Mengapa Sikap Empati juga Perlu Diterapkan di Ruang Digital?

Empati digital juga dapat diupayakan dengan menjadi pengguna internet yang baik, tidak menghakimi orang lain.

oleh Anasthasia Yuliana Winata diperbarui 30 Mei 2023, 21:30 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2023, 21:30 WIB
Dorong Literasi Keuangan Generasi Muda, PermataBank Hadirkan Campus Ambassador
Di era digital empati juga perlu diterapkan di ruang digital. (pexels/lizasummer).

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai orang Timur, masyarakat Indonesia cenderung memiliki sikap empati yang tinggi. Hal ini telah ditanamkan oleh orang tua sejak kecil. Selain itu, ada juga pengaruh lingkungan yang membuat orang yang kurang diajarkan empati oleh orang tuanya, jadi memiliki perasaan empati. 

Tak hanya dalam lingkungan saja, di era digital empati juga perlu diterapkan di ruang digital (internet dan media sosial). Aktivis dan Akademisi Wanita Nasional, Siti Musdah Mulia menerangkan beberapa cara untuk membangun sikap empati digital. 

“Pertama protect your secret, lindungi privasi, proteksi informasi pribadi,’ ujar Siti dilansir dari antaranews.com pada acara diskusi ilmiah bertajuk "Membangun Empati Lintas Batas" yang diikuti secara daring di Jakarta (26/5/2023).

Siti menekankan, orang harus bijak terhadap informasi pribadi agar terhindar dari gangguan dan kejahatan siber.

Selanjutnya, pengguna internet harus memiliki kemampuan berpikir kritis (critical thinking) agar tidak mudah percaya (skeptis) terhadap informasi dan konten dari internet. Jadi ketika mendapatkan informasi atau konten di internet, cobalah berpikir kritis dulu sebelum bertindak. Jangan sampai gegabah sehingga terjerumus ke dalam hoaks.

Empati digital juga dapat diupayakan dengan menjadi pengguna internet yang baik, tidak menghakimi orang lain. Jika menemukan konten atau informasi negatif, segera laporkan kepada pihak yang berwajib.

“Konten negatif seperti halnya pelecehan, fitnah, penyulut kemarahan, pencurian identitas, gambar yang berbau pornografi, dan sebagainya,” tutur Siti.

Jaga Etika Komunikasi

Ilustrasi empati
Ilustrasi empati. (Photo pch.vector Copyright by Freepik)

Selain itu, Siti juga menekankan pada pengguna internet untuk menjaga etika berkomunikasi seperti menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Lebih lanjut pengguna internet juga harus menghargai hasil karya orang lain. Ketika menyebarkan informasi atau konten (video, foto, dan sejenisnya) milik orang lain, jangan lupa mencantumkan sumber.

Siti juga menegaskan agar pengguna internet menghindari penyebaran SARA dan pornografi, serta membaca berita secara keseluruhan jangan menilai dari judulnya. Ia juga mengimbau kepada pengguna bahwa kebebasan berekspresi digital juga harus berpegang pada etika komunikasi dan pengendalian diri yang baik.

Dengan mengoptimalkan poin-poin di atas, kiranya sikap empati masyarakat Indonesia juga hadir penuh secara digital. 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya