Liputan6.com, Nyon- UEFA akhirnya resmi menghapus aturan gol tandang di seluruh kompetisi pria, wanita maupun usia muda termasuk Liga Champions. Hal ini resmi diputuskan Exco UEFA pada Kamis, 24 Juni kemarin.
Seperti meniru yang dipakai di Piala Menpora 2021 lalu, klub yang main di fase knock out dengan sistem kandang dan tandang tidak lagi bisa andalkan gol tandang. Namun ada perbedaan karena pemenang ditentukan lewat tambahan waktu 2x15 menit dulu, kalau masih mentok diteruskan penalti.
Aturan gol tandang sudah diterapkan sejak lama bahkan sebelum kompetisi antarklub di Eropa belum memakai nama Liga Champions. Aturan ini dipakai untuk menentukan siapa yang lolos ke fase berikutnya di pertandingan dua leg.
Advertisement
Dengan aturan gol tandang, klub yang mencetak lebih banyak gol saat tandang akan lolos ke fase berikutnya. Ini kalau hasil agregat kedua klub yang bertanding sama.
Dihapusnya aturan ini membuat UEFA membuat cara baru untuk menentukan klub yang lolos di fase gugur Liga Champions. Pemenang ditentukan lewat tambahan 2x15 menit dan kalau masih sama ditentukan penalti.
Â
Â
Video Menarik
Berpengaruh di Fase Grup
Â
Dihapusnya aturan gol tandang juga berpengaruh kepada posisi klub di fase grup kalau punya poin yang sama. UEFA belum ambil keputusan apakah gol tandang akan jadi penentu atau tidak.
Aturan gol tandang sejak 1970-an sebenarnya bagus untuk mengurangi gap antara jumlah kemenangan di kandang/tandang. Pada era 1970-an statistiknya 61 persen/ 19 persen menjadi 47 persen /30 persen untuk saat ini.
"Aturan gol tandang sudah dipakai UEFA sejak 1965. Meski ada perbedaan pendapat tapi banyak pelatih, fans dan pelaku sepak bola lainnya meminta aturan gol tandang dihapus saja," ujar Presiden UEFA, Aleksander Ceferin seperti dikutip situs resmi.
Â
Â
Advertisement
Lebih Fair
Â
Aturan baru, kata Ceferin, membuat tim tuan rumah tak akan takut lagi untuk menyerang. Soalnya aturan gol tandang ditiadakan.
"Saat ini keuntungan main di kandang tak lagi signifikan seperti sebelumnya. Ini seiring dengan makin meratanya gaya main setiap klub di Eropa. UEFA ambil keputusan yang dianggap tak perlu lagi," ujarnya.
Â