Kasus Cacar Monyet Meningkat, Simak Mitos dan Faktanya

Cacar monyet adalah penyakit virus yang sedang menjadi perhatian global. Artikel ini akan membahas mitos dan fakta tentang penyakit ini, membantu Anda memahami risiko dan pencegahannya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 04 Sep 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 20:00 WIB
Monkeypox atau penyakit cacar monyet.
Monkeypox atau penyakit cacar monyet. (www.who.int)

Liputan6.com, Jakarta- Cacar monyet sebuah penyakit virus yang semakin menjadi perhatian global, setelah kasusnya melonjak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Munculnya wabah ini memicu kekhawatiran dan menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat.

Kemunculan kembali kasus cacar monyet pun telah memicu berbagai mitos dan ketakutan. Sebab itu, penting untuk memahami fakta-fakta yang akurat tentang penyakit ini untuk mengurangi kekhawatiran yang tidak perlu dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

 

Berikut mitos dan fakta seputar cacar monyet.

Mitos 1: Cacar Monyet Ditularkan Melalui Gigitan Hewan Liar

Fakta: Meskipun cacar monyet memang berasal dari hewan, terutama monyet dan tikus, penularan antar manusia jauh lebih umum daripada penularan melalui gigitan hewan. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau alat yang terkontaminasi dari orang yang terinfeksi.

Mitos 2: Cacar Monyet Hanya Berbahaya Bagi Anak-Anak

Fakta: Cacar monyet dapat menyerang siapa pun, tidak peduli usia atau jenis kelamin. Meskipun gejala mungkin lebih ringan pada anak-anak, penyakit ini masih dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Mitos 3: Cacar Monyet Hanya Terjadi di Afrika

Fakta: Meskipun virus cacar monyet berasal dari Afrika Tengah dan Barat, penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Hal ini menunjukkan bahwa virus cacar monyet dapat dengan mudah menyebar melalui perjalanan dan kontak manusia.

Mitos 4: Cacar Monyet Merupakan Penyakit Baru

Fakta: Virus cacar monyet telah ditemukan pada manusia sejak tahun 1958, dan wabah pertama pada manusia terjadi di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, penyebaran penyakit ini telah meningkat, kemungkinan karena peningkatan perjalanan, urbanisasi, dan perubahan perilaku manusia.

Mitos 5: Vaksin Cacar Bisa Mencegah Cacar Monyet

Fakta: Vaksin cacar, yang dulunya diberikan secara luas di seluruh dunia, telah terbukti efektif dalam memberikan perlindungan terhadap cacar monyet. Meskipun vaksin cacar tidak lagi diberikan secara rutin, vaksin cacar generasi baru yang khusus untuk cacar monyet sedang dalam tahap pengembangan dan penelitian.

 

 

Mitos dan Fakta Berikutnya

Mitos 6: Cacar Monyet Menular Melalui Udara

Fakta: Cacar monyet terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau alat yang terkontaminasi. Penularan melalui udara hanya terjadi dalam situasi yang jarang terjadi, seperti saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin dan mengeluarkan tetesan air liur yang mengandung virus.

Mitos 7: Cacar Monyet Dapat Menyebabkan Kemandulan

Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa cacar monyet menyebabkan kemandulan.

Mitos 8: Obat Antibiotik Dapat Mengobati Cacar Monyet

Fakta: Cacar monyet disebabkan oleh virus, dan antibiotik hanya efektif untuk melawan infeksi bakteri. Tidak ada pengobatan khusus untuk cacar monyet, tetapi perawatan suportif dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah komplikasi.

Mitos 9: Cacar Monyet Menyebabkan Demam Tinggi dan Ruam Secara Otomatis

Fakta: Tidak semua orang yang terinfeksi cacar monyet akan mengalami demam atau ruam. Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala ringan, seperti sakit kepala, nyeri otot, atau pembengkakan kelenjar getah bening. Namun, jika Anda mengalami gejala yang terkait dengan cacar monyet, penting untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.

Mitos 10: Cacar Monyet Menyebar Melalui Gigitan Nyamuk

Fakta: Cacar monyet tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau alat yang terkontaminasi.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya