Studi: Pasien Long Covid Bisa Alami Masalah Konsentrasi

Menurut penelitian, 78% orang yang melaporkan memiliki gejala long covid selama penelitian menyatakan mengalami kesulitan konsentrasi.

oleh Camelia diperbarui 29 Mar 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2022, 12:00 WIB
Pandemi Covid-19 Belum Berakhir
Ilustrasi Covid Credit: unsplash.com/Onder

Liputan6.com, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, para dokter sangat prihatin dengan tahap akut dari penyakit tersebut yang dapat mengancam jiwa. Ini harus menjadi prioritas, karena sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia berjuang untuk mengatasi permintaan dan untuk memahami bagaimana merawat orang dengan kondisi tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak fokus pada efek Covid-19 yang berkepanjangan, yang oleh para ahli disebut sebagai long covid. Misalnya seperti banyak laporan tentang masalah konsentrasi dan memori.

Sebuah studi baru dari Universitas Cambridge dan Exeter di Inggris menyelidiki seberapa umum masalah seperti itu. Menurut penelitian, 78% orang yang melaporkan memiliki gejala long covid selama penelitian menyatakan mengalami kesulitan konsentrasi.

Sebuah penelitian sebelumnya menunjukkan 49,6% dari mereka dengan long covid melaporkan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk membuat profesional medis menganggap serius gejala mereka.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masih terus dipelajari

virus corona covid-19
ilustrasi virus corona covid-19/photo copyright by Shutterstock

Prof Adam Hampshire, dari Departemen Ilmu Otak di Imperial College London, mengatakan kepada Medical News Today bahwa banyak yang merasa bahwa mereka tidak dianggap serius atau sedang disorot.

Dr. Muzaffer Kaser, rekan penulis studi dan peneliti, menyarankan kepada MNT kemungkinan alasan untuk skeptisisme ini, “Kami masih dalam proses memahami pola klinis long covid, jadi penting untuk mengakui ada banyak hal yang tidak diketahui,” katanya.

Penulis studi senior Dr. Lucy G. Cheke mengatakan kepada MNT, “Ada bahaya bahwa sekarang vaksinasi telah mengurangi kematian jangka pendek, bahwa pemerintah sekarang bertindak seolah-olah Covid sudah 'berakhir', tetapi 'hidup dengan Covid' tidak berarti berpura-pura itu tidak masih menyebabkan masalah jangka panjang yang besar.”


Masalah konsentrasi dan memori

Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19
Ilustrasi wanita lebih rentan alami gejala long COViD-19. Photo by Anna Shvets from Pexels

Dari Oktober 2020 hingga Maret 2021, para peneliti merekrut sekelompok orang dewasa yang melaporkan sendiri memiliki gejala long covid.

Setelah memisahkan mereka yang sama sekali tidak mungkin memiliki Covid-19, para peneliti tiba di kelompok terakhir yang terdiri dari 181 orang yang selamat dari Covid-19 dan kelompok kontrol yang terdiri dari 185 orang tanpa infeksi SARS-CoV-2.

Di antara peserta yang mengidap penyakit itu, hampir genap terjadi pembagian antara yang sudah sembuh total (42 orang), yang masih gejala ringan (53 orang), dan yang gejala Covid-19 terus parah (66 orang). 

Para peserta dengan long covid melaporkan masalah kognitif mereka saat ini 78% melaporkan kesulitan berkonsentrasi, 69% melaporkan brain fog atau sulit fokus, 67,5% melaporkan kelupaan, 59,5% melaporkan kesulitan mengingat kata yang diinginkan, 43,7% melaporkan mengetik atau mengucapkan kata yang tidak diinginkan.


Banyak pengidapnya sulit bekerja

Ilustrasi menguap/mengantuk bisa menularkan virus COVID-19
Ilustrasi menguap/mengantuk. Image by Sammy-Williams from Pixabay

Sebagai bagian dari studi terkait kedua, para peneliti melaporkan bahwa tingkat keparahan gangguan meningkat dengan tingkat keparahan gejala yang dilaporkan. Dr. Cheke menjelaskan bahwa gejala ini bukanlah ketidaknyamanan kecil. 

“Data kami mendukung studi epidemiologi yang lebih besar yang menunjukkan bahwa gejala kognitif sangat umum pada long covid dan melangkah lebih jauh untuk menunjukkan bahwa gejala ini tercermin dalam pengurangan kapasitas memori yang objektif dan terukur.”

“Masalah semacam ini membuat perbedaan besar bagi kehidupan masyarakat, tidak hanya mengurangi kualitas hidup, tetapi juga kemampuan untuk melakukan pekerjaan mereka dan merawat keluarga mereka.”

Studi tersebut mengutip penelitian sebelumnya, di mana 86% partisipan mengatakan bahwa masalah kognitif membuat mereka merasa tidak mampu bekerja.


Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya