Survei Safer Internet Lab: Hoaks Politik dan Pemilu Paling Banyak Rugikan Masyarakat

Salah satu topik yang diangkat dalam survei tersebut yakni soal misinformasi atau disinformasi yang paling merugikan masyarakat. Berikut hasil survei Safer Internet Lab.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Jan 2025, 16:35 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2025, 15:00 WIB
Ilustrasi proses pemungutan suara pada Pemilu 2024 (Istimewa)
Ilustrasi proses pemungutan suara pada Pemilu 2024 (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Safer Internet Lab bersama Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dan Google merilis hasil survei bertajuk Persepsi, Pengalaman, dan Rekomendasi Pemangku Kepentingan terkait Mis/Disinformasi dan Tata Kelola Informasi di Indonesia.

Salah satu topik yang diangkat dalam survei tersebut yakni soal misinformasi atau disinformasi yang paling merugikan masyarakat. Berdasarkan hasil survei, sebanyak 32,80 persen responden menyebut bahwa informasi palsu atau hoaks seputar politik dan pemilu paling merugikan masyarakat.

Selain politik dan pemilu, misnformasi atau disinformasi terkait agama atau ideologi dan kesehatan juga masuk dalam urutan teratas sebagai topik yang paling merugikan masyarakat.

"Sebagian besar responden menganggap topik politik dan pemilu (32,8 persen), agama/ideologi (30,69 persen), dan kesehatan (19,58 persen) sebagai topik mis/disinformasi yang paling merugikan masyarakat," demikian hasil survei Safer Internet Lab dikutip dari laman saferinternetlab.org, Sabtu (18/1/2025).

Sebanyak 43,17 persen responden juga menganggap, misinformasi dan disinformasi yang ada di Indonesia sebagian besar berasal dari dalam negeri.

Tak hanya itu, 26,76 persen responden menganggap akun palsu atau bot sebagai pihak yang paling berkontribusi terhadap produksi disinformasi dan misinformasi.

"Disusul oleh influencer atau selebriti (14,42 persen) dan aktor politik domestik (15,18persen)," tulis Safer Internet Lab dalam survei tersebut.

Survei yang dilakukan oleh Safer Internet Lab, CSIS, dan Google ini digelar pada 15 November 2024 hingga 30 Desember 2024 dengan melibatkan 189 responden yang terdiri dari berbagai pihak. Mulai dari unsur pemerintahan (kementerian, lembaga, penegak hukum, dan lembaga penyelenggara pemilu), platform teknologi, organisasi masyarakat sipil, akademisi, jurnalis, dan media massa.

Survei dilakukan dengan menggunakan metode wawancara tatap muka langsung. Sisanya dilakukan secara daring (Zoom), khususnya untuk responden yang berada di luar Jakarta atau luar negeri.

 

Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.

Caranya mudah:

* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse

* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”

* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”

* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya

 

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya