Liputan6.com, Jakarta Menurut studi baru Bank Sentral Nigeria (CBN), mata uang digital bank sentral (CBDC) milik Nigeria, e-naira yang telah berusia hampir dua tahun di negara itu menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.Â
Dilansir dari Bitcoin.com, Rabu (4/10/2023), hal ini terlepas dari fakta mata uang digital tersebut berpotensi membantu meningkatkan tingkat inklusi keuangan Nigeria dari 64,1 persen yang tercatat pada 2021 menjadi target 95,0 persen pada 2024.
Baca Juga
Diluncurkan pada akhir Oktober 2021, e-naira yang diperjuangkan oleh mantan gubernur CBN Godwin Emefiele, belum diterima secara luas oleh masyarakat Nigeria.Â
Advertisement
Banyak pengamat berpendapat jumlah unduhan dibandingkan dengan 130 juta lebih orang dewasa di Nigeria mungkin merupakan indikasi tanggapan masyarakat yang kurang hangat terhadap peluncuran CBDC.Â
Namun, penolakan masyarakat Nigeria terhadap e-naira tidak menghentikan CBN untuk mempromosikannya atau menawarkan insentif kepada calon pengguna.
Risiko Stabilitas Sistem Perbankan
Terlepas manfaat dari CBDC, CBN menyatakan dalam laporannya konversi simpanan bank ke e-naira dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas sistem perbankan. Untuk mendukung argumen ini, laporan tersebut menunjukkan jumlah konversi deposito bank sejak diperkenalkannya CBDC.
Menurut bank sentral, e-naira juga dapat berdampak negatif terhadap profitabilitas bank secara keseluruhan melalui berkurangnya pendapatan non-bunga. CBDC juga disertai dengan peningkatan risiko serangan siber, kata laporan CBN.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.