Keunikan Indonesia dari 6 Sisi Dadu

Apa yang terlintas di benak kita apabila melihat dadu? Bisakah Anda melihat Indonesia di dalam dadu itu?

oleh Liputan6 diperbarui 30 Okt 2013, 14:34 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2013, 14:34 WIB
131030bdadu.jpg
Citizen6, Salatiga: Apa yang terlintas di benak kita apabila melihat dadu? Sebentuk kubus kecil dengan 6 sisi, yang masing-masing sisinya terdapat titik yang mengindikasikan angka 1 sampai 6. Uniknya lagi masing-masing sisi yang berlawanan jika dijumlahkan menghasilkan angka 7, angka sempurna. Sekarang bisakah Anda melihat Indonesia di dalam dadu itu?

Ya, Indonesia dengan 6 sisinya yang beragam, tapi melebur dalam satu dadu. Keberagaman Indonesia yang jika digabungkan akan menawarkan keunikan yang sempurna. Keunikan yang sulit untuk tidak dicintai. Inilah keenam sisi unik yang akan membuat Anda jatuh cinta dengan ibu pertiwi. Keenam sisi unik ini bisa Anda jumpai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.

Seorang antropolog kenamaan asal Amerika Ruth Benedict telah mengakui budaya sebagai suatu pola yang membedakan satu kelompok dan kelompok yang lainnya.

Titik unik pertama Indonesia sebagai suatu bangsa besar adalah Indonesia kaya akan pola-pola keberagaman, dan itu bukan budaya luar melainkan budaya asli negeri ini dari berbagai tanah, bahasa, tradisi, dan watak. Seperti saat berada di antara masyarakat yang berdesakan menonton Pawai Pentas Seni Budaya Indonesia yang diselenggarakan Universitas Kristen Satya Wacana April 2013 lalu, sebagai identitas ciri suatu kelompok. Inilah titik pertama kecintaan terhadap Indonesia, budayanya yang khas dan beragam.

Titik unik kedua Indonesia terletak pada kulinernya. Kalau ada negeri 1.001 malam, maka Indonesia seharusnya menjadi negeri 1.001 kuliner. Sejak abad pertengahan aroma rempah-rempah Indonesia sudah menarik hidung-hidung kaukasia untuk bertandang ke negeri ini. Kuliner kita bahkan bisa membuat penyicipnya yang berbeda lidah sekali pun jatuh cinta.

Pada titik unik ketiga Indonesia, terletak pada sikap masyarakatnya yang non-individualis, ramah, dan saling bergotong-royong. Potret kearifan lokal yang masih hidup dan seharusnya dilestarikan tanpa pandang bulu.

Titik unik keempat Indonesia adalah masyarakatnya yang ramah. Jika Anda datang ke toko serba ada yang buka 24 jam dan mendapat salam serta sepotong senyum itu sudah biasa. Atau jika Anda datang ke suatu perusahaan bertemu dengan seorang resepsionis yang menyapa dengan senyuman itu suatu keramahan yang diharuskan dalam sebuah pelayanan.

Tapi ketika Anda naik bis dan bertukar senyum dengan orang yang tidak Anda kenal itu sangat Indonesia. Dari wajah yang cerah, mata dengan semangat muda sampai wajah dengan garis-garis keriput yang muncul di pinggiran mata saat mereka tersenyum, semuanya terlalu Indonesia. Keramahan lokal yang membuat Anda rindu pulang ke tanah ini.

Di titik yang kelima yang Anda bisa lihat dari sebuah dadu tentang Indonesia adalah sejuta tradisi yang ada di negeri ini. Tradisi injak piring, perayaan panen, potong gigi, kamisan, malam tirakatan dan masih banyak lagi perayaan yang membudaya dan jadi kebiasaan yang unik dan khas.

Semua daerah di Indonesia memiliki perayaan dan atribut adatnya masing-masing. Membuat Anda jadi menunggu-nunggu saat itu tiba untuk menyaksikan kemeriahannya secara langsung, kekhusyukannya secara mendalam, dan jangan ragu lagi sekiranya Anda menjadi semakin cinta dengan negeri ini.

Namun begitu, negeri ini menjadi tidak sempurna karena banyak konflik, kekacauan, dan bencana yang terjadi. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tetap bangkit untuk melihat pelangi walau terkena badai besar sekalipun. Inilah yang menjadi titik unik keenam Indonesia. Tragedi Trisakti dan Semanggi, dihantam tsunami pada 2004, pemboman Hotel J W Marriot tahun 2009, Bom Bali I dan II, dan masih banyak lagi, tidak membuat bangsa ini semakin terpuruk, malah sebaliknya, bangsa ini bangkit kembali dengan harapan-harapan untuk masa depan.

Gotong-royong dan senyum masih ada. Negeri yang tidak sempurna ini menjadi sempurna untuk dicintai. Tidak ada yang sempurna, tapi cinta dapat membuatnya terlihat sempurna. Sebagaimana kata Ki Hajar Dewantara, "Aku hanyalah orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia." Tidakkah negeri ini layak untuk dicintai? (Jeliana Gabrella/mar)

Jeliana Gabrella adalah pewarta warga.

Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.




POPULER

Berita Terkini Selengkapnya