereka ke final.

Torres membayar kepercayaan yang diberikan sang pelatih. Pada masa injury  time, dia merobek gawang Barcelona dan membawa Chelsea ke final.

Chelsea akhirnya juara usai di final mengalahkan Bayern Muenchen lewat adu  tendangan penalti. Torres kembali jadi pengganti. Namun, dia tak bisa  berbuat banyak. Bahkan, namanya tak masuk dalam daftar eksekutor adu  penalti.

Dietmar Hamman

Hamman
Diemar Hamman bersama trofi Liga Champions 2004/05. (licencetoroam)

2. Dietmar Hamann (Liverpool), Final Liga Champions 2004/05
Kiprah Dietmar Hamann di Liverpool (1999-2006) sepertinya banyak dilupakan  orang. Sosoknya selalu berada di bawah bayang-bayang sang kapten,  sekaligus gelandang andalan, Steven Gerrard.

Namun, pada final Liga Champions 2004/05 lawan AC Milan, Hamann tampil  sebagai salah satu pahlawan Liverpool. Hebatnya lagi, di laga itu dia  tampil sebagai pemain pengganti.

Liverpool dalam posisi tertinggal 0-3 saat Hamman dimasukkan menggantikan  Steve Finnan pada menit ke-46. Hadirnya Hamman ternyata membuat permainan  Liverpool berubah.

The Reds akhirnya berhasil menyamakan kedudukan lewat gol-gol dari  Vladimir Smicer, Gerrard, dan Xabi Alonso. Liverpool akhir tampil sebagai  juara setelah mengakhiri laga dengan adu tendangan penalti. Dalam adu  penalti, Hamman menjalankan tugas dengan baik sebagai eksekutor pertama.

Ole Gunnar Solskjaer

Ole Gunnar Solskjaer
Ole Gunnar Solskjaer (kiri) merayakan gol penentu kemenangan MU atas Muenchen yang dicetaknya di final Liga Champions. (AFP/Eric Canabis)

1. Ole Gunnar Solksjaer (MU), Final Liga Champions 1998/99
Manchester United (MU) mendapat lawan berat, Bayern Muenchen di final Liga  Champions 1998/99. Sejak awal, memang banyak orang yang lebih menjagokan  klub raksasa Jerman itu.

Benar saja, laga baru berlangsung enam menit, Muenchen sudah unggul lewat  Mario Basler. Untung, selanjutnya, MU mampu menahan Muenchen tidak membuat  gol lagi.

Sebaliknya, pelatih MU, Alex Ferguson, membuat strategi jitu lewat  pergantian pemain. Di babak kedua, dia memasukkan Teddy Sheringham dan Ole  Gunnar Solksjaer menggantikan Jesper Bolmqvist dan Andy Cole di menit ke- 67 dan 81.

Strategi Ferguson berjalan mulus karena kedua pemain berhasil membuat MU  bangkit. Akhirnya, Sheringham dan Solskjaer berhasil membalikkan keadaan  dan membuat MU menutup laga dengan kemenangan.

Dramatisnya, dua gol tersebut dicetak Sheringham dan Solskjaer pada masa  injury time, menit ke-91 dan 93. MU pun berpesta meriah karena itu gelar  Eropa mereka yang pertama sejak 1967/68.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya