Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia disebut-sebut merupakan salah satu penduduk termalas di dunia, salah satunya malas dalam berjalan kaki.
Menurut peneliti dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, di antara penduduk di negara-negara Asia Tenggara, penduduk Indonesia adalah yang termalas dalam berjalan kaki.
Baca Juga
“Merujuk data dari 700.000 orang yang menggunakan aplikasi pemantau aktivitas pada telepon seluler mereka, salah seorang peneliti mengatakan pola aktivitas orang-orang Indonesia amat berbeda dengan publik Singapura,” demikian dikutip dari P2PTM Kemkes, Selasa (25/10/2022).
Advertisement
Menurut data tersebut, Indonesia menduduki posisi paling buruk dalam hal jalan kaki. Rata-rata setiap orang hanya berjalan kaki sebanyak 3.513 langkah per harinya.
Menurut Tim Althoff selaku peneliti Universitas Stanford, Indonesia dan Filipina memiliki sedikit kemiripan dalam hal jalan kaki.
"Malaysia, Filipina, Indonesia cukup mirip dalam hal pola aktivitas. Namun, jika Anda melihat Singapura yang lebih urban, polanya berbeda," kata Tim Althoff, salah satu anggota kelompok peneliti Universitas Stanford, kepada BBC Indonesia.
Data dari Tim Althoff tentang jumlah langka kaki rata-rata per orang di negara-negara dunia sebagai berikut:
1. Hong Kong: 6.880 langkah
2. Cina: 6.189 langkah
3. Ukraina: 6.107 langkah
4. Jepang: 6.010 langkah
5. Rusia: 5.969 langkah
9. Singapura: 5.674 langkah
43. Filipina: 4.008 langkah
44. Malaysia: 3.963 langkah
45. Arab Saudi: 3.807 langkah
46. Indonesia: 3.513 langkah
"Untuk meneliti fenomena jarang bergerak, kami mencatat jumlah langkah masyarakat setiap negara dan mengubahnya menjadi grafik. Kadangkala grafik-grafik ini melebar, artinya ada kesenjangan aktivitas pada populasi antara mereka yang aktif dan yang kurang aktif," papar Althoff.
"Orang-orang di Singapura mencatat aktivitas fisik lebih tinggi dan kesenjangannya cukup sempit," lanjutnya.
Berikut alasan mengapa orang Indonesia malas jalan kaki, dikutip dari Kemenkes dan Indonesia Expat:
Faktor Utama Yakni Masalah Obesitas
Menurut ahli, Tim Althoff, Indonesia menempati posisi mengenah pada daftar kesenjangan aktivitas. Semakin besar kesenjangan di suatu negara, semakin besar pula taraf obesitasnya.
Indonesia menduduki peringkat 17 dalam penduduk obesitas.
Dari data Riset Kesehatan Nasional (Riskesnas) pada tahun 2016, penduduk dewasa berusia di atas 18 tahun yang mengalami kegemukan atau obesitas mencapai 20,7 persen atau lebih dari 40 juta orang.
Dan data ini meningkat pada tahun 2018 menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas), menjadi 35,4 persen.
"Yang banyak itu adalah orang-orang yang gemuk, orang-orang yang tidak bergerak banyak. Sehingga penyakit-penyakitnya sama dengan orang-orang di negara maju akibat kurang olahraga, makan berlebihan, makan tidak sehat. Itu kan meningkat," kata dokter ahli Fisiologi Olahraga, Ermita Ibrahim Ilyas.
Menurutnya kesenjangan ini juga ditunjang dari Infrastruktur indonesia yang buruk.
"Kita mau jalan di mana? Jalan tidak rata, ada lubang. Malah keseleo kalau kita injak. Kalau di Singapura, kita kan harus berjalan kaki. Itu fasilitas semua kan tersedia. Lingkungan kita yang tidak menopang," kata dokter Ermita.
Advertisement
Infrastruktur yang Buruk
Salah satu faktor penyebab Indonesia menjadi malas jalan kaki,yakni masalah infrastruktur yang buruk. Infrastruktur tentu mendorong masyarakat untuk berjalan kaki agar merasa aman dan nyaman.
Apabila infrastruktur tidak memadai, tentu akan berpengaruh kepada kebiasaan berjalan kaki masyarakat.
Infrastruktur yang buruk ini seperti, trotoar yang anjlok, jalanan berlumpur dan berlubang, tidak ada batasan jelas pengendara dan jalan kaki, membuat masyarakat enggan untuk berjalan kaki.
Menurut Tim Althoff, penelitian mereka menunjukkan bahwa penduduk kota-kota yang memiliki trotoar lebih baik mencatat jumlah langkah lebih banyak ketimbang kota yang trotoar dan infrastrukturnya tidak menyokong pejalan kaki.
"Anda bisa melihat di Singapura bahwa lingkungannya berbeda," kata Althoff.
"Dari semua kelompok masyarakat, kami melihat bahwa jika Anda punya infrastruktur lebih baik, jika Anda bisa berjalan kaki dengan nyaman, masyarakat akan mendapat hasil positif, mereka akan berjalan lebih banyak. Dan mengurangi kesenjangan fisik," tambahnya.
Cuaca Indonesia Panas dan Minimnya Keamanan
Suhu yang Panas
dikutip dari stasiun pengamatan BMKG terutama ibukota Indonesia yaitu jakarta, mulai dari 32 derajat sampai 36 derajat celcius rata-rata panasnya.
Pada rilis bertanggal 22 Mei 2022, BMKG menyebut bahwa Stasiun Cuaca Kalimaru di Kalimantan Timur dan Ciputat di Banten mencatatkan suhu maksimum sekitar 36 derajat berturut-turut selama beberapa hari.
Cuaca panas juga berdampak pada kesehatan kulit, dan pernapasan. Faktor suhu ini yang membuat masyarakat Indonesia enggan berjalan kaki.
Minimnya Keamanan di Jalanan
Faktor minimnya keamanan di jalan juga jadi salah satu penyebab orang Indonesia malas berjalan kaki, terutama kaum wanita. Berdasarkan keterangan dari dua orang pejalan kaki, mereka segan berjalan kaki karena banyaknya catcalling dan pelecehan seksual lainnya.
"Malas jalan kaki karena sering digodain, banyak yang bersiul, dan pelecehan seksual lainnya, jadi enggak nyaman," kata seorang pejalan kaki, saat berbincang dengan Citizen6 Liputan6.com, Selasa (25/10/2022).
Terbiasa dengan Teknologi
Terbiasa dengan kemudahan yang ditawarkan teknologi, juga jadi salah satu pendorong yang membuat orang malas jalan kaki. Dalam hal ini, contohnya adalah ketergantungan dengan aplikasi ojek online.
Kemudahan memesan transportasi online yang lebih praktis membuat orang tidak perlu capek berjalan kaki.
"Iya, karena yaudah lu tinggal diam, ojeknya dateng, naik. Sampai ke tempat, enggak ribet dan enggak capek," kata Haya Aqilah.
Advertisement