Liputan6.com, Jakarta - Beredar di media sosial postingan terkait bahaya vaksin jika digunakan manusia. Postingan ini ramai dibagikan beberapa waktu belakangan.
Salah satu yang membagikannya adalah akun bernama Rahayu Lestari. Dia mengunggahnya di Facebook pada 10 November 2020, berikut narasinya:
Baca Juga
"Bahayanya vaksin dgn kandungan virus yang dibantu alumunium langsung menuju otak (buku teks kedokteran mengakui hal ini.)"
Advertisement
Hingga saat ini postingan tersebut sudah mendapat delapan komentar dan 14 kali dibagikan.
Lalu benarkah vaksin yang mengandung aluminium berbahaya bagi otak?
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan berikut ini
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri fakta dengan menghubungi Bimo A. Tejo PhD, Associate Professor dan Peneliti Kimia Farmasi Universiti Putra Malaysia.
"Virus yang menyerang otak memang ada. Namun bukan karena vaksin atau kandungan aluminium. Semua vaksin yang sudah mendapat izin edar berarti sudah lolos uji klinis," ujar Prof Bimo saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (26/11/2020).
"Kandungan garam aluminium dalam vaksin kecil sekali. Tidak ada bukti juga vaksin yang mengandung aluminium bisa menyerang otak," katanya menambahkan.
"Selain itu vaksin yang akan beredar juga harus mendapat izin dari badan pom masing-masing negara dan biasanya yang menjadi rujukan untuk mendapat izin edar adalah FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan) AS karena di sana persyaratannya sangat ketat. Jadi semua vaksin aman, bahkan kandungannya bisa kita lihat dengan jelas di website CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS)."
Dalam website CDC dijelaskan bahwa aluminium merupakan salah satu bahan Ajuvan. Ajuvan sendiri adalah bahan yang digunakan dalam beberapa vaksin yang membantu menciptakan respons kekebalan yang lebih kuat pada orang yang menerima vaksin.
Garam aluminium, seperti aluminium hidroksida, aluminium fosfat, dan aluminium kalium sulfat telah digunakan dengan aman dalam vaksin selama lebih dari 70 tahun. Garam aluminium awalnya digunakan pada tahun 1930-an, 1940-an, dan 1950-an dengan vaksin difteri dan tetanus setelah ditemukan bahwa garam aluminium memperkuat respons kekebalan tubuh terhadap vaksin ini.
Beberapa vaksin lain yang menggunakan aluminium sebagai Ajuvan adalah vaksin Antrax, vaksin Hepatitis A, Hepatitis B dan vaksin Difteri.
Penjelasan dari CDC untuk ajuvan berbahan aluminium bisa dilihat di link berikut ini...
Dilansir dari Fullfact.org dalam artikel "No evidence aluminium in vaccines causes Alzheimer's disease" yang tayang 11 November 2020 disebutkan penggunaan aluminium di vaksin pada manusia relatif kecil yakni sekitar 0,2 sampai 0,8 miligram).
Sebagai perbandingan manusia dewasa biasanya mengonsumsi aluminium tujuh hingga sembilan miligram setiap harinya. Aluminium sendiri terkandung dalam beberapa makanan dan minuman termasuk buah, sayuran, tepung, produk susu, bir hingga wine.
Ada juga penjelasan komponen vaksin dari WHO seperti dalam link ini...
Advertisement
Kesimpulan
Postingan yang menyebut vaksin dengan kandungan aluminium berbahaya bagi otak adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.Â
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.Â
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement