Saking Miskinnya, Keluarga Ini Jadikan Toilet Umum Sebagai Rumah

Satu keluarga ini terpaksa tinggal di toilet umum dan menjadikannya rumah karena tidak memiliki biaya

oleh Sulung Lahitani diperbarui 17 Nov 2015, 11:24 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2015, 11:24 WIB
Saking Miskinnya, Keluarga Ini Jadikan Toilet Umum Sebagai Rumah
Satu keluarga ini terpaksa tinggal di toilet umum dan menjadikannya rumah karena tidak memiliki biaya

Citizen6, Guangdong Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, masalah tempat tinggal merupakan hal yang sangat krusial di Cina. Minimnya lahan membuat orang-orang terpaksa tinggal di apartemen-apartemen sempit, atau malah hanya sebuah kotak. Lain lagi dengan satu keluarga ini. Karena terlalu miskin, sebuah keluarga buruh migran menjadikan toilet umum sebagai rumah mereka.

Liao Xiaoming berharap ingin mengubah nasibnya di kota besar. Namun, ia tak ingin meninggalkan anak beserta istrinya di desa. Untuk itulah ia membawa serta keluarganya ke Guangdong, salah satu kota tersibuk di Cina. Di sana, Liao menyadari ia tak akan mampu menyewa apartemen, bahkan yang termurah sekalipun. Apa akal? Ia akhirnya mengubah sebuah toilet umum yang tidak terpakai, menjadikannya tempat tinggal mereka.

- 

Dilansir dari Sina News via Offibeat China, Selasa (17/11/2015), jalan yang mengarah ke toilet tersebut begitu sempit. Sulit membayangkan seseorang dengan sedikit kelebihan berat badan bisa lewat di sana. Di dalam, toilet tampak cukup bersih, berkat upaya Liao serta istrinya. Namun bukan di tempat tersebut mereka tinggal. Saat Anda menghampiri salah satu bilik, Anda dapat melihat sebuah ruangan kecil berukuran 2x2 meter. Di sinilah istrinya memasak dan meletakkan sebagian barang-barang mereka.

Loteng di bagian atas Liao jadikan sebagai tempat mereka tidur. Sedangkan untuk membersihkan diri, mereka gunakan toilet yang airnya masih mengalir. Memang bukan rumah yang ideal, namun bagi anak Liao sendiri semua hal tersebut tak masalah asalkan mereka memiliki tempat untuk tidur.

Liao sebenarnya begitu ingin menyewa sebuah apartemen kecil. Akan tetapi, gaji mereka sehari-hari hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari serta membeli keperluan sekolah anaknya.

 -

"Jika tidak untuk pendidikan anak saya, kami tidak akan mengambil pekerjaan ini. Ini tidak lebih baik dari di desa. Di sana, kami memiliki rumah yang lebih besar, menanam sayuran, serta beternak babi," ujar Liao.

Berbeda dengan Liao, istrinya justru lebih optimis. "Kebahagiaan bukanlah tentang uang. Kebahagiaan adalah tentang sebuah keluarga yang penuh kasih. Saya senang karena suami saya peduli pada saya dan pendidikan anak kami."

Untuk saat ini, mereka berharap anaknya lulus perguruan tinggi. Setelah itu, mungkin mereka akan kembali ke desa. Kisah tersebut menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Cina sesungguhnya menipu. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin tampak jelas di sana. (sul)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya