Berikut Biaya Penyelenggaraan Piala Dunia, Anda Mau Jadi Investor?

Menyelenggarakan Piala Dunia adalah urusan yang mahal. Biaya yang dibutuhkan untuk menjadi tuan rumah turnamen ikonik ini menjadi tren meningkat sejak 1994.

oleh Yulianto diperbarui 27 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 10:00 WIB
Ilsutrasi kota Doha, ibu kota Qatar (AP/Kamran Jebreilli)
Ilsutrasi kota Doha, ibu kota Qatar (AP/Kamran Jebreilli)

Liputan6.com, Jakarta - Menyelenggarakan Piala Dunia adalah urusan yang mahal. Biaya yang dibutuhkan untuk menjadi tuan rumah turnamen ikonik ini menjadi tren meningkat sejak 1994.

Piala Dunia 1994 diperkirakan menelan biaya mencapai 500 juta dolar AS (Rp 7,5 triliun), maka biayanya melonjak menjadi miliaran di turnamen 1998.

Di Piala Dunia 2002 Jepang dan Korea Selatan menelan biaya 7 miliar dolar AS. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat ketika Brasil menjadi tuan rumah turnamen pada 2014.

Namun, Piala Dunia 2022 Qatar sejauh ini tetap yang paling mahal, dengan perkiraan biaya turnamen mencapai 220 miliar dolar AS.

Biaya yang terkait dengan pembangunan stadion baru, atau renovasi infrastruktur yang sudah ada, memakan biaya besar untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia di Qatar. Biaya stadion dilaporkan berada di kisaran 6,5 miliar dolar AS.

Sisa 210 miliar dolar AS dalam pengeluaran Piala Dunia dikaitkan dengan rencana besar Qatar untuk 2030. Mereka berupaya mengubah negara Arab menjadi pusat inovasi global dengan infrastruktur terbaik, termasuk bandara dan pusat perdagangan.

Karnaval Piala Dunia Ada Biayanya

Katara Cultural Village
Orang-orang mengantre untuk melihat trofi Piala Dunia FIFA saat dipamerkan di desa Cultural Village di ibu kota Qatar, Doha, pada 10 Mei 2022. (AFP/Karim Jaafar)

Kabar baiknya adalah Qatar telah mengakomodir biaya tersebut. Mereka bahkan siap menjadi pusat dari salah satu sorotan budaya Piala Dunia musim dingin ini, seperti festival musik elektronik selama sebulan yang disebut Arcadia Spectacular.

Festival ini dipentaskan tepat di selatan Doha dan menyombongkan apa yang disebut materi promosi sebagai “suasana yang menggetarkan, panggung pahatan yang luar biasa, dan pertunjukan paling imersif di dunia.”

Idenya telah dimunculkan, cukup transparan, di Festival Glastonbury Inggris. Fitur reguler itu telah dilangsungkan di sana selama satu dekade, meskipun hanya diumumkan pada tahap yang relatif terlambat dalam persiapan untuk Piala Dunia. Walau begitu, pihak penyelenggara optimistis sekitar 200 ribu penggemar akan ‘terpesona hingga larut malam’ setiap harinya.

Arcadia Spectacular bukan satu-satunya festival musik yang akan digelar di Qatar 2022. Akan ada lagi di Al Wakrah, diselenggarakan oleh sebuah perusahaan bernama MDLBEAST: Anda dapat mengatakan bahwa itu akan menjadi mutakhir, karena dalam huruf kapital blok dan juga telah menghilangkan beberapa vokalnya, jenis huruf yang paling kuno.

Acara-acara itu hanya merupakan bagian dari permadani hiburan yang ditawarkan kepada para penggemar selama turnamen. Ada Pulau Al Maha, dengan arena seluncur es, sirkus, dan taman hiburannya; Lusail, kota pertama yang dibangun untuk Piala Dunia, di mana bulevar pusat akan menampilkan "parade kendaraan" dan pertunjukan cahaya futuristik; Doha Corniche, parade keliling artis jalanan dan "suasana karnaval"; dan tentu saja klub pantai, hingga taman penggemar.

Qatar, dengan kata lain, berjanji akan mengadakan pertunjukan, dan mereka telah menyampaikannya. Tidak ada biaya yang dihemat.

Momen yang Menghidupkan Atmosfer Piala Dunia

Bukan sepak bola yang membuat Piala Dunia, tapi momen di mana permainan itu menakjubkan hingga menggigit kuku. Ketika apa yang terjadi di lapangan terukir dalam ingatan kolektif seperti tato yang cerah dan tahan lama atau bekas luka yang sakit. Tetapi, lebih sering dari itu, adalah sesuatu yang lebih halus. Piala Dunia, pada intinya, adalah sebuah perasaan.

Hal yang paling diingat dari Rusia, empat tahun lalu, misalnya, bukan Prancis yang tampil sebagai pemenang. Bukan Kroasia, negara berpenduduk lima juta, mencapai final. Bukan pula kegagalan juara bertahan Jerman yang tersingkir di babak penyisihan grup.

Apa yang membuat Rusia 2018 adalah Nikolskaya, jalan di pusat Kota Moskow yang menjadi pusat penggemar dari seluruh dunia. Kota itu penuh dengan bendera dan lagu.

Itu adalah pemandangan ribuan demi ribuan orang Peru di jalan-jalan Saransk, selempang merah di hati mereka. Itu adalah perasaan bahwa di tanah padang rumput yang luas, gunung, dan hutan, Anda tidak pernah lebih dari enam kaki dari seorang Kolombia.

Kegembiraan itu, rasa kebersamaan itu, tidak hanya menyentuh mereka yang hadir. Itu menyebar seperti senyuman kepada banyak orang, lebih banyak lagi yang menonton di rumah. 

 

Infografis Grup A Piala Dunia 2022
Infografis Grup A Piala Dunia 2022. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya