Perusahaan Kripto Ini Optimistis Terra USD Dapat Kembali Menguat

CEO Arca Rayne Steinberg pihaknya percaya UST akan bisa mengembalikan nilainya.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 12 Mei 2022, 09:42 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2022, 09:42 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan hedge fund kripto, Arca adalah salah satu dari banyak kemungkinan menderita dampak yang cukup besar dari keruntuhan yang tiba-tiba dan dramatis dari Stablecoin bertenaga LUNA yaitu Terra USD (UST).

Perusahaan, yang mengelola aset USD 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun, mengatakan kepada mitra terbatasnya dalam sebuah catatan yang dikirim pada Selasa, mereka percaya Stablecoin UST yang tertatih-tatih pada akhirnya akan mendapatkan kembali pasaknya dan menyimpulkan situasi tersebut akan menciptakan peluang pembelian.

Arca mengatakan dalam catatan itu pihaknya mengadakan pertemuan komite investasi dan risiko  untuk membahas situasi tersebut. Pada Senin malam, UST telah jatuh ke level terendah kisaran USD 0,63 dan LUNA diperdagangkan pada USD 24,60. 

Adapun pada Kamis (12/5/2022) UST masih mendekam di bawah USD 1,00 tepatnya pada USD 0,82 dan LUNA telah merosot di bawah USD 1,15. 

CEO Arca Rayne Steinberg menulis kepada investor pada Selasa, pihaknya percaya UST akan bisa mengembalikan nilainya. 

"Setelah analisis ini, kami merasa, dan terus merasa, bahwa UST pada akhirnya akan mempertahankan pasaknya dan sejumlah peluang menarik telah tersedia," tulis Steinberg, dikutip dari CoinDesk, Kamis (12/5/2022). 

"Misalnya, kami dapat membeli UST dengan diskon signifikan untuk DYF (Digital Yield Fund) dan kemudian menyetor dengan FTX yang membayar 100 persen APY (hasil persentase tahunan) mengingat ketidakseimbangan pembeli dan penjual selama ketakutan puncak,” lanjut dia.

“Kami memiliki pengalaman yang signifikan dalam situasi tertekan dari 2008/2009 hingga dan termasuk SUSHI dan LEO (Bitfinex) dalam beberapa tahun terakhir,” tulis Steinberg dalam catatan tersebut, merujuk pada krisis masa lalu. 

“Kami menyambut peluang ini untuk menjadi pembeli ketika orang lain ketakutan," ujar dia.

Arca menjalankan Dana Aset Digital, di mana LUNA adalah induknya, menurut catatan tersebut. UST juga menjadi Stablecoin inti di Digital Yield Fund perusahaan, kata perusahaan dalam surat itu.

Unit Vision Hill dari Galaxy Digital adalah investor jangkar di Arca. Bos Galaxy, Mike Novogratz terkenal dengan tato LUNA yang menonjol di lengan kirinya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pasar Kripto Masih Lesu, Ini Penyebabnya

Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Visual Stories/Unsplash)

Sebelumnya, pasar kripto masih melanjutkan keterpurukan sejak sepekan terakhir. Bitcoin dan kripto jajaran teratas lainnya masih stagnan bertahan di zona merah. 

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin (9/5/2022) siang, harga Bitcoin berada di kisaran harga USD 33.667 atau sekitar Rp 490,3 juta (asumsi kurs Rp 14.565 per dolar AS. 

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, penurunan drastis yang dialami pasar kripto secara fundamental saat ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS oleh the Fed untuk menekan inflasi. 

"Faktor yang mempengaruhi harga kripto terutama Bitcoin turun adalah kenaikan suku bunga di AS untuk menekan inflasi. Bank sentral global juga alami inflasi cukup tinggi dampak konflik Rusia-Ukraina. Apalagi negara yang berikan sanksi pada Rusia, inflasi-nya cukup tinggi,” ujar Ibrahim ketika dihubungi Liputan6.com, Senin, 9 Mei 2022.

Pada Rabu mendatang, AS akan merilis data inflasi, menurut Ibrahim, kemungkinan tingkat inflasi akan mengarah ke 9 persen dari yang sebelumnya 8,5 persen. 

“Tingkat inflasi yang tinggi ini bisa membuat pemerintah AS ketar-ketir dan risiko terjadi resesi juga cukup besar. Resesi ini juga tidak hanya bisa terjadi di AS tapi di negara besar seperti Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Resesi ini juga dapat memicu penurunan harga kripto,” jelas dia. 

 

Harga Bitcoin Masih Koreksi Secara Teknikal

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Di sisi lain, untuk Bitcoin Ibrahim mengatakan secara teknikal masih menunjukkan tren penurunan. Harga saat ini yang berada di kisaran USD 33.000 masih bisa terkoreksi lebih dalam lagi. 

"Dari analisis teknikal pertama, Bollinger Band, untuk daily mengindikasikan 70 persen itu masih akan melemah. Kemudian analisis kedua, moving average ini juga masih mengindikasikan Bitcoin akan jatuh,” tutur Ibrahim

“Teknikal ketiga, Stochastic sendiri mengindikasikan Bitcoin masih akan jatuh, itu kelihatan 70 persen turun. Inilah kemungkinan besar Bitcoin yang saat ini ada di USD 33.500 bisa turun di USD 30.000-an dan bisa saja menyentuh USD 29.000 itu level terakhir,” lanjut dia. 

Meskipun begitu, menurut Ibrahim, harga Bitcoin dan kripto lainnya masih berpotensi untuk kembali melonjak jika ada faktor pendorong dari konflik Rusia-Ukraina. 

"Pada 9 Mei, Rusia melakukan peringatan kemenangan atas Nazi pada perang dunia ke-2. Nah kita masih belum tahu apakah perang yang terjadi saat ini akan menjadi perang dunia ke-3 atau tidak. Jika informasi perang ke-3 benar, maka akan membawa harga Bitcoin melambung tinggi lagi yang secara teknikal harga terendah berada di USD 29.000,” pungkas Ibrahim.

Pasar Kripto Jeblok, Hal Apa yang Perlu Dilakukan Investor?

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, saat ini kondisi market aset kripto masih berjuang di tengah penurunan dalam yang terus berlanjut selama beberapa hari terakhir. Kripto teratas kompak berada di zona merah. 

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa (10/5/2022) siang, harga Bitcoin sedikit naik dari pagi hari yang sebelumnya di kisaran USD 30.000 atau sekitar Rp 436,2 juta (asumsi kurs Rp 14.541 per dolar AS) sekarang di kisaran USD 32.000.

Lantas bagaimana hal yang bisa dilakukan investor kripto saat kondisi pasar sedang berada di zona merah? Trader Tokocrypto, Afid Sugiono memberikan beberapa hal yang bisa dilakukan bagi para investor dalam menghadapi penurunan pasar kripto.

Afid menuturkan, investor bisa lebih fokus pada aset kripto sebagai investasi jangka panjang, tetapi tak menutup kemungkinan investor mengambil keuntungan dalam jangka waktu pendek.

“Menurut saya pribadi, ini saat yang tepat untuk memfokuskan aset kripto sebagai investasi jangka panjang,” ujar Afid, kepada Liputan6.com, Selasa, 10 Mei 2022.

“Namun jika ingin fokus meraih keuntungan cepat, bisa juga melakukan teknik scalping atau memilih pembelian aset kripto, seperti BTC down, ETH down, ADA down. Aset kripto itu punya skema meraih keuntungan dari penurunan harga BTC, ETH, dan ADA,” lanjut Afid. 

Selain itu, menurut Afid investor juga harus fokus pada pendekatan jangka panjang untuk berinvestasi dan asumsikan setiap aset yang dibeli saat ini, akan terus dipegang selama beberapa tahun ke depan.

Hal tersebut dilakukan karena saat ini masih sulit untuk memprediksi kondisi pasar ketika berada dalam kondisi market bearish. 

Strategi

Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Serok ketika harga sedang turun atau buy the dip juga jadi cara yang bisa dilakukan saat pasar berada dalam kondisi penurunan. Dengan harapan dapat engambil keuntungan dari harga rendah sebagai titik masuk yang baik di bearish market. 

“Harapannya, investor tetap dapat bisa mendapatkan keuntungan ketika harga kembali pulih,” tutur Afid.

Adapun Afid mengatakan, investor juga perlu cari tahu metode lain untuk mendapatkan keuntungan dari aset kripto, misalnya seperti staking. Mudahnya, staking mirip dengan layanan keuangan tradisional di bank yaitu deposito, di mana investor hanya perlu menyetorkan nominal uang, meminta bank mengelolanya dan akan dapat bunga. 

Cara terakhir yang bisa dilakukan selama pasar kripto alami penurunan adalah dengan berinvestasi di Stablecoin. 

“Sebagian besar investor masih bisa mengukur keuntungan mereka berdasarkan nilai fiat, baik melalui dolar AS maupun rupiah. Pada kondisi pasar bearish bisa mengkonsolidasikan beberapa portofolio ke dalam bentuk stablecoin untuk keluar dari potensi kerugian,” pungkas Afid.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya