Berat Badan Naik Selama Libur Imlek, Siswa Akan Dihukum di Sekolah

Sebuah sekolah menengah di provinsi Zhejiang, Tiongkok, memperingatkan siswanya agar tidak menambah berat badan mereka selama libur Imlek.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 03 Feb 2019, 16:04 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2019, 16:04 WIB
Ilustrasi Sekolah dan Anak (iStockphoto)
Sebenarnya, seberapa efektif kebijakan Sekolah Ramah Anak untuk Mengurangi Angka Kekerasan yang Terjadi pada si Kecil (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Libur sekolah menjadi momen yang dinantikan banyak pelajar. Selain terhindar dari tugas sekolah, mereka juga bisa bebas bermain, menikmati berbagai jajanan hingga liburan.

Namun uniknya, sebuah sekolah menengah di provinsi Zhejiang, Tiongkok, malah memperingatkan siswanya agar tidak menambah berat badan mereka selama libur Imlek. Jika melanggar, para siswa akan mendapat hukuman.

Melansir World of Buzz, Minggu (3/2/2019), Sekolah Menengah No. 3 Hangzhou meminta semua siswa mereka yang berumur 13 - 14 tahun untuk menimbang diri mereka sebelum libur Imlek dimulai di Tiongkok. Jika pihak sekolah mendapati siswanya memiliki bobot tubuh lebih dari 2 kg setelah sekolah dimulai, para siswa akan dipaksa untuk berlari setiap hari selama semester berikutnya.

Chen Wei, guru yang memiliki ide tersebut mengatakan, "Baru-baru ini ketika saya berjalan-jalan di sekitar pusat perbelanjaan dengan teman-teman, saya melihat timbangan dan tiba-tiba punya ide: Saya ingin para siswa menimbang diri mereka sendiri sebelum liburan dan memberi kesadaran akan risiko menambah berat badan di kemudian hari."


Anak Obesitas di Tiongkok Meningkat

Timbangan
Ilustrasi timbangan (iStockphoto)

Peraturan unik tersebut tampaknya memang perlu diberlakukan, karena Tiongkok kini tengah menghadapi masalah obesitas di sekolah dan memegang rekor yang tidak diinginkan dari jumlah anak obesitas terbesar di dunia.

Sebuah penelitian pada tahun 2017, memperkirakan jumlah anak-anak obesitas di Tiongkok dapat mencapai 50 juta pada tahun 2030. Itu juga dapat dikaitkan dengan sejumlah besar makanan olahan yang ada dalam makanan anak-anak, serta tekanan akademik yang tinggi hingga mengurangi waktu siswa untuk melakukan kegiatan fisik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya