Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah penelitian di Kanada baru-baru ini ditemukan bahwa pelamar dengan nama Asia cenderung jarang dipanggil untuk wawancara pekerjaan ketimbang orang-orang dengan berbahasa Inggris. Penelitian tersebut dilakukan terlepas dari pendidikan pelamar itu sendiri.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini diaimini Paul Nguyen (36). Meski kedua orang tuanya imigran dari Vietnam, ia lahir dan tinggal di Kanada. Menurut pria itu, diskriminasi demikian telah menjadi makanan sehari-hari.
Paul awalnya memiliki nama asli Phuong. Namun karena sering salah eja, salah ucap, dan dirisak dengan namanya, ia pun memutuskan untuk mengganti namanya.
"Nama seperti ini juga membuat saya lebih mudah mencari pekerjaan," tukas dia.
Karena itulah, menurut penilitian tersebut, pelamar yang memiliki nama Asia biasanya memiliki nama-nama fiktif. Mereka menyadari, nama-nama Asia kurang menarik minat perusahaan yang mereka lamar, terlepas dari apapun perusahaan tersebut.
Melansir dari Nextshark, Selasa (30/01/2017), berdasarkan studi, pelamar pekerjaan dengan nama Asia mendapat panggilan wawancara 20,1% pada perusahaan dengan jumlah karyawan 500/lebih, 39,4% pada perusahaan menengah, serta 37,1% pada perusahaan kecil. Sementara para pekerja dengan nama seperti orang kulit putih, persentasenya lebih besar.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6