Qomarul Lailah Bangga Jadi Wasit Wanita Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 : Ini Jadi Impian

Qomarul Lailah, wasit wanita di Olimpiade Tokyo 2020, mengaku sebenarnya lebih cenderung menyukai seni.

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 17 Agu 2021, 10:55 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2021, 10:55 WIB
Kisah Qomarul Lailah, Guru Bahasa Inggris yang Jadi Wasit Olimpiade Tokyo 2020
Selain Wahyana, Qomarul Lailiah juga menjadi wasit Olimpiade Tokyo 2020. Simak kisahnya. (doc.Qomarul Lailiah).

Liputan6.com, Jakarta Prestasi Indonesia dalam keikutsertaannya di Olimpiade Tokyo 2020 ternyata tak hanya diraih para atletnya. Namun, disisi lain kebanggaan dan kehebatan juga ditunjukkan sosok lain yang terlibat di ajang internasional tersebut, yakni wasit asal Indonesia yang bertugas memimpin cabang olah raga tertentu, seperti badminton.

Salah satunya adalah Qomarul Lailah, wasit badminton perempuan dari Indonesia di ajang Olimpiade Tokyo. Dalam wawancara spesial di Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia bertajuk "Mengharumkan Bangsa di Kancah Dunia" yang ditayangkan live Streaming di Liputan6.com dan Vidio, Selasa (17/8/2021), wasit yang lebih akrab disapa Lia Ini menyatakan rasa bangganya.

"Menjadi wasit atau juri di Olimpiade sudah pasti jadi impian semua para wasit. Olimpiade adalah kejuaraan teringgi di dunia," kata perempuan yang berprofesi juga sebagai guru ini.

Lia kemudian membagikan kunci atau rahasia kesuksesannya. "Semangat, pantang menyerah apapun tantangannya. Kemudian konsisten dan ada keinginan selalu untuk belajar," pesannya.

Lia pantas bangga. Pasalnya, dia juga satu-satunya perempuan Indonesia yang bersertifikat sebagai wasit tingkat dunia dari Badminton World Federation (BWF).

Sertifikat BWF

Final Badminton Olimpiade Tokyo 2020 Greysia / Apriyani
Ganda putri Indonesia Apriyani Rahayu (kanan) dan Greysia Polii bermain melawan Chen Qing Chen dan Jia Yi Fan dari China pada final badminton ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport, Senin (2/8/2021). Greysia / Apriyani menang 21-19 dan 21-15. (Alexander NEMENOV/AFP)

Menurut Lia, wasit yang berhak memimpin di Olimpiade adalah mereka yang memang sudah punya sertifikat BWF (Badminton World Federation). Sedangkan, untuk kualifikasi harus ada penilaian dari tim dari Badminton Umpire, dan selanjutnya mendapat penugasan dari BWF.

Lia mengaku awalnya memang tidak tertarik dengan olah raga. Menurutnya, fisiknya yang tidak mendukung membuat dia kurang meminati bidang ini. "Sebetulnya saya cenderung ke seni. Jadi seperti yang "tersesat"," ujarnya.

Banyak Pengetahuan

Badminton Olimpiade Tokyo 2020 Anthony Sinisuka Ginting
Pebulu tangkis Indonesia Anthony Sinisuka Ginting berselebrasi usai menang atas Kevin Cordon dari Guatemala usai perebutan medali perunggu badminton tunggal putra Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sports Plaza, Senin (2/8/2021). Anthony Ginting menang 21-11 dan 21-13. (AP/Dita Alangkara)

Seperti diberitakan sebelumnya, Lia adalah guru SD Negeri Sawunggaling 1 Surabaya. "Mulanya, saya tidak tertarik menjadi wasit lantaran tidak memahami olahraga badminton. Namun, setelah mendapatkan cukup banyak pengetahuan dia menjadi tertarik untuk mencoba ikut pelatihan dan menjalani ujian tingkat provinsi.

Hasilnya, ibu dua anak lulus. Namun, kelulusannya itu tak lantas membawa Lia begitu saja menjadi wasit profesional.

Disiplin

Dari situlah perempuan kelahiran Surabaya 24 September 1977 ini terus berjuang mengikuti berbagai ujian nasional di berbagai ajang. Seiring perjalanannya, Lia semakin melejit dalam dunia perwasitan. Namun begitu, ia tak melupakan kewajibannya menjadi pendidik SD mata pelajaran Bahasa Inggris.

Lia menjelaskan seluruh ilmu yang diperolehnya, juga diimplementasikan di sekolah tempatnya mengajar. Ia pun mengaku anak-anak tersebut selalu dilatih selalu agar selalu disiplin, percaya diri, dan pantang menyerah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya