Liputan6.com, Jakarta Putri Desiyanti Azhara begitu panggilan lengkapnya. Namanya begitu feminim, tapi jangan coba-coba menggoda atau mengganggunya. Perempuan yang akrab disapa Putri ini adalah atlet seni beladiri Tarung Derajat Jawa Barat.
Namun, bukan soal itu saja, ternyata Putri juga sukses mengapai prestasi mengagumkan di bidang bela diri ini. Diutus mewakili daerahnya di Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2001, Putri bersama rekannya Eriska dan Ridha Fauziah berhasil meraih medali emas dari nomor Seni Gerak/Rangkaian Gerak (Ranger) putri.
Selain meraih emas secara kolektif, personel Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung yang bertugas di Sub Bagian Program ini, juga mendapat medali perunggu di ajang olahraga nasional ini.
Advertisement
"Alhamdulillah.. senang dan bangga juga bisa berkontribusi untuk Jabar yang jadi juara umum lagi. Sempat nggak menyangka aja bisa dapet juara pertama di PON untuk kedua kalinya," kata Putri dalam percakapnnya dengan Liputan6.com, Jumat (15/10/2021).
Ternyata, raihan atlet kelahiran Bandung 12 Desember 1995 ini, pernah mendapat penghargaan yang sama pada penyelenggaraan PON 2016.
"Pada 2016 hanya ikut rangkaian gerak putri saja. Namun, di tahun ini bertambah dengan gerak tarung campuran yang berpasangan dengan laki-laki," katanya.
Filosofi
Selanjutnya, Putri menjelaskan sebenarnya setelah dilatih seni beladiri Tarung Derajat tidak sekeras yang dibayangkan orang. "Gerakannya menyeluruh sekali dari tendangan pukulan, bantingan, kuncian. Lagipula banyak filosofi Tarung Derajat yang baik untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari," ujarnya.
"Salah satu filosofinya adalah membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan hakikatnya. Tujuannya ingin memanusiakan manusia melalui teknik oah tubuh, olah pikiran dan olah nurani," kata Putri yang bersuamikan atlet Tarung Derajat juga.
Advertisement
Bersaudara
Menurut Putri yang paling bagus dari Tarung Derajat adalah pada saat kejuaraan. "Kita benar-benar bertarung di atas matras. Keluar matras, kita semua bersaudara," ujarnya.
"Sebelum ada pandemi, setelah penutupan kejuaraan pasti kita baris semuanya mulai dari panpel, wasit, juri, atlet, pelatih dan ofisial bersalaman semuanya berkumpul, Juga dengan sang guru dan anak-anaknya, juga pejabat-pejabat yang hadir pada saat itu," kata Putri.
"Nafas pertarungan kita adalah nafas persaudaraan. Ini selalu ada di setiap kejuaraan," imbuhnya.