Bangun Generasi Anti Hoaks Melalui Penerapan Literasi Media di Sekolah

Dalam membangun generasi anti hoaks, perlu adanya regulasi dan penerapan literasi media di sekolah.

oleh Alifah Budihasanah diperbarui 26 Apr 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2024, 14:00 WIB
Ilustrasi Literasi Media
Ilustrasi literasi media (ilustrasi: AI)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam membangun generasi anti-hoaks, perlu adanya regulasi dan penerapan literasi media di sekolah. Generasi muda yang tumbuh di era modern mungkin sudah lebih terbiasa dengan digitalisasi.

Namun, diseminasi informasi yang begitu cepat dan masif tetap menjadi tantangan bagi generasi muda, khususnya dalam memilah informasi dalam menangkal hoaks.

Faktanya, generasi muda khususnya anak-anak seringkali tidak memahami bagaimana mekanisme penyebaran hoaks melalui berbagai media, terutama di ruang digital seperti media sosial.

"Literasi media menjadi sangat penting mengingat ritme peristiwa dan siklus berita yang semakin cepat, dan peningkatan terhadap ujaran kebencian, teori konspirasi, propaganda, dan misinformasi. Ketidakmampuan dalam memilah fakta dan hoaks dapat mengancam kesejahteraan kita secara pribadi, maupun dalam konteks masyarakat yang lebih luas," kata Analis Industri Teknologi di C4 Trends, Susan Schreiner dilansir dari Forbes.

Schreiner mengutip studi yang dilakukan oleh MIT pada tahun 2018 tentang penyebaran hoaks di X (dulunya Twitter), yang menunjukkan bahwa hoaks 70% lebih mungkin untuk di-retweet atau posting ulang dibandingkan informasi yang berisi fakta.

Adanya teknologi AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan juga membentuk kembali cara masyarakat belajar, berkomunikasi, dan terlibat satu sama lain.

Menurut Schreiner, literasi media perlu diajarkan sejak dini karena siswa perlu belajar cara menelaah informasi dari berbagai bentuk komunikasi dan membedakan antara fakta dan hoaks.

"Kita hidup di masa meningkatnya polarisasi politik, terkikisnya kepercayaan terhadap, maraknya produk hasil kecerdasan buatan, dan kecenderungan untuk mengabaikan informasi apapun yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan kita. Maka dari itu, kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis adalah subjek penting yang harus diterapkan di sekolah," ujarnya menambahkan.

Dengan menerapkan literasi media pada generasi muda diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak orang dewasa yang mampu membedakan fakta dan hoaks.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya