Remaja Selandia Baru Jadi Target Misinformasi Vaksin Covid-19

Kelompok anti vaksin kembali menyebarkan misinformasi lewat sebuah brosur dan dibagikan kepada anak remaja

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Sep 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta-  Kelompok anti vaksin kembali menyebarkan misinformasi lewat sebuah brosur dan dibagikan kepada anak remaja sekitar 13 tahun, yang bersekolah di Sekolah Menengah Atas (SMA) Lower Hutt, Selandia Baru.

“Brosur-brosur itu secara khusus menargetkan anak-anak muda. Saya pikir itu cukup sampah,” ucap Kelly Carson, salah satu orang tua dari remaja yang menerima brosur tersebutpada Rabu (15/9/2021).

Wakil kepala sekolah, Tim Fox, mengatakan, tindakan yang dilakukan oleh kedua wanita yang menyebarkan misinformasi terkait vaksin Covid-19 di luar gerbang sekolah pada Rabulalu itu tidak dapat diterima. Sebelumnya, Fox juga mengaku, belum pernah melihat keduawanita tersebut.

“Ini adalah persoalan yang serius, yang sekarang sedang dihadapi dan menyebarkanmisinformasi adalah tindakan yang salah,” ucap Fox, melansir Stuff.co.nz, pada Jumat (17/9/2021).

Klaim yang disebarkan oleh kedua wanita itu berisikan pesan bahwa orang muda yang terinfeksi Covid-19 tidak akan mati atau membunuh orang lain. Namun, vaksin Covid-19 akan menyebabkan efek samping yang berkepanjangan.

Pihak sekolah telah melaporkan kedua wanita tersebut kepada pihak berwajib dan tim tanggap Covid-19 di Selandia Baru. Sebuah laporan klarifikasi untuk misinformasi menemukan, tidak seorang pun di Selandia Baru yang kebal akan Covid-19, terlebih saat menyebarnya varian Delta.

Profesor dan ahli mikrobiologi Universitas Auckland, Dr. Siouxsie Wiles, mengatakan, data dari Amerika Serikat menunjukkan kasus Covid-19 di antara orang muda semakin meningkat ketika sekolah kembali beroperasi setelah libur musim panas. Sebagian besar karena belummenerima vaksinasi.

Pada brosur tersebut disebutkan, Covid-19 tidak akan membahayakan orang muda. Nyatanya, sekarang sudah terdapat 50 gejala yang dikenali yaitu disfungsi ereksi, kabut pada otak, danjantung yang berdebar.

Kebanyakan misinformasi datang dari perusahaan luar yang menghasilkan uang lewat klik pada web atau penjualan produk terkait. Website yang tertera pada brosur berasal dari American Fork, Utah, Amerika Serikat.

(MG/ Amadea Claritta)

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya