Arus Masuk ETF Bitcoin Milik Grayscale Capai Rp 1 Triliun

Arus keluar ETF Bitcoin milik Grayscale yang terus-menerus telah terjadi sejak Januari 2024, ketika Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui ETF Bitcoin Spot.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 07 Mei 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2024, 11:00 WIB
Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)
Grayscale telah mengusulkan pengenalan ETF Bitcoin mini dengan pengurangan biaya, yang bertujuan untuk meningkatkan daya saingnya. Ilustrasi berbagai macam aset kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah arus keluar selama 11 minggu berturut-turut, Grayscale Bitcoin Trust ETF (GBTC) akhirnya mengalami keuntungan positif sebesar USD 63 juta atau setara Rp 1 triliun (asumsi kurs Rp 16.011 per dolar AS).

Dilansir dari Coinmarketcap, Selasa (7/5/2024), arus keluar ETF Bitcoin milik Grayscale yang terus-menerus telah terjadi sejak Januari 2024, ketika Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui ETF Bitcoin Spot.

Meskipun terjadi arus keluar baru-baru ini, GBTC masih tetap menjadi ETF spot Bitcoin terbesar, mengelola aset lebih dari USD 18,7 miliar atau setara Rp 299,4 triliun dan memiliki sekitar 297.000 Bitcoin.

Namun, arus keluar yang konsisten memungkinkan pesaing baru untuk mempersempit kesenjangan, dengan BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) mengumpulkan aset sebesar USD 17,2 miliar atau setara Rp 275,4 triliun.

Untuk mengimbangi kerugiannya, Grayscale telah mengusulkan pengenalan ETF Bitcoin mini dengan pengurangan biaya, yang bertujuan untuk meningkatkan daya saingnya.

Berita positif untuk Grayscale datang setelah pesaingnya, IBIT ETF dari raksasa investasi BlackRock mengalami penurunan. Meskipun IBIT telah tumbuh menjadi USD 15,4 miliar atau setara Rp 299,4 triliun sejak diluncurkan di Wall Street, IBIT mengalami kontraksi sebesar USD 37 juta atau setara Rp 592,6 miliar .

Selain itu, semua ETF secara kolektif mengalami arus keluar sebesar USD 563 juta, menandai hari terburuk mereka karena penurunan harga BTC. Berita tentang masuknya GBTC menimbulkan kejutan dan kegembiraan di pasar.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Jumlah Investor Kripto Capai 19,75 Juta hingga Maret 2024

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengungkapkan jumlah investor kripto di Indonesia masih dalam tren peningkatan. Hingga Maret 2024, tercatat terdapat 19,75 juta investor kripto.

Angka ini bertambah sekitar 570.000 orang atau naik 2,97% dibandingkan Februari 2024 yang sebanyak 19,18 juta orang. 

Tak hanya jumlah investor yang alami peningkatan, nilai transaksi kripto di Indonesia mengalami lonjakan signifikan pada Maret 2024. Angkanya mencapai Rp 103,58 triliun, melonjak 207,5% dibandingkan Februari 2024 yang sebesar Rp 33,69 triliun. 

Menurut CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis peningkatan jumlah investor dan nilai transaksi kripto di tanah air disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kenaikan harga Bitcoin dan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset kripto. 

"Salah satu alasan kuatnya kinerja pasar kripto pada bulan Maret lalu adalah pemulihan harga Bitcoin yang mencapai harga tertinggi baru sepanjang masa,” kata Yudhono dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (3/5/2024).

Seperti diketahui, harga Bitcoin sempat mencapai level tertinggi baru pada Maret 2024 yaitu sekitar USD 74.000 atau setara Rp 1,19 miliar (asumsi kurs Rp 16.192 per dolar AS). 

Selain itu, minat institusional terhadap ETF Bitcoin di Amerika Serikat masih tetap kuat, sehingga mendorong harga BTC dan meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke pasar dan investasi di kripto.

Selain itu, Yudhono juga memperhatikan lonjakan harga aset kripto pada Maret lalu masih mencerminkan tingginya optimisme pasar terhadap kebijakan The Fed yang berencana menurunkan suku bunga tiga kali pada tahun ini, meskipun inflasi lebih tinggi. 

Risiko Inflasi

Ilustrasi kripto (Foto: worldspectrum/Pixabay)
Ilustrasi kripto (Foto: worldspectrum/Pixabay)

Risiko inflasi yang lebih tinggi pada gilirannya dapat mendorong permintaan terhadap penyimpanan nilai alternatif, seperti emas fisik dan Bitcoin. Dari perspektif sektor kripto, segmen pasar dengan kinerja terbaik selama Maret adalah memecoin yang meraih keuntungan tinggi. 

“Meskipun token terkait memecoin terutama diperdagangkan untuk hiburan dan belum memiliki kasus penggunaan yang jelas, mereka masih dianggap sebagai investasi dengan risiko sangat tinggi,” pungkasnya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya