Analisis Kripto: Bitcoin Tembus USD 64 Ribu, Tapi Ada Potensi Turun Lagi

Penguatan nilai Bitcoin terjadi usai aksi BlackRock, salah satu pemain terbesar dalam industri keuangan global, telah mengguyur lebih dari USD 10 miliar dana ke pasar kripto.

oleh Arief Rahman H diperbarui 04 Mar 2024, 14:19 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2024, 14:19 WIB
Kripto. Dok: Traxer/Unsplash
Para trader dan investor masih bergairah untuk mengakumulasi aset terutama Bitcoin dan altcoin potensi lainnya, seperti koin meme dengan lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada minggu lalu. Kripto. Dok: Traxer/Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Pasar kripto menunjukkan pergerakan yang semakin dinamis belakangan ini. Bahkan, nilai Bitcoin sendiri mampu mencapai USD 64.000 atau setara hampir Rp 1 miliar. Lantas, apa kondisi ini bisa bertahan lama?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachru mencatat pada Senin, 4 Maret 2024, pukul 07.45 WIB, pagi BTC sempat tembus $64.000, namun kembali memantul ke bawah.

"Tren konsolidasi di akhir pekan mencerminkan terbentuknya pola kelanjutan bullish. Namun, Bitcoin mengalami lonjakan volatilitas yang kuat saat mendekati level USD 64.000, sehingga menghentikan momentum pemulihan yang dibuktikan dengan candle penolakan sumbu panjang," terang Fyqieh dalam keterangannya, Senin (4/3/2024).

Dia mengatakan, penguatan nilai Bitcoin terjadi usai aksi BlackRock, salah satu pemain terbesar dalam industri keuangan global, telah mengguyur lebih dari USD 10 miliar dana ke pasar kripto. Hal ini dinilai menguatkan kepercayaan publik pada aset digital.

Sentimen Crypto Fear & Greed Index juga masih menunjukan optimisme pasar dengan level angka 82 poin di kategori "Extreme Greed". Para trader dan investor masih bergairah untuk mengakumulasi aset terutama Bitcoin dan altcoin potensi lainnya, seperti koin meme dengan lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada minggu lalu.

Fyqieh bilanh optimisme seputar halving Bitcoin yang akan datang, yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu kurang dari 50 hari, menambah sentimen pasar. Secara historis, peristiwa halving telah memicu reli Bitcoin, meskipun kehati-hatian tetap berlaku di tengah peringatan akan potensi koreksi.

"Selain itu, arus masuk Bitcoin ETF dari para pemain Wall Street menggarisbawahi minat institusional yang berkelanjutan terhadap mata uang kripto. Namun, ETF Bitcoin mencatat arus keluar keseluruhan pada hari Jumat, mengakhiri kenaikan beruntun selama tujuh hari," tegasnya.

 

Sentimen Negatif

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Di sisi lain, ada sentimen dari tingginya utang Amerika Serikat, yanh menimbulkan sentimen mengenai kemungkinan terjadinya "financial decoupling," suatu fenomena yang potensial memisahkan pasar kripto dari pasar keuangan tradisional. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa fenomena ini lebih merupakan hasil dari FOMO (Fear of Missing Out) yang luar biasa di pasar saat ini.

Di sisi teknis, Relative Strength Index (RSI) saat ini mencapai angka 83, menunjukkan pasar Bitcoin mungkin telah masuk ke dalam wilayah overbought. Hal ini mengindikasikan potensi untuk koreksi harga yang lebih lanjut atau setidaknya konsolidasi dalam waktu dekat.

"Sementara para trader dan investor menunggu perkembangan lebih lanjut, pasar kripto terus menarik perhatian global dengan volatilitas dan potensi pertumbuhan yang tinggi. Kondisi ini menjadikan pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya menjadi sorotan utama dalam beberapa waktu ke depan," urainya.

Pekan ini, semua perhatian tertuju pada testimoni Ketua The Fed, Jerome Powell di depan Kongres pada 6-7 Maret 2024. Testimonoi ini berpotensi mempengaruhi sentimen pasar di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi dan potensi penyesuaian suku bunga, pernyataan Powell memiliki pengaruh yang signifikan bagi investor dan analis.

Selain itu, beberapa pejabat Fed lainnya akan berbicara memberikan wawasan mengenai sikap kebijakan Fed saat ini mengenai suku bunga. Sejumlah indikator ekonomi, termasuk data ketenagakerjaan ADP, lowongan pekerjaan AS, produktivitas AS, dan tingkat pengangguran AS, akan dirilis minggu ini. Indikator-indikator ini membantu pelaku pasar kripto dalam mengukur potensi pergerakan Fed pada pertemuan mendatang.

 

Bisa Turun Lagi

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Lebih lanjut, dia mengatakan, posisi Bitcoin menembus USD 64.121 pagi jni. Dalam analisis teknis terbaru, terlihat bahwa Bitcoin memiliki potensi untuk melakukan breakout dari resistance di level USD 64.000 menuju level lebih tinggi di sekitar USD 66.900.

Kendari begitu, pergerakan pasar masih menyimpan kemungkinan Bitcoin akan mengalami rejection di area resistance tersebut. Jika hal ini terjadi, ada potensi bagi Bitcoin untuk kembali melemah ke kisaran support psikologis di sekitar USD 60.000.

Dalam mengamati indikator teknis, Stochastic berada di area overbought, yang dapat mengindikasikan bahwa Bitcoin mungkin telah masuk ke wilayah yang terlalu dibeli. Di sisi lain, MACD histogram menunjukkan momentum bullish, menambahkan kekuatan pada potensi breakout yang mungkin terjadi.

"Dengan memperhatikan level-level penting, support terdekat yang perlu diperhatikan adalah di sekitar USD 57.000. Sedangkan resistance utama yang perlu diatasi adalah di level USD 64.000," ucapnya.

"Dalam situasi seperti ini, para trader dan investor di pasar kripto perlu tetap waspada dan siap untuk menanggapi pergerakan harga yang cepat dan potensial. Dengan analisis yang cermat dan pengambilan keputusan yang tepat, mereka dapat memanfaatkan peluang-peluang yang muncul dalam kondisi pasar yang dinamis seperti saat ini," pungkas Fyqieh.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya