Jakarta - Sepak bola selalu menjadi olahraga nomor satu di Indonesia. Walau cukup lama kesulitan meraih prestasi, sepak bola Indonesia terus menjadi primadona.
Kegairahan dan fanatisme masyarakat Indonesia terhadap sepak bola tak perlu diragukan lagi. Stadion-stadion sepak bola masih penuh penonton di berbagai kasta kompetisi, dari level tertinggi hingga divisi bawah.
Baca Juga
Kegairahan publik Indonesia akan berlipat-lipat saat Timnas Indonesia beraksi. Bukan hanya di level senior, bahkan turnamen di kelompok umur seperti U-19 hingga U-16 tetap mendapat atensi tinggi. Penonton rela berbondong-bondong datang ke stadion, demi melihat Merah Putih berkibar tinggi di pentas dunia.
Advertisement
Turnamen sekelas tarkam alias antarkampung juga menjadi magnet besar. Penonton secara suka rela menyesaki sisi lapangan demi menyaksikan pertandingan yang kerap kali penuh kejutan. Bahkan, pesepak bola papan atas kadang-kadang ikut nongol di turnamen-turnamen kelas tarkam tersebut.
Bicara fanatisme suporter, Indonesia memang tidak kalah dengan negara-negara kuat sepak bola di dunia. Namun, ada hal-hal unik yang kadang hanya bisa ditemui di sepak bola Indonesia.
Berikut 4 hal unik dan langka yang mungkin hanya bisa dijumpai di sepak bola Indonesia.
Demi Hemat Anggaran, Punya Tim Kandang dan Tandang
Klub asal Papua, Yahukimo FC, pernah memakai cara unik membentuk dua tim untuk menyiasati kekurangan dana dan materi pemain saat berlaga pada Divisi Utama 2015.
Saat menjamu lawan atau berstatus memainkan laga kandang, mereka memakai Makassar sebagai markas tim. Begitu pula dengan pemain yang diturunkan, mayoritas asal Kota Daeng.
Sebaliknya, saat menjalani laga tandang, Yahukimo diperkuat pemain Papua.
"Kami menekan biaya operasional tim karena pemain asal Makassar, makan dan tidur di rumah almarhum bapak. Kami juga tak pusing soal latihan karena di Makassar banyak lapangan," papar Kiki Rivai, yang menjadi penanggung jawab Yahukimo FC saat itu, kepada Bola.com.
Sangat kreatif kan?
Advertisement
Menghemat Ongkos, Transit di Luar Negeri saat Bertandang
Mahalnya harga tiket penerbangan domestik membuat Persiraja Banda Aceh harus terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia, lebih dulu saat melakukan partai tandangnya pada Liga 2 2019.
Persiraja berada di Grup Barat Liga 2 2019. Dalam grup ini, hanya kandang PSMS yang bisa dijangkau melalui jalur darat.
Peserta lain ialah Sriwijaya FC, BaBel United, PSPS Pekanbaru, Cilegon United, Persita Tangerang, Perserang Serang, PSCS Cilacap, Blitar United, Persibat Batang, dan PSGC Ciamis. Untuk bertandang ke markas 11 tim tersebut, Persiraja harus memutar otak agar tak boros.
Presiden Persiraja, Nazaruddin alias Dek Gam, mengungkapkan besarnya biaya penerbangan yang ditanggung manajemen musim ini.
Solusinya, Persiraja harus lebih dulu lewat Kuala Lumpur, sebelum masuk ke Indonesia lagi untuk jadwal tandang mereka. Karena dengan cara seperti ini biaya lebih hemat.
“Sekarang, jika ke Jakarta, sekali pergi saja setiap pemain perlu biaya Rp 2,5 juta. Musim kemarin biaya segitu bisa untuk pulang-pergi. Jadi, kalau via KL kami bisa hemat 100 juta sekali pergi,” ujarnya.
Karena rombongan Persiraja memasuki negara lain, maka ofisial dan pemain wajib punya paspor.
"Lucu juga. Kami berkompetisi Indonesia dan main di Indonesia, tapi harus memutar dulu ke Malaysia. Ketika kami transit di KL, sering dikira Persiraja mau main di luar negeri," ucap pelatih Persiraja Banda Aceh, Hendri Susilo.
Apakah hal unik seperti ini ada di negara lain? Mungkin, tapi sangat langka.
Gelar Ruwatan demi Buang Sial
Manajemen Arema FC melakukan hal unik untuk menyambut ulang tahun klub ke-30, pada 9 Agustus 2017. Di depan kantor manajemen Jl. Kertanegara 7 Kota Malang, mereka menggelar acara ruwatan untuk 20 trofi yang sudah diraih tim Singo Edan.
Acara itu merupakan tradisi dalam kebudayaan Jawa yang dianggap sakral. Tujuannya selain merawat juga untuk dijauhkan dari kesialan.
Saat itu, Arema FC sedang terseok-seok dalam kompetisi Liga 1 dengan terjebak di papan tengah.Padahal target pada awal musim bisa bersaing di papan atas. Pergantian pelatih juga sudah dilakukan dari Aji Santoso ke Joko Susilo.
”Sebenarnya acara ruwatan untuk menghormati tradisi. Tidak ada salahnya. Ini adalah hal non teknis untuk sugesti. Kalau secara teknis tentu tetap dilakukan tim pelatih dan pemain untuk berjuang di lapangan,” kata Media Officer Arema FC, Sudarmaji.
Untuk menggelar acara ruwatan, manajemen Arema FC menyiapkan kembang tujuh rupa. Air yang digunakan untuk mencuci piala juga tidak sembarangan. Mereka membawanya dari sebuah mata air murni yang berlokasi di salah satu daerah Kabupaten Malang.
”Tentu yang melakukan prosesi ruwatan orangnya khusus. Setelah diruwat di depan kantor, trofi itu diserahkan secara simbolis kepada manajemen,” lanjut dia.
Sebenarnya manajemen Arema FC jarang melakukan acara mistis seperti ini. Namun beberapa pemain sempat menyuarakan agar ada sebuah acara untuk buang sial. Mengingat dalam beberapa pertandingan Liga 1, Arema seperti dijauhi keberuntungan dan gagal menang.
Tradisi seperti ini sepertinya hanya ada di Indonesia.
Advertisement
Ketua Federasi Memimpin dari Balik Jeruji Penjara
Peristiwa yang satu ini benar-benar nyeleneh dan unik. Di Indonesia, Ketua Umum PSSI masih bisa memimpin dari balik jeruji penjara. Siapa lagi kalau bukan Nurdin Halid.
Menggantikan Agum Gumelar, Nurdin Halid terpilih sebagai Ketua Umum PSSI pada Rapat Anggota PSSI di Hotel Indonesia pada 2003. Ia dikenal sebagai sosok kontroversial karena beberapa kali memimpin organisasi dari balik terali besi penjara.
Pada 16 Juli 2004, pria asal Makassar tersebut ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor ilegal. Ia kemudian juga ditahan atas dugaan korupsi dalam distribusi minyak goreng.
Pada 16 Juni 2005, dia dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan tersebut oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan dibebaskan. Hanya saja putusan itu kemudian dibatalkan Mahkamah Agung pada 13 September 2007. MA memvonis Nurdin dua tahun penjara.
Selanjutnya ia kemudian dituntut dalam kasus yang gula impor pada September 2005, namun dakwaan terhadapnya ditolak majelis hakim pada 15 Desember 2005 karena berita acara pemeriksaan (BAP) perkaranya cacat hukum.
Selain kasus ini, ia juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara 2 tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005.
Pada 17 Agustus 2006 ia dibebaskan setelah mendapatkan remisi dari pemerintah bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Indonesia.
Pada 13 Agustus 2007, Nurdin Halid kembali divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepak bola nasional.
Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI), Agum Gumelar (Ketua KONI), dan juga FIFA bersuara kritis ke NH.
FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum. Namun, Nurdin tetap bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Kekuasaannya tidak goyah sekalipun ia mengendalikan organisasi dari penjara.
Kontroversi muncul saat ia mengubah statuta PSSI, berkaitan dengan status ketua umum. Statuta yang sebelum berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (They..., must not have been previously found guilty of a criminal offense) diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (have been previously).
Arti harafiah dari pasal tersebut menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (must not found guilty of a criminal offense). Para anggota PSSI menyetujui perubahan tersebut. Posisi Nurdin aman sebagai Ketua Umum PSSI. Nurdin bebas bersyarat dari penjara pada November 2008.
Disadur dari Bolacom (Benediktus Gerendo Pradigdo / Yus Me Sawitri)