Harmonisasi Alam di Taman Kehati Sukabumi

Di taman Kehati ada berbagai jenis pohon endemik, pohon asli setempat, pohon bernilai ekonomi tinggi, pohon yang terancam punah, tanaman obat, maupun pohon buah.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2023, 09:02 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2023, 09:02 WIB
Harmonisasi Alam di Taman Kehati Sukabumi
dok: ist

Liputan6.com, Jakarta - Sejak tahun 2010, pabrik AQUA Babakanpari membangun taman keanekaragaman hayati (Taman Kehati) di lahan seluas 5,5 hektar, di kecamatan Cidahu, Sukabumi.

Taman itu kini dipenuhi pohon-pohon besar dan bersebelahan langsung dengan kawasan pabrik. Ada dua zona yang dipisahkan oleh jalan penghubung antar-kampung.

Zona pertama ditanam berbagai jenis pohon endemik, pohon asli setempat, pohon bernilai ekonomi tinggi, pohon yang terancam punah, tanaman obat, maupun pohon buah," ucap Corporate Communications Director Danone Indonesia,Arif Mujahidin, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/2/2023).

Ada sekitar 113 jenis pohon yang ditanam, di antaranya eboni (diospyros celebecca), engkala (litsea garciae), pulai (alstonia scholaris), kidahu (dracontomelon dao), rasamala (atingia excelsa), puspa (schima walicii), kayu manis (cinnamomum burmani), mindi (azadirach indica), damar (agathis damara), mahoni (swietenia mahagony), dan lain-lain.

Sementara itu, kepala pabrik AQUA Babakanpari Eddwison Yasir mengatakan, penanaman pohon di taman tersebut dilakukan setiap tahun agar luas tutupan hijau terbuka semakin luas. Pohon-pohon di taman kehati itulah yang membantu konservasi tanah dan air.

"Selain pepohonan, sebagai upaya memasukkan air ke dalam tanah maka di taman ini juga dibuat 20 rorak yang berfungsi sebagai peresap air dikombinasikan dengan fungsi lain yang berhubungan lebah klanceng yang dibudidayakan," lanjut Eddwison.

Rorak tersebut kemudian diberi nama ROTARI (Rorak Taman Trigona). Rotari sebenarnya sama saja dengan rorak pada umumnya. Yang membedakannya adalah pada pinggiran rotari ditanami bunga-bungaan sebagai pakan lebah klanceng.

 

Tanaman lainnya

Edwison menambahkan, "Menanam pohon merupakan suatu amal kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir selama pohon tersebut masih hidup. Orang akan senang karena bisa memanen buah dari pohon yang kita tanam atau paling tidak orang bisa menghirup udara segar dari sebatang pohon yang kita tanam."

Penanaman pohon di zona kedua dilakukan dengan sistem tumpang sari. Di sini para petani diberi kebebasan mengolah lahan seluas 2,5 hektar dengan menanam berbagai jenis palawija dan sekaligus merawat pohon-pohon besar yang ada di zona dua ini.

Hasil palawija dari sini dapat dimanfaatkan para petani untuk konsumsi keluarga masing-masing, dibagikan ke tetangga, ataupun dijual.

"Ini merupakan suatu bentuk pemberdayaan petani yang bermukim di kawasan Cidahu dan Cicurug. Selain penanaman palawija tersebut, para petani pun diajak melakukan budidaya madu hasil dari lebah klanceng," tambahnya.

Adanya lebah klanceng di taman ini membangun suatu hubungan simbiosis mutualisme dengan pohon-pohon lainnya. Lebah membantu proses penyerbukan yang menguntungkan pohon-pohon, sementara lebah juga mendapatkan nektar dari pohon-pohon sebagai bahan makanan dan bahan pembuatan sarang lebah. 

 

Infografis Taman Nasional di Indonesia yang Termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO
Infografis Taman Nasional di Indonesia yang Termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya