Cek Fakta: Tidak Benar Cokelat Mermaid Mengandung Racun

Beredar kabar tentang jajanan cokelat mermaid mengandung racun. Benarkah?

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 14 Des 2020, 12:06 WIB
Diterbitkan 14 Des 2020, 12:06 WIB
Gambar Tangkapan Layar Foto Cokelat Mermaid (sumber: Facebook)
Gambar Tangkapan Layar Foto Cokelat Mermaid (sumber: Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tentang jajanan cokelat mermaid mengandung racun beredar di media sosial. Kabar ini disebarkan akun Facebook Nabil DinDa pada 4 Desember 2020 lalu.

Akun Facebook Nabil DinDa mengunggah foto cokelat bermerek mermaid. Foto tersebut terdapat narasi sebagai berikut:

Mohon maaf, share ajaa.. Coklat ini beracun.. Barusan kejadian di budi Rahayu, 3 anak meninggal setelah makan coklat ini.. 3orang yg lain dirujuk ke Bendan juga meninggal.. Mohon anak2 diperhatikan.. Maturnuwun

"Hati membrikan jajan kpda anak,Snack ini berbahaya bagi anak2,..," tulis akun Facebook Nabil DinDa.

Konten yang disebarkan akun Facebook Nabil DinDa telah 6.500 kali dibagikan dan mendapat 77 komentar warganet.

Benarkah cokelat mermaid mengandung racun? Berikut penelusuran Cek Fakta Liputan6.com.

 

 

Penelusuran Fakta

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri klaim jajanan cokelat mermaid mengandung racun. Penelusuran dilakukan menggunakan situs pencari Google Search dengan memasukkan kata kunci "cokelat mermaid beracun".

Hasilnya terdapat beberapa artikel yang menjelaskan mengenai hasil uji lab terhadap cokelat mermaid. Satu di antaranya artikel berjudul "Tiada Zat Berbahaya di Cokelat Mermaid" yang dimuat situs dinkes.pekalongan.go.id pada 14 Mei 2019 lalu.

PEKALONGAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), memastikan, cokelat mermain tak mengandung bahan berbahaya dan memicu kematian. Demikian hasil lab Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang.

"Uji laboratorium menunjukkan, cokelat mermaid tidak mengandung zat berbahaya," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto, Kamis (9/5).

Seorang bocah di Kota Pekalongan sebelumnya dikabarkan, mengalami sakit usai mengonsumsi coklat mermaid. Seorang korban lainnya meninggal dunia. Atas insiden ini, Dinkes mengirimkan sampel camilan tersebut ke BBPOM Semarang.

Guna memastikan penyebab pasti kematian korban, kata Slamet, mesti dilakukan autopsi.

"Karena hasil uji laboratorium cokelat tersebut tidak mengandung zat berbahaya," ucapnya.

Sayangnya, menukil Tribun Jateng, bedah mayat tak bisa dilakukan. Pangkalnya, keluarka korban tidak bersedia. "Kami terkendala," ungkapnya.

Di sisi lain, BBPOM Semarang juga menyimpulkan, produsen kudapan itu tak berizin. Juga tak mencantumkan tanggal kedaluwarsa pada kemasan produknya. Namun, Dinkes tak bisa melarang peredarannya.

"Penindakan atau penyitaan, hanya bisa dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari BPOM," kata Slamet.

Dia lantas menerangkan, dipastikan ada tanda produk aman konsumsi bila cokelat tersebut mendapat izin dari pemerintah daerah (pemda).

"Jika skala pasarnya lebih luas, harus memiliki izin dari BPOM," tutupnya.

Liputan6.com kemudian menemukan artikel yang menjelaskan adanya kasus keracunan usai mengonsumsi jajanan cokelat. Adalah artikel berjudul "Kasus Anak Meninggal Keracunan Permen Coklat Viral Lagi, Ini Faktanya" yang dimuat situs detik.com pada 18 September 2019 lalu.

Jakarta - Di media sosial ramai dibagikan cerita tentang anak di Pekalongan yang meninggal karena keracunan jajanan permen coklat atau cokelat. Dalam beberapa unggahan disertakan gambar menunjukkan permen coklat terkait dengan narasi sudah ada tiga anak yang meninggal.

"Di grup pada (share -red) ini. Engga tau bener apa engganya, tapi buat kita orang tua harus hati-hati biar engga ada kejadian," tulis pesan yang diterima Junita, ibu dari satu orang anak. "Klarifikasi itu hoax apa enggak?" komentarnya.

Faktanya memang benar ada anak di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, meninggal usai mengonsumsi jajanan permen coklat pada bulan April 2019 lalu. Namun hanya satu yang dilaporkan meninggal sementara satu anak lagi kondisinya membaik usai dirawat di RSU Budi Rahayu.

Setelah kejadian polisi langsung melakukan pantauan di warung-warung, atas ketersediaan jajanan permen coklat terkait. Kapolres Kota Pekalongan AKBP Ferry Sandi Sitepu kala itu mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah kota dan sekolah menertibkan jajanan yang membahayakan.

"Hari ini mengecek keberadaan makanan dimaksud, terutama warung atau kios dekat sekolahan," kata Ferry pada Jumat (26/4/2019).

Dikutip dari situs resmi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan pada akhirnya tidak diketahui zat apa spesifiknya yang menyebabkan kedua anak mengalami keracunan. Hal ini karena laporan dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang tidak menemukan adanya zat berbahaya pada jajanan.

"Uji laboratorium menunjukkan, cokelat mermaid tidak mengandung zat berbahaya," ujar Kepala Dinkes Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto.

Slamet mengaku perlu melakukan autopsi untuk memastikan penyebab kematian korban. Namun pihaknya tidak mendapat izin keluarga.

 

Kesimpulan

Kabar tentang jajanan cokelat mermaid mengandung racun ternyata tidak terbukti. Faktanya, dari hasil uji laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang, tidak ditemukan zat berbahaya dan beracun pada cokelat mermaid.

 

 

banner cek fakta unproven
banner cek fakta unproven (Liputan6.com/Triyasni)

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya