5 Alasan Mourinho Akan Patahkan Kutukan Musim Ketiganya

Mourinho belakangan ini selalu apes saat menjalani musim ketiganya di klub yang dilatihnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Feb 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2018, 19:00 WIB
Sevilla, Manchester United, Liga Champions
Jose Mourinho bakal patahkan kutukan musim ketiga di MU? (AP/Miguel Morenatti)

Liputan6.com, Manchester - Selama berkarier sebagai manajer, Jose Mourinho memiliki kutukan pada musim ketiganya. Meskipun sering memenangkan gelar, kepemimpinannya di sebuah tim mendadak kacau saat memasuki musim ketiga.

Ada dua contoh yang terjadi. Pertama, Mourinho dituding mengakibatkan perpecahan di ruang ganti Real Madrid dan akhirnya dia dipecat. Kemudian bersama Chelsea musim 2015-2016.

Setelah sukses pada periode keduanya di dua musim awal, Mourinho membawa The Blues terpuruk. Hal serupa ditakutkan akan terjadi di Manchester United.

Namun, ada beberapa alasan yang bisa mematahkan kutukan itu. Mourinho punya modal untuk memutus rekor buruknya itu. Apa saja? Berikut daftarnya dikutip Sportskeeda:

 

 

 

 

1. Mendatangkan Alexis Sanchez

Sevilla, Manchester United, Liga Champions
Aksi pemain Manchester United, Alexis Sanchez (tengah) mengecoh dua pemain Sevilla pada laga 16 besar Liga Champions di Ramon Sanchez Pizjuan stadium, Seville, (21/2/2018). Babak kedua Sevilla bermain imbang 0-0. (AP/Miguel Morenatti)

Jika seorang manajer sedang dalam perjalanan keluar atau tidak memiliki rencana untuk bertahan lebih dari satu musim, sebaiknya tidak ada pemain terbaik dunia yang datang. Namun dia justru sukses mendaratkan Alexis Sanchez pada Januari lalu.

Alexis Sanchez sedang dalam perjalanan untuk bergabung dengan Manchester City, namun United melangkah masuk pada saat terakhir dan membawanya ke Old Trafford . Mereka sukses menyelesaikan salah satu kesepakatan terbesar dalam sepak bola Inggris. Pemain dilaporkan bakal dapatkan gaji 350.000 pounds per minggu, dan dikontrak tiga setengah tahun bersama MU.

Jika Mourinho telah dalam perjalanan keluar maka langkah seperti itu tidak akan pernah terjadi. MU-pun jelas tak mau mengeluarkan uang besar untuk itu.

Kegilaan manajer asal Portugal itu belanja dan menata MU sudah terlihat. Kesepakatan Sanchez dengan jelas menunjukkan bahwa Mourinho tidak memiliki alasan untuk segera keluar dari Old Trafford dalam waktu dekat.

2. Keretakan Paul Pogba Dianggap Berlebihan

Paul Pogba Manchester United
Gelandang Manchester United, Paul Pogba (kanan) berdiskusi dengan Manajer Jose Mourinho, pada laga kontra Tottenham Hotspur, di Stadion Old Trafford (11/12/2016). Menurut Mourinho, Pogba layak menjadi kapten Manchester United. (EPA/Peter Powell)

Memang benar bahwa dalam dua tugas terakhirnya, Mourinho terlibat perseteruan dengan pemain terbaik di klub masing-masing dan masalah itu terbukti fatal. Selama beberapa minggu terakhir, laporan serupa telah mengemuka tentang hubungannya dengan Paul Pogba.

Fakta bahwa dia benar-benar tak menurunkannya dalam pertandingan tandang yang penting di Liga Champions menambah lebih lanjut tentang laporan yang telah beredar. Namun, kali ini ada bedanya. Dengan anggapan bahwa laporan tersebut benar, keretakan Mourinho dengan Pogba tidak sama dengan yang terjadi pada dua tugas sebelumnya di Chelsea dan Real Madrid.

Di Chelsea, ia berseteru dengan Eden Hazard, Diego Costa dan Cesc Fabregas, tiga pemain yang telah berperan penting dalam memenangkan liga musim sebelumnya. Bersama Real Madrid, dia memusuhi kapten klub Iker Casillas yang ikonik.

Dibandingkan dengan pemain tersebut, Paul Pogba belum mencapai apa pun yang nyata. Ada pembicaraan bahwa dia ingin Pogba lebih bisa bertahan dan ini bukanlah sebuah alasan dibuat-buat jika seorang pelatih menuntutnya dari gelandang tengahnya.

