Ether Alami Aksi Jual Imbas Tarif Donald Trump

Ether turun lebih dari 6 persen pada Rabu pekan ini hingga mencapai level intraday terendah sejak Maret 2023

oleh Agustina Melani Diperbarui 09 Apr 2025, 18:14 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 18:14 WIB
Ether Alami Aksi Jual Imbas Tarif Donald Trump
Ether, kripto peringkat kedua terbesar memimpin aksi jual baru dalam aset digital. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Ether, kripto peringkat kedua terbesar memimpin aksi jual baru dalam aset digital. Aksi jual yang dialami ether dipicu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang bertahan untuk terapkan tarif 104 persen kepada barang China. Hal itu meredupkan harapan perang dagang yang memanas dapat dihindari.

Mengutip Yahoo Finance, Rabu (8/4/2025), ether turun lebih dari 6 persen pada Rabu pekan ini hingga mencapai level intraday terendah sejak Maret 2023 sebelum memangkas koreksi untuk diperdagangkan pada USD 1.432 pada pukul 09.51 pagi di Singapura. Sementara itu, bitcoin, kripto terbesar turun lebih dari 3 persen sebelum mendapatkan penguatan.

Mengutip Coinmarketcap, ether turun 6,15 persen. Ether berada di posisi USD 1.475,19. Sedangkan bitcoin susut 2,5 persen ke posisi USD 76.983.

Pada Selasa, Trump dan pejabat tinggi pemerintahan AS mengisyaratkan AS terbuka membuat kesepakatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan tarif lebih tinggi pada puluhan negara. Namun, saham Asia merosot seiring Presiden AS meningkatkan tekanan kepada China.

“Sepertinya orang-orang telah menyerah pada pemulihan besar dalam kripto pada paruh pertama tahun ini,” ujar Head of APAC Derivatives FalconX, Sean McNulty.

Ia menuturkan, opsi jual yang menawarkan lindung nilai untuk ether dan Solana dibeli dalam jumlah besar semalam.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Bos Binance Richard Teng: Tarif Impor AS Bisa Beri Peluang pada Minat Kripto

Ilustrasi perdagangan Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi perdagangan Kripto. (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, CEO bursa kripto Binance Richard Teng menilai kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpeluang mempercepat minat pada sektor aset digital.

Mengutip Cryptonews, Rabu (9/4/2025) Richard Teng menulis dalam postingannya di platform media sosial X ketidakpastian makro yang disebabkan oleh kebijakan tarif Trump baru-baru ini dapat memicu respons penghindaran risiko dalam jangka pendek.

Namun, efek jangka panjangnya dapat berharga bagi industri kripto secara keseluruhan. "Namun, jika melihat lebih jauh ke depan, lingkungan ini juga dapat mempercepat minat pada kripto sebagai penyimpan nilai yang tidak berdaulat," kata Richard Teng.

"Banyak pemegang jangka panjang terus melihat Bitcoin dan aset digital lainnya sebagai aset yang tangguh selama periode tekanan ekonomi dan perubahan dinamika kebijakan," ia menambahkan.

Namun, Richard Teng juga mengakui bangkitnya kembali proteksionisme perdagangan AS menghasilkan volatilitas di pasar, termasuk dalam kripto.

Komentar Richard Teng muncul kurang dari sepekan setelah Trump mengumumkan rencana tarifnya, yang secara efektif menetapkan tarif minimum 10% untuk barang-barang dari hampir semua negara.

Pengumuman tersebut membuat pasar di seluruh dunia terpuruk, dengan pemain kunci di pasar saham AS berfluktuasi tak terduga. Aset digital tidak terkecuali, dengan nilai Bitcoin anjlok lebih dari USD 10.000 akhir pekan lalu.

 

Kapitalisasi Pasar Kripto Anjlok 25,9% Imbas Perang Dagang AS-China

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)... Selengkapnya

Diwartakan sebelumnya, Binance menerbitkan studi baru yang menganalisis dampak dari meningkatnya tarif dagang baru yang diberlakukan Amerika Serikat, dan dampak disruptifnya pada pasar global, khususnya aset digital.

Laporan Binance mengungkapkan ketegangan perdagangan telah menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang sebanding dengan yang terjadi setelah Undang-Undang Tarif Smoot-Hawley tahun 1930, dengan bea masuk rata-rata AS meningkat hingga hampir 19%, naik dari 2,5% pada tahun 2024.

Dalam laporannya, Binance Research merinci bagaimana pergeseran ini telah mengguncang kepercayaan investor dan membuat valuasi kripto jatuh.

"Sentimen pasar telah berubah menjadi sangat hati-hati, dengan investor bereaksi terhadap pengumuman tarif dalam perilaku 'menghindari risiko' klasik," ungkap Binance dalam laporannya.

"Total kapitalisasi pasar kripto telah turun sekitar 25,9% dari tertinggi Januari, menghapus nilai USD 1 triliun yang menggarisbawahi sensitivitasnya terhadap ketidakstabilan ekonomi makro," bebernya.

Penurunan tersebut telah memengaruhi Bitcoin, Ethereum, dan Altcoin, dan token spekulatif seperti Memecoin yang telah anjlok lebih dari setengahnya. Investor telah bermigrasi ke lindung nilai tradisional seperti emas, yang telah melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa.

Sejak Presiden AS Donald Trump kembali menjabat pada Januari 2025, pemerintahannya telah memberlakukan langkah-langkah perdagangan proteksionis yang luas. Serangkaian tarif terbaru, yang diumumkan pada 2 April 2025 menandai peningkatan dalam ketegangan perdagangan global, yang memicu tarif balasan dari mitra dagang utama.

 

 

Perang Dagang Bebani Arus Modal dan Redam Permintaan Aset Digital

Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)
Ilustrasi harga kripto (Foto By AI)... Selengkapnya

Binance menjelaskan, karena pasar kripto semakin berperilaku seperti aset berisiko, perang dagang yang berkepanjangan dapat terus membebani arus modal dan meredam permintaan aset digital dalam waktu dekat.

Akibatnya, modal yang mungkin telah memasuki kripto tetap berada di pinggir lapangan atau beralih ke tempat yang dianggap aman seperti emas.

Ke depan, Binance memperingatkan ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang terus-menerus dapat terus membayangi proposisi nilai jangka panjang kripto.

"Tarif paling agresif sejak tahun 1930-an sedang melanda ekonomi makro dan pasar kripto. Dalam jangka pendek, kripto mungkin tetap tidak stabil, dengan sentimen yang berubah-ubah sebagai respons terhadap perkembangan perang dagang yang sedang berlangsung," kata Binance.

Namun, laporan Binance juga menunjukkan ada kemungkinan terjadinya pemulihan jika kondisi membaik.

"Jika kondisi makro stabil, narasi baru berlaku, atau kripto menegaskan kembali perannya sebagai lindung nilai jangka panjang, dan pertumbuhan baru dapat menyusul. Hingga saat itu, pasar kemungkinan akan tetap terikat dalam kisaran dan reaktif terhadap berita utama makro," papar Binance.

 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya