Jumlah Pelanggan Kripto di Indonesia Masih Masuk Tren Peningkatan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, meskipun ada tren peningkatan dari jumlah pelanggan, tetapi jumlah transaksi aset kripto masih berada pada tren penurunan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Des 2023, 16:20 WIB
Diterbitkan 05 Des 2023, 16:20 WIB
OJK Sebut Jumlah Pelanggan Aset Kripto Masih Masuk Tren Peningkatan
Jumlah pelanggan aset kripto Indonesia, per September 2023 jumlah pelanggan terdaftar aset kripto mencapai 17,91 juta pelanggan. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hasan Fawzi menyebut jumlah pelanggan yang terdaftar aset kripto masih dalam tren peningkatan.

Hasan menjelaskan, meskipun ada tren peningkatan dari jumlah pelanggan, tetapi jumlah transaksi aset kripto masih berada pada tren penurunan per Oktober 2023. 

“Per Oktober 2023, jumlah pelanggan aset kripto tercatat sebanyak 18,06 juta, dan nilai transaksi aset kripto selama 2023 tercatat sebesar Rp 104,9 triliun,” kata Hasan dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan November, Senin, 4 Desember 2023, ditulis Selasa (5/12/2023).

Penurunan nilai transaksi aset kripto terjadi sepanjang 2023. Pada September, jumlah transaksi kripto di Indonesia hanya mencapai Rp 7,96 triliun. Ini mengalami penurunan sebesar 25,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan angka Rp 10,64 triliun.

Sedangkan untuk jumlah pelanggan aset kripto Indonesia, per September 2023 jumlah pelanggan terdaftar aset kripto mencapai 17,91 juta pelanggan. Angka ini naik 0,67 persen atau bertambah sekitar 12.000 orang dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Agustus 2023 dengan total 17,79 juta orang

Selain itu, Hasan menambahkan, OJK juga melakukan koordinasi lanjutan dengan Bappebti dan Bank Indonesia, terkait pengaturan dan pengawasan aset keuangan digital termasuk aset kripto sebagaimana diatur dalam UU P2SK.

OJK juga melakukan kerjasama dengan Bank Negara Malaysia, Monetary Authority of Singapore, Thailand SEC, dan Dubai Virtual Asset Regulatory Authority (VARA), dalam rangka penguatan kebijakan, pengaturan, dan pengawasan ITSK dan aset keuangan digital termasuk aset kripto.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Turun, Pelaku Industri Sebut Masih Sehat

llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik
llustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Sebelumnnya diberitakan, nilai transaksi perdagangan aset kripto mengalami penurunan dalam setahun terakhir. Pada 2021, volume transaksi perdagangan aset kripto mencapai Rp 859,4 triliun. 

Kemudian volume transaksi perdagangan kripto turun sebanyak 63 persen menjadi Rp 306,4 triliun pada 2022 dan masih mengalami penurunan hingga September 2023 yang tercatat baru mencapai Rp 94,4 triliun. 

Mengomentari hal ini, CEO Reku, Sumardi menyebut pada 2021 nilai transaksi bisa melonjak karena ada FOMO besar-besaran, harga aset kripto bisa naik ribuan persen pada saat ini.

“Saat itu aset kripto naik bukan karena  aspek teknikal atau fundamental, tapi ada tokoh dunia terkenal menulis cuitan tertentu, harga bisa naik,” kata Sumardi dalam acara Workshop Reku x CCA Financial Planner, Rabu (22/11/2023). 

Sumardi mengungkapkan penurunan ini juga terjadi karena adanya crypto winter pada 2022 hingga 2023. Menurut dia, dengan kondisi crypto winter, tetapi nilai transaksi aset kripto masih mencapai Rp 90 triliun itu masih sehat.

Sebelum harga kripto naik besar-besaran pada 2021, Sumardi menuturkan crypto winter juga terjadi pada 2018, Namun ada perbedaan dengan crypto winter saat ini yang memiliki pertumbuhan 10 kali lipat. Pada crypto winter 2018 belum tentu nilai transaksi bisa capai 10 triliun dalam satu tahun.

OJK: Nilai Transaksi Kripto di Indonesia Alami Tren Penurunan

Ilustrasi Kripto. Foto: Freepik/Rawf8.com
Ilustrasi Kripto. Foto: Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kripto, mulai dari membelinya hingga menambang. Tapi ada cara lain yaitu melalui Faucet Kripto.Freepik/Rawf8.com

Sebelumnya diberitakan, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hasan Fawzi menyebut nilai transaksi aset kripto di Indonesia berada dalam tren penurunan. 

Fawzi menjelaskan tren nilai transaksi kripto ini berbanding terbalik dengan jumlah pelanggan aset kripto yang terus alami kenaikan. 

"Per September 2023 nilai transaksi aset kripto di Indonesia tercatat akumulasi sebesar Rp 94,4 triliun di tahun 2023,” kata Fawzi dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil RDK Bulanan Oktober 2023, Senin (30/10/2023). 

Sepanjang September, jumlah transaksi kripto di Indonesia hanya mencapai Rp 7,96 triliun. Ini mengalami penurunan sebesar 25,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan angka Rp 10,64 triliun.

Sedangkan untuk jumlah pelanggan aset kripto Indonesia, per September 2023 jumlah pelanggan terdaftar aset kripto mencapai 17,91 juta pelanggan. Angka ini naik 0,67 persen atau bertambah sekitar 12.000 orang dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Agustus 2023 dengan total 17,79 juta orang.

 

Investor Kripto di Indonesia Sentuh 17,91 Juta hingga September 2023

Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)
Ilustrasi Kripto (Foto: Traxer/unsplash)

Sebelumnya diberitakan, investasi kripto di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Terbaru, data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat hingga September 2023, total investor kripto di Tanah Air sudah mencapai angka 17,91 juta orang. 

Jumlah investor ini naik 0,67 persen atau bertambah sekitar 12.000 orang dibandingkan bulan sebelumnya, yakni Agustus 2023 dengan total 17,79 juta orang. Namun, jika dilihat dari perspektif tahunan, pertumbuhannya lebih mencolok. Dalam rentang waktu satu tahun, yaitu dari September 2022 hingga September 2023, ada penambahan sekitar 1,64 juta investor kripto. 

Ini menandakan pertumbuhan sebesar 10,1 persen dari total 16,27 juta orang pada September 2022. Dengan pertumbuhan yang tampak positif, ada catatan menarik lainnya. Pasar kripto di Indonesia sempat mengalami perlambatan pertumbuhan investor. 

Data menunjukkan selama periode Oktober 2022 hingga Agustus 2023, pertumbuhan investor kripto di Indonesia tidak pernah melebihi 1 persen. Perlambatan ini bisa dikaitkan dengan tren global di pasar kripto yang sempat mengalami kemerosotan. Hal ini secara otomatis mempengaruhi minat investor di Indonesia untuk berinvestasi dalam aset kripto.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Tirta Karma Senjaya mengatakan sejauh ini pertumbuhan investor kripto di Indonesia terus meningkat. 

"Pertumbuhan jumlah investor kripto di Indonesia memang terus meningkat, tetapi investor masih mencari waktu yang tepat untuk membeli kripto," ungkap Tirta, dalam siaran pers, dikutip Sabtu (28/10/2023). 

Tak hanya itu, Bappebti juga mencatat adanya penurunan nilai transaksi kripto di Indonesia pada September 2023, yang mencapai Rp 7,96 triliun. 

Ini mengalami penurunan sebesar 25,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan angka Rp 10,64 triliun. Bahkan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, ada kontraksi hingga 54,7 persen dari Rp 17,57 triliun pada September 2022. 

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya