Fakta-Fakta Kasus Antraks di Gunungkidul: Sapi Ternak Sudah Dikubur, Digali Lagi, Lalu Disantap Warga

Pihak DPKH Gunungkidul, sudah meminta agar ternak mati dikubur dan diambil spesimennya untuk diuji laboratorium. Akan tetapi, sebagian masyarakat justru tak mengindahkan imbauan petugas. Ternak yang sudah dikubur sebagian dibongkar lalu disembelih lantas dagingnya dimakan banyak orang.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 06 Jul 2023, 15:09 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2023, 15:03 WIB
Antraks
Penanganan antraks di Kabupaten Gunung Kidul terus dilakukan dengan bantuan 5.000 dosis vaksin, antibiotik, antihistamin, vitamin, desinfektan, alat pelindung diri, dan sprayer. (Dok Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian)

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta menemukan adanya warga yang terinfeksi antraks pada Juli 2023. Mereka yang positif antraks itu merupakan warga di sebagian wilayah Semanu, Gunungkidul.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti mengatakan, DPKH menemukan lima ekor hewan ternak positif terjangkit antraks dari November 2022 hingga jelang Hari Raya Idul Adha 2023 di wilayah Semanu.

"DPKH Gunungkidul melalukan langkah antisipasi penyebaran antraks dengan pembatasan lalu lintas hewan ternak di wilayah itu," kata Wibawanti dilansir dari Antara, Kamis (6/7/2023).

Wibawanti mengatakan, lima hewan ternak positif antraks dari wilayah Semanu tersebut memiliki gejala mati mendadak.

"Saat mendapat laporan dari masyarakat adanya hewan ternak mati mendadak, petugas langsung ke lapangan mengambil sampel. Kemudian dicek di laboratorium dan hasilnya positif antraks," ucap dia.

Sementara, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Imran Pambudi mengungkap, kronologi temuan kasus antraks di Gunungkidul.

Awalnya antraks ditandai lima kali rangkaian peristiwa kematian hewan ternak di lokasi setempat dalam kurun Mei hingga awal Juni 2023.

Hewan ternak berjenis sapi dan kambing itu diketahui milik warga berinisial KR dan SY. Sapi mati dilaporkan pada 18 Mei, 22 Mei, dan 26 Mei, sementara kambing yang mati terjadi pada 20 Mei dan 2 Juni 2023.

"Kronologi diawali kasus kematian sapi milik salah satu warga berinisial KR pada 18 Mei 2023, lalu disembelih dan dibagikan ke warga untuk dikonsumsi. Ini jadi salah satu penyebab penyebaran kasus," katanya.

Imran mengatakan salah satu pasien meninggal berinisial WP (72), warga Candirejo Semanu, Gunungkidul, diketahui terlibat dalam proses penyembelihan hewan sapi yang mati pada 22 Mei 2023 milik SY.

Pasien kemudian jatuh sakit dan dirawat di Rumah Sakit Pati Rahayu dengan keluhan gatal, bengkak, dan luka yang spesifik dengan antraks jenis kulit.

Pada 3 Juni 2023, WP dirujuk ke RSUP Sardjito untuk pengambilan sampel darah dengan diagnosis suspek antraks.

"Bapak WP meninggal pada 4 Juni 2023," katanya.

 

Sapi Ternak Sudah Mati, Digali Lagi, Lalu Dikonsumsi Warga

PENYAKIT ANTRAKS MENYEBAR DI GUNUNGKIDUL AKIBAT MAKAN DAGING SAPI MATI
PENYAKIT ANTRAKS MENYEBAR DI GUNUNGKIDUL AKIBAT MAKAN DAGING SAPI MATI

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti mengatakan, pihaknya sudah meminta agar ternak mati dikubur dan diambil spesimennya untuk diuji laboratorium.

Akan tetapi, sebagian masyarakat di sekitar ternak mati justru tak mengindahkan imbauan petugas. Ternak yang sudah dikubur sebagian dibongkar lalu disembelih lantas dagingnya dimakan banyak orang.

Setelah hasil laboratorium keluar ternyata sapi mati yang dikonsumsi positif terjangkit antraks. Usai ditemukan kasus tersebut, pihak DPKH menggelar sosialisasi tentang penyakit hewan strategis.

"Kami lakukan pemberian anti biotik, vaksinasi antraks, pemberian disinfektan di lokasi, serta meminimalkan ternak keluar dari kawasan ternak yang terkena antraks," katanya.

Lebih lanjut, Wibawanti mengatakan DPKH Gunungkidul juga mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan untuk ternak yang dikirim keluar dengan terlebih dahulu diperiksa atau diuji laboratorium untuk memastikan hewan bebas penyakit antraks.

"Hal ini untuk mengantisipasi penyebaran antraks," katanya.

 

Kasus Antraks di Gunungkidul, 3 Orang Meninggal Dunia

Bacillus anthracis, bakteri penyebab antraks
Bacillus anthracis, bakteri penyebab antraks (Wikipedia)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut ada tiga orang meninggal dunia akibat terinfeksi antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, tiga orang yang meninggal karena antraks sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu. Sementara kasus lain terdapat di Karangmojo, namun tidak ada kasus yang meninggal di sana.

Laporan tiga kasus meninggal ini tidak disebutkan lebih rinci oleh Nadia, apakah ketiganya positif antraks atau tidak. Sebab, pada dua kasus sebelumnya masih tercatat sebagai suspek.

"Jadi kasus antraks yang baru muncul ini ada di Gunungkidul yang tersebar di dua kecamatan. Kecamatan Semanu dan kecamatan Karangmojo ya," ungkap Nadia di Media Center MPR/DPR/DPD RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa, 4 Juli 2023.

"Yang meninggal itu tiga orang di Kecamatan Semanu, yang Karangmojo tidak ada yang meninggal. Tapi ada yang dalam pemeriksaannya itu positif antraks di dalam tubuhnya."

Lebih lanjut, Nadia mengatakan, laporan tiga kasus antraks di Gunungkidul merupakan kasus pertama di tahun 2023.

"Baru tiga orang yang meninggal. Ini baru kasus pertama antraks yang terjadi di tahun 2023 ya," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya