Liputan6.com, Jakarta - PEPE adalah memecoin deflasi yang diluncurkan di Ethereum. Cryptocurrency dibuat sebagai penghargaan untuk karakter meme di internet Pepe the Frog, yang dibuat oleh Matt Furie, yang mendapatkan popularitas di awal tahun 2000-an.
Dilansir dari Coinmarketcap, proyek PEPE Coin ini bertujuan untuk memanfaatkan popularitas koin meme, seperti Shiba Inu dan Dogecoin, dan berusaha untuk memantapkan dirinya sebagai salah satu cryptocurrency berbasis meme teratas.
Baca Juga
PEPE mengimbau komunitas cryptocurrency dengan melembagakan kebijakan tanpa pajak, sistem redistributif yang memberi penghargaan kepada pemegang saham jangka panjang, dan mekanisme pembakaran untuk mempertahankan kelangkaan koin PEPE.
Advertisement
Peta jalan PEPE menampilkan tiga fase, di mana fase pertama termasuk daftar di CoinMarketCap, dan mendapatkan trending $PEPE di Twitter, sementara fase dua termasuk daftar di bursa terpusat (CEX) dan fase tiga termasuk daftar pertukaran tingkat 1.
Harga PEPE Coin
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat (26/4/2024) PEPE Coin menguat signifikan yaitu sebesar 2,31 persen dalam 24 jam terakhir dan 54,50 persen sepekan. Harga PEPE Coin saat ini berada di level Rp 0,1218 dengan volume perdagangan 24 jam terakhir sebesar Rp 19,8 triliun.
PEPE Coin memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 51,2 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 391,7 triliun PEPE Coin dari maksimal suplai 420,6 triliun.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bos Indodax Sebut Asia Tenggara Berpotensi Jadi Pemimpin Industri Kripto
Sebelumnya, perkembangan aset kripto di kawasan Asia Tenggara saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan hasil penelitian dari Statista, market kripto di kawasan ini diperkirakan akan mencapai USD 1.787 juta atau sekitar Rp 27,5 triliun pada 2024 ini.
Kawasan Asia Tenggara juga diprediksi tumbuh sebesar 8,75 persen selama empat tahun ke depan. Mengomentari hal ini, CEO Indodax, Oscar Darmawan menyatakan komitmennya untuk terus menciptakan ekosistem kripto yang sehat di Indonesia.
Oscar menuturkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Chainalysis, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara yang memiliki pertumbuhan kripto terbesar di dunia, dengan memiliki keuntungan sebesar USD 1,06 miliar.
"Peringkat ini menunjukkan bahwa minat dan adopsi terhadap aset kripto terus berkembang di Indonesia," ungkap Oscar dalam siaran pers, dikutip Kamis (25/4/2024).
Advertisement
Indonesia Bisa Jadi Pemain Kunci
Di sisi lain, Oscar juga mengatakan jika Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci dalam industri kripto di kawasan Asia Tenggara. Namun, untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan dukungan yang kuat dari semua pihak terkait.
"Kami percaya dengan adanya kerja sama yang erat antara sektor publik dan swasta, kita dapat menciptakan ekosistem yang ramah terhadap inovasi dan teknologi baru, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Indonesia serta ekonomi secara keseluruhan,” jelas Oscar.
Oscar juga memaparkan jika Indonesia memiliki peluang besar dan pondasi yang kuat untuk mengembangkan industri kripto. Ia menturkan, sebanyak 69 persen masyarakat Indonesia berada di rentang usia 15 hingga 64 tahun. Indonesia juga akan mengalami bonus demografi pada 2045.
“Menurut data dari Kementerian Keuangan, 80 persen mayoritas penduduk Indonesia masih belum atau kurang terjangkau oleh layanan perbankan. Hal ini membuka kesempatan luas bagi para pemain industri kripto untuk mengedukasi mereka sebagai upaya untuk meningkatkan adopsi kripto di Indonesia,” tuturnya.