Tiga Prinsip Perjuangan KH Abdul Wahab Masih Relevan Hingga Kini

Tiga prinsip perjuangan itu sejatinya adalah pilar-pilar menopang kebangkitan bangsa di manapun juga.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Sep 2014, 12:07 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2014, 12:07 WIB
Tiga Prinsip Perjuangan KH Abdul Wahab Masih Relevan Hingga Kini
Tiga prinsip perjuangan itu sejatinya adalah pilar-pilar menopang kebangkitan bangsa di manapun juga.

Citizen6, Kenitra Acara diskusi dalam rangka memperingati haul KH Abdul Wahab Chasbullah ke 43 yang juga diisi dengan pembacaan diba'i, doa bersama dan pembacaa boigrafi KH Abdul Wahab Chasbullah oleh kordinator LDNU, Muhammad Makhludi memberikan banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kisah hidup dan pemikiran mbah Wahab.

Seperti yang di sampaikan narasumber H. Nasrulloh Afandi , kader Nahdlatul Ulama (NU) di Maroko yang juga kandidat Doktor Maqasid Syariah di Universitas Al-Qurawiyin, Maroko bahwa, secara garis besar ada tiga prisnsip perjuangan KH Abdul Wahab Chasbullah yang masih sangat releven mulai masa kolonial hingga saat ini. Tiga prisnsip tersebut adalah nasionalisme, intelektualitas dan kemapanan ekonomi.

"Tiga prinsip perjuangan itu sejatinya adalah pilar-pilar menopang kebangkitan bangsa di manapun juga. Karena tanpa nasionalisme kita akan kehilangan arah, tak tahu akan kemana arah perjuangan kita. Tanpa nasionalisme juga, orang akan dengan mudah meninggalkan cita-citanya. Nasionalismelah pondasi utama berdirinya sebuah cita-cita besar bangsa.

Gagasan nasionalisme Mbah Wahab pada saat itu tidak hanya sekadar retorika belaka, lebih jauh beliau tuangkan lewat organisasi Nahdlatul Wathan yang beliau dirikan pada tahun 1916 bersama KH. Mas Mansur. " Ujar kang Nasrulloh, sapaan akrabnya.

Selanjutnya adalah intelektualitas, lanjut kang Nasrulloh, sepulang dari Mekah menimba ilmu Mbah Wahab mendirikan kelompok diskusi bernama Tashwirul Afkar atau dikenal dengan Nahdlatul Fikri (kebangkitan berfikir) pada tahun 1918 sebagai wahana pendidikan social politik sekaligus upaya untuk mengembangkan intelektualitas masyarakat khususnya santri guna menghadapi problematika yang tengah terjadi dimasyarakat.

Ini tak kalah penting, karena semangat yang menggebu-gebu hanya bagaikan tumpukan kayu tanpa adanya intelektualitas. Kita tak bisa maju hanya dengan semangat saja. Apa jadinya nasionalisme tanpa orang-orang berpendidikan. Kita hanya akan di bodohi tanpa sadar.

Terakhir adalah ekonomi kerakyatan. Ini adalah bagian tak terpisahkan dari setiap perjuangan. Karena kita tak mungkin hanya memiliki kendaraan tanpa mempunyai bahan bakarnya. Dan bahan bakar dari mesin penggerak itu adalah perputaran ekonomi yang teratur. "Demikianlah tiga prinsip perjuangan mbah Wahab yang masih sangat relevan semenjak masa kolinial hingga saat ini." pungkasnya.

Acara ini sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua Tanfidziyah PCINU Maroko Kusnadi El Ghezwa, bertujuan untuk mengenal lebih dekat sosok KH Abdul Wahab Chasbullah. Dengan harapan semoga bisa meneladani perjalanan hidup mbah Wahab sebagai tokoh penggerak dan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama yang juga terkenal dengan ketawadu'annya.

Acara tersebut menjadi istimewa sebab dihadiri bapak Duta Besar RI untuk kerajaan Maroko, Bpk. KH. Tosari Widjaya yang juga tokoh kesepuhan NU yang memiliki kedekatan sejarah dengan KH. Abdul Wahab Chasbullah.

Beliau menyampaikan pentingnya keberanian dalam bersikp dan bergerak. Karena tanpa keberanian tak mungkin berdiri NU dengan segala dinamikanya. Tiga perinsip mbah Wahab itu akan percuma tanpa keberanian yang di miliki setiap pejuang.

Selanjutnya beliau mengingatkan pentingnya berpikir untuk kemajuan bangsa, terutama bagi setiap manusia. Karena keberadaan manusia itu di tentukan dengan apakah dia berpikir atau tidak. Sebagaimana Aristoteles pernah mengatakan al-insan al-hayawan an-nathiq.

Acara ini berlangsung di griya STAINU Kenitra, turut hadir pula Dewan Mustasyar PCINU Maroko H. Husnul Amal, MA., ketua PPI Maroko Afif Husen beserta anggotanya dan warga nahdliyyin di Maroko. Sebagai pamungkas acara ditutup dengan do'a yang di pimpin oleh Ust. Abdul Karim dari kota Kenitra-Maroko.

Penulis:

Aniq Nawawi, Koordinator Lembaga Kajian Pengembangan dan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) PCINU Maroko



Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel, foto atau video seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya