Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan dikatakan telah menemukan varian baru COVID-19 yang secara tidak resmi dijuluki "Deltacron". Varian COVID-19 baru ini merupakan kombinasi dari varian Delta dan Omicron dan telah terdeteksi dalam sejumlah kecil kasus di Prancis, Belanda, dan Denmark, kata Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Baca Juga
Advertisement
Karena kasusnya sedikit, para ilmuwan tidak tahu banyak tentang variannya, seperti seberapa mudah penyebarannya dan apakah itu menyebabkan penyakit yang parah.
"Kami belum melihat adanya perubahan epidemiologi dengan rekombinan ini. Kami belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan. Tetapi ada banyak penelitian yang sedang dilakukan," kata pemimpin teknis COVID-19 Organisasi Kesehatan Dunia Maria Van Kerkhove, PhD, di sebuah konferensi pers. Ilmuwan WHO mencatat bahwa varian tersebut kemungkinan akan menyebar.
"Sayangnya, kami berharap melihat rekombinan karena inilah yang dilakukan virus, mereka berubah seiring waktu," kata Van Kerkhove dilansir dari WebMD.
"Kami melihat tingkat sirkulasi yang sangat intens. Kami melihat virus ini menginfeksi hewan, dengan kemungkinan menginfeksi manusia lagi. Jadi sekali lagi, pandemi masih jauh dari selesai."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Varian baru Deltacron
Para ilmuwan akan menerbitkan makalah yang mengatakan kasus Deltacron telah ditemukan di Amerika Serikat, menurut USA Today, yang mengatakan telah melihat makalah yang akan dipublikasikan di situs web medRxiv.
Para ilmuwan di Helix, laboratorium yang berbasis di California, menemukan dua infeksi yang melibatkan versi Deltacron yang berbeda setelah mengurutkan lebih dari 29.000 sampel positif COVID yang dikumpulkan di Amerika Serikat dari 22 November 2021 hingga 13 Februari 2022, kata surat kabar itu.
Advertisement
Masih sedikit kasus
Laboratorium juga menemukan 20 infeksi lain yang memiliki varian Delta dan Omicron, USA Today melaporkan, dengan satu kasus memiliki Delta, Omicron, dan Deltacron. Para ilmuwan belum menggunakan nama Deltacron, dan WHO belum mengklasifikasikannya sebagai "varian yang mengkhawatirkan" karena hanya ada sedikit kasus.
"Fakta bahwa tidak banyak, bahkan dua kasus yang kami lihat berbeda, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak akan meningkat ke varian tingkat yang mengkhawatiran," William Lee, PhD, kepala petugas sains di Helix, mengatakan kepada surat kabar.
"Itu hanya akan menjadi varian jika menghasilkan sejumlah besar kasus," kata William Hanage, PhD, ahli epidemiologi di Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan.
"Jadi jika tidak menimbulkan banyak kasus, masyarakat tidak perlu khawatir," tutupnya.
Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron
Advertisement