Liputan6.com, Jakarta Covid-19 adalah penyakit yang menyerang orang-orang dari segala usia, segala jenis kelamin. Meski demikian, tingkat keparahan penyakit akibat Covid dapat berbeda-beda, tergantung pada faktor-faktor seperti tingkat kekebalan dan jenis kelamin seseorang.
Baca Juga
Advertisement
Dari sekian banyak penelitian yang telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir, diamati bahwa wanita cenderung menderita kasus virus Corona yang tak terlalu parah dan memiliki angka kematian yang cenderung lebih rendah pula.
Berkat penemuan baru, para ilmuwan medis baru-baru ini mengidentifikasi jejak protein yang memiliki kemampuan untuk melindungi wanita lebih baik daripada pria dalam kasus Covid-19.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Reseptor ACE2 memberikan respon imun yang lebih kuat
Reseptor ACE2 adalah sejenis enzim manusia yang diikat oleh SARS COV-2 dan kemudian bereplikasi. Enzim ini juga menawarkan perlindungan kunci terhadap beberapa jenis komplikasi kardiovaskuar dan paru.
Faktanya, berkat campuran unik kromosom dan hormon yang ada di tubuh wanita, penelitian menunjukkan bahwa wanita mungkin memiliki dua kali lipat jumlah reseptor ACE2 di tubuh yang memberi mereka peluang lebih kecil tertular Covid-19.
Studi yang dipimpin oleh peneliti utama dari University of Alberta menemukan bahwa reseptor ACE2 yang lebih tinggi memungkinkan sistem untuk menyaring virus dan memanipulasi hingga ke level yang melindungi tubuh hingga batas tertentu.
Â
Advertisement
Pria memiliki reseptor ACE2 lebih sedikit
Menariknya, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pria tak hanya memiliki lebih sedikit, tetapi juga reseptor ACE2 yang lebih rentan. Ini membuat pria lebih rentan terhadap risiko infeksi.
Fakta menarik lainnya, pria memiliki banyak reseptor ACE2 yang berkumpul di dekat sistem reproduksi mereka. Sayangnya, ini justru membuat pria juga rentan terhadap disfungsi ereksi dan masalah kesuburan lainnya yang dapat terpengaruh setelah gejala pasca Covid.
Â
Kromosom 'X' ekstra melindungi wanita
Studi independen yang dilakukan di AS menemukan bahwa keuntungan memiliki tambahan kromosom 'X' membuat wanita tak terlalu berisiko terhadap dampak Covid-19. Temuan penelitian juga mendorong para peneliti untuk memulai uji klinis di mana pria diberi estrogen untuk melihat apakah itu memberi mereka manfaat yang menjanjikan dalam mencegah Covid-19.
Faktanya, sebuah studi yang dilakukan oleh Wake Forest Baptist Medical Center di AS menemukan bahwa kadar estrogen yang tinggi mampu menurunkan kerja reseptor ACE2 dan mencegah Covid dari replikasi di dalam tubuh.
Â
Advertisement
Kebiasaan psikologis wanita berbeda dengan pria
Faktor non-fisiologis juga dapat memengaruhi kemungkinan Anda jatuh sakit. Di banyak tempat, pria lebih mungkin terpapar pekerjaan luar ruangan daripada wanita, yang juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan terkait polusi.
Alasan lain bisa jadi karena perilaku mereka sendiri. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa pria lebih cenderung terlibat dalam pertemuan sosial, pergi ke tempat-tempat dengan risiko penyakit yang lebih tinggi.
Â
Pria lebih cenderung menghindari, menunda pengujian
Pria juga lebih cenderung menunda mendapatkan perawatan kesehatan yang tepat atau mengabaikan gejala awal, yang dapat menyebabkan keparahan dan komplikasi di masa depan.
Statistik menunjukkan bahwa wanita, lebih daripada pria, cenderung lebih berhati-hati tentang peringatan dan strategi pengujian, memperhatikan gejala dan tidak menganggap enteng tanda-tanda keparahan penyakit.
Â
Advertisement
Beban komorbiditas kurang membuat stres pada wanita
Meskipun penyakit dan komorbiditas yang sudah ada sebelumnya merupakan faktor penentu besar dalam kasus COVID, ini juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa wanita memiliki kasus yang tidak terlalu parah.
Tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit jantung, beberapa faktor paling umum yang membuat COVID lebih berisiko lebih umum terjadi pada pria. Faktor penyebab seperti merokok, minum minuman keras dan penggunaan tembakau juga lebih marak di kalangan pria.
Meskipun tidak ada bukti konklusif yang menunjukkan hal ini, ini pasti bisa menjadi salah satu faktor yang terkait dengan tingkat keparahan COVID.