Liputan6.com, Kudus - Menara Kudus, sebuah ikon sejarah dan religi di Jawa Tengah, menjadi saksi bisu dari sebuah tradisi unik yang telah berlangsung turun-temurun. Setiap tahun, menjelang bulan Ramadan, sejumlah orang berpakaian putih, bersarung, dan mengenakan ikat kepala naik ke menara tersebut untuk menabuh beduk.
Mengutip dari jatengprov.go.id, ritual ini dikenal sebagai tabuh beduk blandrangan. Tradisi ini merupakan kegiatan untuk menandai datangnya bulan suci Ramadan keesokan harinya.
Advertisement
Suara beduk yang ditabuh dengan irama mengiringi lantunan selawat, terdengar merdu tanpa menggunakan pengeras suara. Tradisi tabuh beduk blandrangan tidak hanya menjadi ritual keagamaan, tetapi juga menjadi daya tarik bagi warga sekitar dan pengunjung.
Advertisement
Baca Juga
Setiap tahun, warga antusias berkumpul di sekitar menara Kudus untuk menyaksikan momen spesial ini. Tidak sedikit dari mereka yang mengabadikan tradisi ini menggunakan ponsel pribadi.
Meskipun tidak ada catatan pasti kapan tradisi ini pertama kali dimulai, masyarakat meyakini bahwa tabuh beduk blandrangan telah dilakukan sejak zaman leluhur. Menara Kudus sendiri memiliki peran dalam tradisi ini.
Sejak dulu, menara ini berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan dan mengumumkan agenda-agenda penting keagamaan, termasuk penanda datangnya bulan Ramadan. Tabuh beduk blandrangan menjadi salah satu cara untuk menyampaikan kabar tersebut kepada masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, tradisi tabuh beduk blandrangan terus mengalami pembaruan tanpa menghilangkan esensinya. Jika dahulu ritual ini hanya berupa penabuhan beduk, kini dikemas dengan kegiatan lain yang lebih menarik.
Salah satunya adalah ziarah ke makam Sunan Kudus. Selain ziarah, kegiatan makan bersama dengan menyajikan kuliner khas Kudus juga menjadi bagian dari tradisi ini.
Di lokasi acara, telah tersedia berbagai makanan tradisional seperti soto Kudus, puli kotokan, pecel menitran, dan intip ketan. Tabuh beduk blandrangan memiliki perbedaan mendasar dengan tradisi dhandhangan yang juga dikenal di Kudus.
Dhandhangan merupakan inisiatif masyarakat untuk menyambut bulan Ramadan dengan cara yang lebih meriah. Misalnya, seperti menjual suvenir dan berbagai barang kebutuhan Ramadan.
Penulis: Ade Yofi Faidzun