Syawalan di Kendal: Warga Berebut Gunungan

Panitia sendiri kewalahan untuk mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai.

oleh Liputan6 diperbarui 04 Agu 2014, 09:15 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2014, 09:15 WIB
Syawalan di Kendal: Warga Kendal Berebut Gunungan
Panitia sendiri kewalahan untuk mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai.

Citizen6, Kendal Tradisi Syawalan di kecamatan Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah, Minggu sore diisi dengan kirab budaya dan gunungan hasil bumi warga sekitar. Ratusan warga saling desak dan berebut gunungan hasil bumi meski prosesi syawalan belum selesai dilaksanakan.

Gunungan sebelum diperebutkan, diarak keliling kota dengan iring-iringan pasukan nyi Pandansari atau nyai Dapu selain berebut gunungan hasil bumi, warga juga berdoa di depan makan nyi Pandansari yang merupakan tokoh penyebar Agama Islam di wilayah Boja Kendal.

Ratusan warga ini sudah memadati depan komplek makam sedapu di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Jawa tengah menunggu kirab gunungan hasil bumi datang. Gunungan yang diarak keliling kota boja ini sesampainya di depan komplek makam langsung diserbu warga yang saling berebut hasil bumi warga sekitar.

Warga baik muda maupun tua saling dorong dan rela berdesakan untuk bisa mendapatkan hasil bumi yang diarak dalam tradisi syawalan dan merti desa boja minggu sore. Warga rela berdesakan dan saling dorong hanya ingin mendapatkan berkah dari gunungan hasil bumi yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Panitia sendiri kewalahan untuk mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai. Namun warga yang sudah menunggu/ tidak sabar dan berebut sayuran serta buah-buhan yang ada di gunungan tersebut.

Menurut warga, meski harus berdesakan dan saling berebut gunungan hasil bumi ini, namun warga senang jika bisa mendapatkan sayuran atau buah-buahan walau sedikit. Sayuran yang didapat akan dijadikan sayur dan disantap bersama keluarga, warga berharap dengan sayur dari gunungan ini kesejahteraan melimpah dan mendapatkan berkah.

Makna dari kirab gunungan hasil bumi ini/ sebagai bentuk semangat warga untuk saling bergotong royong. Kirab sendiri terdiri dari iring-iringan nyai pandansari yang menunggang kuda, dan diikuti barisan pengawal berpakaian hitam dan putih serta prajurit perempuan.

Nyai pandasari yang juga adik kandung ki ageng pandanaran ini masih melekat di relung hati masyarakat boja. Kirab menempuh jarak 5 kilometer ini, membawa serta gunungan hasil bumi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat boja/ yang sudah diberi rejeki oleh sang kuasa.

Kades boja nurhadi mengatakan, kirab ini sebagai bentuk tradisi tahunan masyarakat boja untuk menghormati, leluhur penyebar agama islam di wilayah ini. Selain itu juga sedekah bumi dengan mengarak gunungan hasil bumi.
Sejumlah tokoh agama dan masyrakat boja sendiri/ usai mengikuti kirab menggelar tahlil di makam nyi Dapu.  Tradisi syawalan di boja ini, merupakan agenda tahunan dan menjadi wisata religi warga kendal dan sekitarnya.

Pengirim:
Wahyudi
Kendal

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Saat ini Citizen6, juga mengajak blogger untuk kolaborasi. Jika punya postingan baru, kirim alamat atau url websitenya ke kami. free. 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya