Liputan6.com, Jakarta - Dokter spesialis anak ahli infeksi dan pediatri tropik, Mulya Rahma Karyanti, menerangkan tentang perbedaan gejala COVID-19 dan demam berdarah dengue (DBD).
"Kalau demam tinggi sampai 39 atau 40 (derajat Celsius) dan dua tiga hari tidak membaik, segera ke rumah sakit,” ujar Mulya dalam konferensi pers BNPB, Senin (22/6/2020).
Baca Juga
Menurutnya, gejala batuk pada DBD dapat terjadi namun dengan persentase yang kecil, sekitar 10 hingga 15 persen. Namun, gejala tidak disertai sesak atau distress seperti COVID-19 yang memengaruhi saluran pernapasan atas.
Advertisement
"DBD lebih ke demam dan pendarahan kulit yang harus diwaspadai, pendarahan pada apapun seperti mimisan, gusi berdarah, memar itu harus diwaspadai," katanya.
Mulya menambahkan, penyakit DBD rentan bagi semua kelompok umur. Tidak seperti COVID-19 yang lebih condong pada lanjut usia dibanding kelompok usia muda.
Fase Kritis
"Tapi saat ini trennya banyak ke arah remaja, banyak sekali remaja yang datang dalam fase kritis," terangnya.
"Remaja biasanya kalau mengalami muntah saat minum, pada akhirnya mereka jadi tidak mau minum, hal ini malah menyebabkan dehidrasi, lemas, tidur seharian," papar Mulya.
Advertisement
Bahaya pada Remaja
"Apalagi yang ngekos sendirian, tidak ada yang mengingatkan, itu biasanya yang kita takutkan terjadi pada anak-anak remaja sekarang," pungkasnya.
Penulis: Ade Nasihudin Al Ansori/Dyah Puspita Wisnuwardani, Health Liputan6, published 22/6/2020