Liputan6.com, Jakarta - Tunggal putri jadi sektor yang tak begitu diharapkan PBSI di Asian Games 2018. Terlebih, tak ada reputasi bagus sepanjang keikutsertaan tunggal putri di ajang empat tahunan tersebut.
Gregoria Mariska Tunjung pun mengakui hal itu. Namun, menjadi yang tak diunggulkan justru membuatnya mendapat motivasi tambahan menuju Asian Games 2018. Ya, ia semakin terlecut untuk membuat kejutan saat pertandingan dimulai nanti.
Advertisement
Baca Juga
"Saya sendiri termotivasi dengan hal itu. Kan ini Asian Games pertama saya. Dan saya termasuk pemain yang tak diunggulkan. Apalagi tunggal putri kan memang prestasinya kurang Jadi bagi saya ini motivasi. Saya ingin lebih baik nanti," ujar Gregoria saat ditemui Liputan6.com di Aston at Kuningan Suite, Jakarta.
Bicara soal target, meski tampil sebagai tuan rumah, PBSI enggan terlalu muluk-muluk di Asian Games 2018. Namun, jika KONI menargetkan satu medali emas, maka PBSI membidik dua medali emas.
Prestasi itu diharapkan dari nomor ganda putra dan ganda campuran.
Rekor Buruk
Sepanjang perhelatan Asian Games 2018, tunggal putri Indonesia memang sempat meraih medali emas. Tapi itu pada edisi 1962, momen saat Indonesia pertama kali jadi tuan rumah.
Setelah edisi 1962, prestasi terbaik tunggal putri Indonesia hanya meraih perunggu. Bahkan, terakhir kali tunggal putri Indonesia membawa pulang medali perunggu adalah edisi 1994 lewat Susy Susanti.
"Lebih enak tidak diunggulkan, jadi saya bisa main lepas. Saya pun termotivasi untuk membuktikan diri. Persiapannya sih sudah lumayan bagus. Tapi nanti kan kepotong sama turnamen lain," jelas pebulutangkis berusia 18 tahun itu.
Ya, sebelum Asian Games 2018, Gregoria bakal lebih dulu turun di Kejuaraan Dunia BWF 2018. Lawan pertamanya adalah tunggal putri Skotlandia, Kirsty Gilmour yang menduduki peringkat ke-18 dunia.
Advertisement