Harga Mati Kemenangan untuk Timnas Indonesia U-22

Timnas Indonesia U-22 wajib kalahkan Thailand untuk lolos Piala Asia U-23 2018.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 22 Jul 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2017, 17:15 WIB
Gelandang Timnas Indonesia U-22, Septian David, beraksi pada laga melawan Mongolia, Jumat (21/7/2017).
Gelandang Timnas Indonesia U-22, Septian David, beraksi pada laga melawan Mongolia, Jumat (21/7/2017). (PSSI)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia U-22 akhirnya menentukan nasib di tangan sendiri. Mereka akan lolos ke turnamen utama Piala Asia U-23 2018 jika memenangkan laga pamungkas kualifikasi Grup H melawan Thailand, Minggu (23/7/2017).

Hasil positif pada laga tersebut mengangkat Timnas Indonesia U-22 ke puncak klasemen dan mengamankan tiket lolos otomatis ke Tiongkok sebagai juara grup.

Pasukan Luis Milla saat ini menempati peringkat tiga dengan perolehan tiga angka. Mereka tertinggal satu nilai di belakang Thailand dan kalah head to head melawan Malaysia.

Indonesia meraih poin usai menghajar Mongolia 7-0, Jumat (21/7/2017), setelah sebelumnya dibekuk Malaysia 0-3, Rabu (19/7/2017). Sedangkan Thailand menaklukkan Malaysia 3-0 usai secara mengejutkan ditahan Mongolia 1-1.

Di luar kemenangan itu, Timnas Indonesia U-22 terpaksa menggantungkan nasib ke tangan orang lain. Di sini banyak variabel yang berperan.

Penyerang Timnas Indonesia U-22, Saddil Ramdani (kanan), jadi andalan pada laga terakhir melawan Thailand. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Pengaruh Sri Lanka

Jika gagal menumbangkan Thailand, timnas harus menunggu hasil duel Mongolia dan Malaysia. Selain itu, mereka juga mesti bersaing melawan runner-up terbaik grup lain.

Situasi makin rumit karena mundurnya Sri Lanka dari penyisihan Piala Asia U-23. Hal tersebut membuat AFC, selaku otoritas kompetisi, merevisi peraturan penentuan runner-up terbaik. Kini hasil para runner-up melawan peringkat empat di grup masing-masing tidak dihitung.

Perubahan tersebut sudah membuat negara lain merana, salah satunya Uni Emirat Arab (UEA). Tergabung di Grup D, mereka menyelesaikan kualifikasi di peringkat dua dengan enam angka. Namun, karena kemenangan 5-0 atas penghuni dasar klasemen Nepal tidak dihitung, UEA dalam posisi buruk di tabel para runner-up.

Mereka hanya memiliki tiga poin dengan produktivitas gol minus satu. "Perubahan mendadak tersebut memengaruhi mental pemain di tengah kompetisi," kata pelatih UEA, Hassan Al Abdouli, dikutip Gulf News.

Kepiawaian pelatih Timnas Indonesia U-22, Luis Milla (kanan), akan diuji pada duel melawan Thailand. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Tidak Didukung Sejarah

Dari sini semua kembali ke asal. Timnas harus menumbangkan Thailand. Repotnya, sejarah tidak mendukung.

Terakhir kali Indonesia menaklukkan Thailand di kandangnya sendiri terjadi lebih dari tiga dekade lalu. Ketika itu Merah Putih unggul 1-0 berkat gol Herry Kiswanto pada kualifikasi Piala Dunia, Maret 1985.

Meski rekor pertemuan sangat buruk, posisi Timnas Indonesia U-22 tetap lebih baik ketimbang menggantungkan nasib di tangan orang lain. Setidaknya, Evan Dimas dan kawan-kawan akan mengetahui, apakah benar-benar pantas lolos ke Piala Asia U-23 2018 atau tidak.

"Kami akan kerja keras dan bertarung sekuat-kuatnya. Maka, kami minta dukungan dari semua," ucap Milla.

Saksikan video menarik berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya