Tabayyun dan Teliti, Cara Jitu Cegah Terpapar Hoaks

Selain tabayyun dan teliti, masyarakat juga perlu memahami dampak jika menyebarkan informasi yang belum jelas kebenaran dan dasarnya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 14 Okt 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi Hoaks Hoax
Ilustrasi Hoaks. (Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU), Arifah Fauzi memandang, penting bagi masyarakat untuk mampu tabayyun, teliti, dan hati-hati ketika menerima informasi yang belum jelas kebenarannya atau hoaks.

"Pada era digital yang serba modern seperti sekarang ini biasanya kalau dapat info atau berita, yang bergerak itu memang tangan dahulu, jari dahulu. Jadi, kadang langsung emosi, share, komentar, atau balas tanpa dipikir terlebih dahulu dampaknya yang akan terjadi," ujar Arifah dilansir dari Antara, Kamis (13/10/2022).

Menurut dia, selain teliti dan berhati-hati, masyarakat juga perlu memahami dampak jika menyebarkan informasi yang belum jelas kebenaran dan dasarnya.

"Sebagai penerima informasi atau berita seharusnya dikroscek terlebih dahulu, apalagi ketika mau share berita tersebut, maka harus berpikir lebih jauh tentang apa dampaknya untuk kita. Kalau kita tidak tahu secara detail tentang informasi itu, lebih baik tidak men-share. Kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita share," tutur Arifah.

Ia berpendapat bahwa sejatinya tabayyun memiliki makna penting agar umat senantiasa membiasakan diri mengklarifikasi atau mencari informasi. Karena hal tersebut telah menjadi sebuah tanggung jawab bagi umat untuk meluruskan atau membagikan informasi tersebut.

"Kenapa tanggung jawabnya besar? Karena menebar suatu informasi yang belum jelas kebenarannya, ibarat menebar bulu, lalu mengumpulkannya kembali, maka tidak akan utuh kembali karena sudah tertiup angin. Ketika sudah tersebar, tidak akan kembali dan tidak tahu sudah sampai mana bulu (informasi) tersebut," tambah dia.

Menurut Arifah, betapa besarnya tanggung jawab seseorang ketika menebar hoaks atau informasi palsu karena apa yang sudah tersebar tidak bisa ditarik kembali.

"Oleh karena itu, para ulama menyarankan untuk berhati-hati ketika menyebarkan informasi dengan kroscek dahulu sumbernya benar atau tidak. Ini untuk menjaga dari hal yang tidak kita inginkan, termasuk perpecahan," ungkap Arifah.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya