Google, Facebook, dan Twitter Sepakat Lawan Hoaks Terkait Vaksin Covid-19

Facebook nantinya akan membantu pendanaan dan menyusun kerangka awal untuk Januari 2021 terkait kerjasama melawan hoaks vaksin Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Nov 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Google, Facebook, dan Twitter sepakat bekerja sama untuk melawan misinformasi dan hoaks seputar vaksin virus corona Covid-19.

Platform media sosial tersebut nantinya akan bekerja sama dengan agensi fact-checker maupun pemerintah di sejumlah negara.

Dikutip dari situs theguardian.com, Full Fact, kelompok kerja baru dari Inggris ini bertujuan untuk menetapkan standar lintas platform untuk menangani kesalahan informasi, serta meminta pertanggungjawaban organisasi atas kegagalan mereka melakukannya.

"Informasi buruk menghancurkan kehidupan, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk melawannya di tempat yang kita lihat," kata kepala eksekutif Full Fact, Will Moy.

"Pandemi virus corona dan gelombang klaim palsu yang mengikutinya menunjukkan perlunya pendekatan kolektif untuk masalah ini. Vaksin virus corona sekarang berpotensi tinggal beberapa bulan lagi. Tetapi informasi yang buruk dapat merusak kepercayaan pada pengobatan pada saat yang paling penting, dan pada akhirnya memperpanjang pandemi ini," sambung dia.

Selain tiga perusahaan teknologi, kerja sama juga akan dilakukan oleh Departemen Digital, Budaya, Media dan Olahraga Inggris dan Kantor Dewan Penasihat Kanada, pemeriksa fakta dari Afrika Selatan, India, Argentina, dan Spanyol, Institut Reuters untuk Studi Jurnalisme, dan Draf Pertama jurnalisme nirlaba.

Facebook nantinya akan membantu pendanaan dan membantu Full Fact menyusun kerangka awal untuk Januari 2021 terkait kerjasama melawan hoaks vaksin Covid-19.

"Bekerja sama untuk mengatasi kesalahan informasi sangat penting, terutama konten buruk seputar pandemi Covid-19 saat ini," kata Keren Goldshlager, kepala kemitraan integritas di Facebook.

"Kami telah melihat nilai yang sangat besar dalam bermitra dengan lebih dari 80 pemeriksa fakta independen di seluruh dunia untuk memerangi kesalahan informasi dalam 60 bahasa. Kami menyambut upaya ini untuk mengumpulkan lebih banyak perusahaan teknologi, pemeriksa fakta, peneliti, dan pemerintah untuk mendiskusikan dan mengembangkan strategi baru, sehingga kita dapat bekerja sama dengan lebih efektif di masa depan," tambah dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya