4 Kesalahpahaman Soal Feminisme

Feminisme, dalam perjalanan panjangnya seringkali disalahartikan mungkin hingga kini.

oleh Rina Nurjanah diperbarui 18 Mar 2015, 11:30 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2015, 11:30 WIB
Kesetaraan Gender di Bangun Bersama

Liputan6.com, Jakarta Dimulai dari keindahan tulisan Virginia Wolf, pemikir hebat seperti Simone De Beauvoir hingga aktris luar biasa, Emma Watson berbicara soal feminisme. Meskipun begitu hingga kini seringkali kita, baik laki-laki dan bahkan perempuan, salah paham terhadap feminisme. Kesalahpahaman yang sering terjadi seperti di bawah ini:

1. Feminis Membenci Laki-laki

Mitos ini mungkin menjadi yang paling melekat sepanjang perjalanan feminisme dan tentu melelahkan. Feminisme sebagai ideologi dan gerakan untuk membangun kesetaraan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang private dan ruang publik tidak pernah menjadi ideologi pembenci.

Feminisme mengapresiasi peran masing-masing selama itu tidak saling menindas. Gerakan Feminisme pun tidak dengan melemahkan peran laki-laki.  Tetapi dengan memperbaiki relasi gender, bukan menguatkan yang satu dan melemahkan yang lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Feminisme Hanya Perempuan?

2. Hanya Perempuan yang Menjadi Feminis

Feminisme bukan berarti perempuan, persoalan-persoalan yang diperjuangkan adalah untuk membebaskan perempuan dan juga laki-laki. Mengutip kalimat yang diucapkan Emma Watson, "He for She" menandakan bahwa feminisme juga membutuhkan peran laki-laki. Karena persoalan feminisme adalah juga persoalan kemanusiaan. 


Feminisme Menikah?

3. Feminis Tidak Menikah

Tidak ada alasan untuk menolak lembaga pernikahan selama itu menghargai nilai-nilai pribadi. Hal yang menjadi permasalahan adalah ketika hukuman sosial diberlakukan pada mereka yang tidak menikah atau bercerai dan ketika pernikahan dijadikan alat untuk mengontrol perempuan.


Feminisme itu Barat?

4.Feminisme Itu Konsep Barat

Dimana batasan antara Barat dan Timur ketika bumi itu bulat? Konsep yang tumbuh karena adanya diskriminasi gender ini sama seperti diskriminasi ras, kelas, ataupun agama. Tidak mengenal batas barat dan timur, yang dipercaya adalah semua manusia memiliki hak dan harkat martabat setara.

Persoalan-persoalan seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dan obyektifikasi seksual, dan sebagainya adalah persoalan bersama, termasuk didalamnya laki-laki. Bagaimana menurutmu?

 **Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya