Subvarian BA.2 Omicron Meningkat, Ahli Terus Teliti Tingkat Keparahannya

Tidak hanya menyebar lebih cepat daripada virus aslinya, subvarian BA.2 omicron juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

oleh Camelia diperbarui 23 Feb 2022, 17:34 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2022, 10:12 WIB
Kota Tianjin China Tes Semua Penduduk Usai Temuan Omicron
Wanita berjalan dekat hiasan harimau yang dipajang di Kawasan Pusat Bisnis Beijing, Minggu (9/1/2022). Tianjin memulai pengujian massal terhadap 14 juta penduduknya setelah sekelompok anak-anak dan orang dewasa dinyatakan positif COVID-19, beberapa dengan varian omicron. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta Virus BA.2, subvarian dari varian virus corona Omicron, tidak hanya menyebar lebih cepat daripada virus aslinya, tetapi juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah dan tampaknya mampu menggagalkan kinerja vaksin, tulis studi terbaru.

Dilansir CNN, Selasa (22/2/2022), eksperimen laboratorium baru dari Jepang menunjukkan bahwa BA.2 mungkin memiliki fitur yang membuatnya mampu menyebabkan penyakit serius seperti varian Covid-19 yang lebih lama, termasuk Delta.

Dan seperti Omicron, tampaknya sebagian besar lolos dari kekebalan yang diciptakan oleh vaksin. Suntikan booster mengembalikan perlindungan, membuat penyakit setelah infeksi sekitar 74% lebih kecil kemungkinannya.

BA.2 juga resisten terhadap beberapa pengobatan, termasuk sotrovimab, antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk melawan Omicron. Temuan itu diunggah Rabu lalu sebagai studi pracetak di server bioRxiv, sebelum peer review.

Biasanya, sebelum sebuah penelitian dipublikasikan di jurnal medis, penelitian tersebut diteliti oleh para ahli independen. Pracetak memungkinkan penelitian untuk dibagikan lebih cepat, tetapi mereka diunggah sebelum lapisan tinjauan tambahan itu.

"Mungkin, dari sudut pandang manusia, virus yang lebih buruk daripada BA.1 dan mungkin dapat menularkan lebih baik dan menyebabkan penyakit yang lebih buruk," kata Dr. Daniel Rhoads, kepala bagian mikrobiologi di Klinik Cleveland di Ohio. Rhoads meninjau penelitian tetapi tidak terlibat dalam penelitian.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Terus Diawasi

Omicron
Omicron (sumber: Freepik)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) terus mengawasi BA.2, kata direkturnya, Dr. Rochelle Walensky.

"Tidak ada bukti bahwa silsilah BA.2 lebih parah dari silsilah BA.1. CDC terus memantau varian yang beredar baik di dalam negeri maupun di luar negeri," katanya.

"Kami akan terus memantau data yang muncul tentang tingkat keparahan penyakit pada manusia dan temuan dari makalah seperti ini yang dilakukan di laboratorium."

BA.2 Sangat Bermutasi

Ilustrasi varian COVID-19, omicron
Ilustrasi varian COVID-19, omicron. (PHoto by brgfx on Freepik)

BA.2 sangat bermutasi dibandingkan dengan virus penyebab Covid-19 asli yang muncul di Wuhan, China. Ia juga memiliki lusinan perubahan gen yang berbeda dari strain Omicron asli, membuatnya berbeda dari virus pandemi terbaru seperti varian Alpha, Beta, Gamma dan Delta dari satu sama lain.

Kei Sato, seorang peneliti di University of Tokyo yang melakukan penelitian, berpendapat bahwa temuan ini membuktikan bahwa BA.2 tidak boleh dianggap sebagai jenis Omicron dan perlu dipantau lebih ketat.

"Seperti yang Anda ketahui, BA.2 disebut 'siluman Omicron'," kata Sato kepada CNN. 

Harus Mengambil Langkah Ekstra

Gejala Covid Omicron
Omicron adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.

Itu karena tidak muncul pada tes PCR sebagai kegagalan target gen S, seperti yang dilakukan Omicron. Oleh karena itu, laboratorium harus mengambil langkah ekstra dan mengurutkan virus untuk menemukan varian ini.

Menetapkan metode untuk mendeteksi BA.2 secara khusus akan menjadi hal pertama yang perlu dilakukan banyak negara, katanya.

Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron

Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron
Infografis 8 Fakta Covid-19 Varian Omicron (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya