Liputan6.com, Houston - George Floyd akan dimakamkan di samping makam ibunya pada Selasa (9/6/2020). Informasi ini telah dikonfirmasi oleh seorang perwakilan media dari keluarga Floyd.
George Floyd akan dimakamkan di Houston Memorial Gardens, Pearland. Demikian seperti mengutip ABC 13, Senin (8/6/2020).
Jasad George Floyd telah tiba di Houston pada Sabtu pukul 21.40. Jasad kemudian langsung dibawa ke Pusat Perencanaan Memorial Fort Bend oleh Departemen Kepolisian Houston.
Advertisement
Upacara peringatan akan dimulai pukul 11.00 di Fountain of Praise Church. Setelah itu, dilanjutkan dengan prosesi membawa tubuh Floyd dari gereja menuju tempat pemakaman.
Meski acara peringatan dan pemakaman George Floyd berlangsung tertutup, publik tetap bisa menyaksikan acara peringatan lain yang dijadwalkan di Fountain of Praise Church, hari ini.
Peti Berlapis Emas
Laporan thecourierdaily.com menyebut, jenazah George Floyd ditempatkan di dalam sebuah peti mati berlapis emas.
Floyd Mayweather, mantan Petinju Amerika, telah membayar peti mati berlapis emas untuk George Floyd. Dia mengumpulkan uang dari kampanye GoFuneMe, yang mengumpulkan sumbangan $ 13 Juta dari seluruh dunia.
Batesville Casket Company adalah produsen peti mati emas terkenal di seluruh dunia. Peti mati kualitas tertinggi 'Promethean' berlapis emas 24 karat, dibuat berdasarkan pesanan khusus, dan kisaran harganya mulai dari $ 20.000 hingga $ 40.000.
The King of Pop, Michael Jackson, dan penyanyi terkenal James Brown dimakamkan di peti mati Promethean emas. Berapa harga peti mati emas? Berada di antara 20 hingga 30 ribu dolar.
Biaya peti mati Promethean emas George Floyd adalah sekitar $ 25.000 hingga $ 30.000.
Advertisement
Gelombang Protes Masih Berlanjut
Hingga saat ini, aksi protes terkait kematian George Floyd masih berlangsung bahkan meluas di lebih banyak negara.
Aksi protes kini terlihat digelar di Eropa, ketika ribuan orang berkumpul di luar kedutaan AS di Madrid, sambil berteriak, "Aku tidak bisa bernapas", kata-kata terakhir Floyd, guna menuntut keadilan.
"Sangat sulit untuk tinggal di sini," kata seorang migran dari Senegal Morikeba Samate, merupakan salah satu dari ribuan demonstran yang telah tiba di Italia setelah mengambil risiko menyeberangi Mediterania yang berbahaya.
Oposisi terhadap gelombang migrasi itu mendukung sayap kanan di Italia dan tempat lain di Eropa.
(Benedikta Miranti Tri Verdiana)