3. Faktor Pep

Pep Guardiola-Jose Mourinho
Mourinho dan Josep Guardiola (kanan) (AFP Photo/Oli Scarff)

Ketika Pep Guardiola dan Jose Mourinho ditunjuk sebagai manajer kedua klub Manchester, ada kegembiraan yang nyata di kalangan penggemar sepak bola dunia. Para penggemar berharap ada drama yang terjadi di Inggris seperti Real Madrid-Barcelona.

Seperti yang diketahui, kedua manajer kelas dunia itu berlawanan dengan cara mereka memilih untuk memenangkan pertandingan. Misalnya, saat Mourinho menjuarai liga dengan Chelsea di tahun 2015, dia berkata, "Mungkin di masa depan, saya harus lebih pintar dan memilih klub lain di negara lain di mana semua orang adalah juara. Mungkin saya akan pergi ke negara di mana seorang kitman bisa menjadi pelatih dan memenangkan gelar. "

Itu jelas adalah sindiran pada Pep Guardiola, yang kala itu menangani Bayern Muenchen dan telah benar-benar mendominasi liga. Musim lalu, United maupun City tidak bisa menantang gelar. Tapi musim ini Guardiola telah benar-benar mengangkangi Mourinho dan United.

City tampak sudah mencium aroma juara dan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin diloloskan oleh Mourinho dengan mudah. Mourinho jelas tak ingin kehilangan muka musim depan.

4. Manchester United Masih Membutuhkannya

Liga Champions, Manchester United, Sevilla
Pelatih Manchester United, Jose Mourinho, saat latihan jelang laga leg pertama 16 besar Liga Champions di Manchester, Rabu (21/2/2018). Manchester United akan berhadapan dengan Sevilla. (AFP/Oli Scarff)

Sejak Sir Alex Ferguson pensiun pada tugas 26 tahun, Manchester United seperti kehilangan induknya. Tugas David Moyes adalah bencana yang tak tanggung-tanggung, sementara Louis van Gall membuat serangkaian pilihan aneh yang akhirnya menyebabkan pemecatannya.

Mereka sama-sama janji yang membosankan untuk mendorong klub itu kembali. Chelsea mungkin berada di zona degradasi saat Jose Mourinho meninggalkan klub tersebut pada 2015 namun tidak diragukan lagi bahwa dia adalah seseorang yang memiliki aura yang dibutuhkan untuk sebuah klub seperti Manchester United. Louis van Gaal mungkin memilikinya tapi dia melewati masa jayanya saat ditunjuk.

Jose Mourinho boleh dibilang sangat dibutuhkan United. Di musim pertamanya, ia bawa klub tersebut ke Liga Champions dengan memenangkan Liga Europa saat timnya tidak bisa bersaing di liga. Tak perlu dikatakan lagi, klub telah menghabiskan banyak uang dan masih jauh dari penantang gelar di liga.

Bagaimanapun, dia masih manajer terbaik untuk pekerjaan itu. Sebuah organisasi besar seperti United tidak dapat terus mengubah manajer setiap beberapa musim dan Mourinho adalah jawabannya.

5. MU Adalah Pekerjaan Impiannya

Manhcester United-Alexis Sanchez
MU dan Mourinho saling membutuhkan (AFP Photo)

Dalam buku jurnalis Spanyol, Diego Torres berjudul 'The Special One - The Dark Side from Jose Mourinho, penulis menyatakan bahwa Mourinho menangis saat Manchester United menunjuk David Moyes sebagai manajer pada tahun 2013. Sudah lama memang Mourinho bermimpi jadi bos di Old Trafford.

The Special One telah menjalin hubungan dengan Sir Alex Ferguson dan bahkan mengatakan bahwa 'tim terbaik' kalah saat Real Madrid mengalahkan United di Old Trafford pada Liga Champions 2013. Itu bak sinyal kalau memang Mourinho sangat menghormati MU.

Sejak pertama kali tampil di Eropa setelah tim Porto mengalahkan United di Liga Champions 2004, itu adalah pekerjaan yang diinginkan Mourinho. Bahkan saat dipecat Chelsea, dia sangat ingin mengganti Louis van Gaal di kursi panas.

Ada keyakinan bahwa Mourinho ingin menciptakan sebuah dinasti di Old Trafford seperti Sir Alex. Inilah pekerjaan yang selama ini dia idamkan bertahun-tahun. Hal ini sangat tidak mungkin bahwa ia akan membuangnya setelah menandatangani perpanjangan kontrak. Ini mungkin alasan terbesar mengapa kali ini berbeda.

Eka Setiawan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya