London - Jose Mourinho terlihat gembira usai memenangi Liga Champions bersama FC Porto pada Mei 2004. Ia tidak berhenti memegangi medalinya saat menyusuri terowongan Gelsenkirchen.
Itu momen indah terakhir Jose Mourinho dengan Porto. Setelah itu, juru taktik asal Inggris tersebut terbang ke Inggris dan memulai karier fantastisnya hingga saat ini.
Ia ditunjuk menjadi manajer Chelsea menggantikan Claudio Ranieri yang hanya beberapa hari sebelumnya mengantar The Blues menjadi runner-up Premier League dan lolos ke semifinal di Liga Champions.
Advertisement
Mourinho menarik perhatian pencinta Liga Inggris ketika berlari ke pinggir lapangan Old Trafford di babak 16 besar Liga Champions usai Porto menekuk Manchester United.
Saat baru mendarat di London ia langsung memicu kehebohan dengan menyebut dirinya "The Special One" di konferensi pers pertamanya sebagai bos Chelsea.
Dicintai sekaligus dibenci. Jose Mourinho adalah embusan angin segar yang membuat persaingan papan atas Premier League jadi seru dengan mengantarkan Chelsea meraih gelar juara pertama dalam rentang waktu 50 tahun.
Bagaimana ia bisa melakukannya dalam waktu singkat? Saat itu Manchester United dan Arsenal sedang kuat-kuatnya di bawah komando Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger.
Membangun Fondasi yang Kokoh
Chelsea jadi pelanggan enam besar Premier League selama hampir satu dekade pada saat Mourinho tiba. Kedatangan pengusaha kaya raya asal Rusia, Roman Abramovich, merubah perwajahan The Blues.
Mereka mulai doyan berbelanja pemain berlabel bintang. Ranieri sempat mendatangkan pesepak bola yang masuk kategori terbaik saat itu: Joe Cole, Damien Duff, dan Claude Makelele. Namun, kedatangan mereka tak membuat gelar kompetisi datang. Hal serupa terjadi di era Ruud Gullit dan Gianluca Vialli.
Apa yang kurang? Seorang pelatih dengan kesombongan dan kejeniusan untuk mengubah tim yang baik menjadi juara. Pelatih istimewa dibutuhkan Chelsea untuk merubah peruntungan.
Ketika Mou mendarat, Arsenal baru saja menjadi jawara Liga Inggris dengan rekor tak terkalahkan. Jose Mourinho membuat beberapa pemain besar untuk bisa mendekati kekuatan sang juara bertahan.
Petr Cech, Didier Drogba, Ricardo Carvalho dan Arjen Robben, kesemuanya memainkan peran besar dalam kemenangan gelar kompetisi.
Chelsea memenangkan 29 dari 38 pertandingan Premier League.Mereka hanya kalah sekali saja, dengan rekor kebobolan hanya 15 gol saja.
Advertisement
Lahirnya Strategi Pragmatis
Mourinho dengan cepat mengadaptasi taktik jeniusnya selama musim pertamanya di Stamford Bridge.
Awalnya saya ingin bermain dengan strategi 4-4-2 berlian, dengan Frank Lampard bermain di belakang dua striker, seperti yang dilakukan Deco di Porto. Tim Chelsea yang mengalahkan Manchester United pada hari pertama musim pada 15 Agustus 2004. Gudjohnsen mencetak satu-satunya gol buat The Blues.
Namun, Mourinho melihat tim asuhannya harus bermain lebih agresif untuk mendorong mereka mencetak lebih banyak gol. Ia kemudian memanfaatkan gelandang jangkar terbaik di dunia Claude Makelele untuk keseimbangan di sektor tengah.
Makalele membuat lini tengah Chelsea solid sekalipun hanya dihuni tiga orang pemain. Pergantian strategi ini memberi kans buat Eidur Gudjohnsen atau Didier Drogba bermain bareng dan memaksimalkan peran dua sayap ganas, Damien Duff di satu sisi, Arjen Robben.
Sistem permainan ini membuat Chelsea langsung ngebut di awal kompetisi. Mereka sangat sulit dikalahkan. Arsene Wenger dibuat terkagum-kagum dengan strategi pragmatis ala Jose Mourinho.
"Anda bisa mengatakan bahwa sepak bola kami lebih menarik untuk ditonton tetapi mereka bermain sangat efisien," kata Arsene Wenger pada pergantian tahun 2005.
"Mereka agak seperti matador. Mereka menunggu sampai banteng menjadi lemah untuk membunuhnya. Mereka memiliki kesabaran untuk menunggu karena mereka memiliki pasukan yang berpengalaman. Ketika banteng telah kehilangan cukup darah dan menjadi sedikit pusing, mereka membunuhnya secara berlahan-lahan."
Selalu Bisa Membakar Semangat Pemain
Jose Mourinho dikenal sebagai sosok pelatih yang bisa memaksa para pemainnya mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Mereka bisa mendadak berubah bak kerbau dicocok hidungnya, menuruti apa kemauan Special One.
Ia sempat mendamprat pemainnya saat bermain imbang melawan juara bertahan Arsenal dengan skor 2-2 pada Desember 2004. Thierry Henry membobol gawang The Blues dua kali.
Mou terlihat marah-marah dengan melempar botol air mineral di pinggir lapangan. Ia marah besar karena merasa timnya unggul secara permainan tapi harus dihukum dua gol yang sang mantor rasa tak perlu terjadi.
Eidur Gudjohnsen menyamakan kedudukan di menit pertama babak kedua. Gol yang menunjukkan kalau pemain merespons dengan baik keinginan Jose dalam percakapan di ruang ganti saat jeda laga.Â
Setelah itu Mourinho memberi tahu para pemainnya bahwa ia ingin Chelsea memenangkan liga di saat menghadapi Bolton (tiga pertandingan tersisa).
Dan keinginan Jose Mourinho direspons dengan baik oleh para pemain. Chelsea memimpin lewat dua gol Frank Lampard. Saat unggul dua gol ia memberitahu para pemainnya saat paruh pertandingan untuk memberikan segalanya kepadanya dan asisten, Steve Clarke.
"Saya membutuhkan hal yang lebih lagi dari apa yang kalian lakukan."
Pada paruh kedua pemain Chelsea bermain kesehatan. Mereka bermain anomali, dari menyerang menjadi bertahan total untuk mempertahankan keunggulan sekaligus mengunci gelar juara.
Â
Advertisement
Strategi Parkir Bus yang Legendaris
"Tolong jangan berkata saya sombong karena apa yang saya katakan adalah benar. Saya juara Eropa, saya bukan salah satu dari botol, saya pikir saya adalah special one."
Pernyataan Jose Mouringo di atas pada awalnya dianggap arogan oleh media-media Inggris. Namun, mereka belakangan merasa senang karena punya objek berita baru.
Selama bertahun-tahun ujung atas Premier League berita-berita didominasi tentang bentrokan antara Arsenal Wenger dan Manchester United Sir Alex Ferguson. Sekarang karakter baru, kurang ajar, berani menjadikannya Liga Inggris kian seru.
"Parkir the bus" telah menjadi universal untuk menggambarkan tim yang menyatroni markas lawan dengan strategi bertahan. Jose dianggap pelatih yang suka melakukan hal ini. Ia identik dengan strategi parkir bus.
Uniknya saat sebulan kedatangannya ke Inggris, ia sempat menyindir strategi permainan Tottenham.
"Seperti yang kami sering katakan di Portugal, mereka membawa bus dan mereka meninggalkan bus di depan gawang," katanya.
Permainan pragmatis Chelsea di era Mourinho banyak mendapat kritikan. Tim asuhannya terlihat tak terlalu terobsesi mencetak banyak gol. Saat unggul, mereka cenderung bermain bertahan menunggu. Kalaupun akhirnya mencetak gol tambahan itu terjadi saat kubu lawan lenggah saat menyerang.
Benarkah Chelsea juara dengan cara bermain yang tak menghibur?
Juara Mourinho mencetak rekor untuk kemenangan terbanyak, kemenangan tandang terbanyak, poin terbanyak, clean sheet, dan kebobolan gol paling sedikit. Ada kesan sukses itu
"Ini adalah catatan yang tidak menunjukkan tim defensif, mereka menunjukkan tim yang lengkap," kata Rick Glanvill, penulis beken tentang sejarah Chelsea.
"Itulah yang membuat tim itu berbeda. Tim bisa kapanpun menutup toko dan melindungi keunggulannya saat dirasa perlu. Permainan sepak bola yang lentur," timpalnya lagi.
"Pada musim itu ada sejumlah kesempatan di mana Jose menarik bek dan menggantikannya dengan penyerang. Penggantinya luar biasa. Hal itu menunjukkan mereka adalah tim penyerang yang menghancurkan dengan Drogba, Gudjohnsen, Robben, Duff, Cole dan Lampard. Tim 2005 jelas merupakan salah satu tim terbaik yang pernah dilihat Premier League," kata Rick Glanvill.
Musim berikutnya Jose Mourinho kembali mempersembahkan gelar Premier League buat Chelsea (2005-2006), sebelum di musim ketiganya ia lengser secara mengejutkan pada bulan September 2007.
Beberapa tahun berselang ia kembali ke The Blues dan dan memenangkan gelar lagi di Premier League 2014-2015. Sihirnya bakal kembali berlanjut di Tottenham saat ini?
Sumber: BBC
Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Ario Yosia, Published 4/5/2020)
Â