7 Tanda Orang Tua Narsistik yang Dapat Mempengaruhi Anak, Seperti Apa?

Di bawah ini adalah tanda-tanda beracun orang tua narsistik yang bisa menjadi "racun" bagi anak.

oleh Bella Zoditama diperbarui 24 Agu 2024, 10:02 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2024, 10:02 WIB
7 Tanda Orang Tua Narsistik yang Dapat Mempengaruhi Anak, Seperti Apa?
7 Tanda Orang Tua Narsistik yang Dapat Mempengaruhi Anak, Seperti Apa? (Sumber: unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Menjalani peran sebagai orang tua memang tidak mudah. Termasuk dalam memilih pola asuh yang baik bagi anak-anak yang akan dibesarkan. 

Di mana mereka membutuhkan empati, kasih sayang dan hal-hal baik dari orang tuanya. Akan tetapi, ada banyak sifat yang tidak akan Anda temukan pada seorang narsistik.

Dilansir dari CNBC, Kamis (21/8/2024), Ramani Durvasula, seorang psikolog, profesor psikologi di California State University, Los Angeles, dan pendiri LUNA Education, mengatakan bahwa mempelajari dampak narsisisme dalam hubungan keluarga. 

Pola asuh narsisisme bukanlah tentang membanggakan diri di media sosial atau memaksakan kegiatan ekstrakurikuler yang ketat pada anak-anak Anda. Pola asuh ini jauh lebih dalam, dan merupakan salah satu cara paling beracun untuk membesarkan anak-anak Anda.

Orang tua narsistik mengalami kesulitan untuk membiarkan anak-anak mereka menjadi diri mereka sendiri, atau memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini juga akan mempengaruhi kesehatan mental anak-anaknya.

Anda mungkin menjadi orang tua narsistik dan tidak menyadarinya. Berikut adalah tanda-tanda umum yang sering terlihat:

1. Melihat anak sebagai sumber validasi

Orang tua narsistik seringkali akan dengan lantang memamerkan anak-anak mereka ketika mereka mencetak gol kemenangan atau mendapatkan peran besar dalam drama sekolah. Anda mungkin melihat mereka terus-menerus membanggakan diri secara daring atau membicarakan kecantikan atau bakat anak mereka dalam percakapan.

Kecuali jika ada sesuatu yang melibatkan prestasi anak mereka, orang tua tersebut akan bersikap acuh tak acuh dan tidak tertarik pada anak mereka.

Mereka umumnya mempermalukan kebutuhan anak mereka untuk terhubung atau validasi, dan sebaliknya melihat mereka sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut bagi diri mereka sendiri.

2. Reaktif secara emosional, tapi mempermalukan emosi anak

Pengasuh Siksa Bocah 9 Tahun Saat Ditinggal Orang Tua Berlibur
Ilustrasi kekerasan anak. Foto: Pixabay.com

Orang tua narsisistik seringkali marah dan agresif saat merasa kecewa atau frustrasi. Jika mereka yakin anak mereka bersikap kritis atau menantang, mereka dapat melampiaskannya.

Reaksi ini dapat terwujud dalam bentuk teriakan, amarah yang tiba-tiba, atau, dalam kasus yang lebih parah, kekerasan fisik. Sementara itu, emosi orang lain dapat membuat orang tua narsisistik merasa tidak nyaman dan mereka mungkin merasa jijik.

Mereka mungkin mempermalukan anak mereka agar tidak mengungkapkan emosi mereka sama sekali dengan kalimat seperti, "Sadarlah, itu bukan masalah besar," atau, "Berhentilah menangis dan kuatkan dirimu."

3. Selalu mengutamakan kebutuhan sendiri

Terkadang orang dewasa perlu mengutamakan masalah dunia nyata — mungkin giliran kerja larut malam tidak dapat dihindari atau tugas-tugas akan menyita waktu sepanjang sore. Namun, orang tua narsisistik mengharapkan anak-anak mereka untuk berkorban agar mereka dapat melakukan atau mendapatkan apa pun yang mereka inginkan.

4. Memiliki batasan yang buruk

Ilustrasi Kekerasan Anak
Indonesia lampu kuning kasus kekerasan anak karena tingginya data pengaduan ke KPAI. (pexels.com/Pixabay)

Orang tua narsistik bisa sangat mengganggu. Jika mereka tidak menyukainya, mereka tidak akan berinteraksi dengan anak. Namun, jika mereka ingin anak memvalidasi mereka, mereka mungkin merasa dapat menyela anak mereka dan meminta mereka melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan.

Mereka mungkin mengajukan pertanyaan yang menyelidik atau mengkritik anak mereka dengan cara yang juga terasa mengganggu, seperti mengomentari berat badan, penampilan, atau atribut lain yang membuat anak merasa malu.

5. Seringnya pilih kasih

Orang tua narsistik mempertahankan kekuasaan mereka dengan melakukan pilih kasih. Mereka mungkin memiliki anak emas yang mereka puji secara berlebihan, misalnya, sambil berbicara buruk tentang anak lain dalam keluarga.

Hal ini dapat membuat anak merasa tidak nyaman, tidak setia, dan tidak aman secara psikologis. Mereka mungkin percaya bahwa mereka perlu mengikuti atau membuat orang tua narsistik terkesan untuk menghindari kemarahan mereka dan mempertahankan reputasi baik dalam keluarga.

6. Mengharapkan anak untuk jadi pengasuh

Ilustrasi Caregiver
Ilustrasi Caregiver./ Pexels.com/Jsme MILA

Pada usia yang relatif muda, pesan dari orang tua narsistiktik adalah bahwa anak mereka harus merawat mereka. Hal ini sering kali berlanjut hingga dewasa, di mana orang tua narsistiktik bisa sangat manipulatif.

Kalimat yang umum mungkin adalah, "Aku memberimu makan dan pakaian, jadi sekarang kamu berutang padaku."

Banyak orang narsistik mengharapkan anak-anak mereka memberikan perhatian dan dukungan di kemudian hari.

7. Menyalahkan anak-anak mereka

Orang narsistik memiliki kebutuhan untuk merasa sempurna, jadi mereka menghindari tanggung jawab atas kesalahan mereka sendiri dan menyalahkan anak-anak mereka. Mereka bisa bersikap kejam saat merasa dikritik, dan komentar mereka sering kali menyakitkan.

Ucapan umum dari orang tua narsistik mungkin seperti, "Ini salahmu kalau aku sangat lelah," atau, "Aku bisa saja memiliki karier yang hebat jika aku tidak harus berurusan denganmu."

Seiring waktu, anak-anak dari orang tua narsistik menginternalisasi komentar-komentar ini dan mulai menyalahkan diri sendiri, dengan percaya: "Saat aku membutuhkan sesuatu, aku membuat orang lain merasa atau bertindak lebih buruk."

Cara Mengubah Kecenderungan Pola Asuh Narsistik

Bangun hubungan emosional
Ilustrasi anak-anak dan orang tua (foto: Pexels/Arina Krasnikova)

Jika Anda merasa memiliki salah satu ciri di atas, jangan khawatir. Kita semua memiliki tingkat keterlibatan diri tertentu. Namun, ada beberapa strategi yang dapat Anda gunakan untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan Anda.

Pertama, jangan membuat anak Anda marah. Jika mereka berkata, "Kamu selalu marah padaku," jangan berkata, "Bukan begitu." Ini hanya akan membuat mereka semakin bingung. Sebaliknya, hadapi anak dengan empati: "Aku minta maaf. Kamu ingin membicarakannya? Bagaimana perasaanmu?"

Strategi lainnya adalah menghindari minta maaf yang bersifat paksaan atau forced forgiveness. Sebab hal ini justru menguntungkan orang tua dengan menyembunyikan perilaku buruk mereka tetapi hanya menumbuhkan rasa bersalah dan kebingungan pada anak. Biarkan anak mengalaminya sendiri.

Terakhir, pertimbangkan terapi. Itu adalah salah satu tempat terbaik untuk mengeksplorasi sikap dan kecenderungan Anda dalam mengasuh anak.

Infografis Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Diet
Infografis Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Diet. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya