Thailand Grebek Penambang Bitcoin Ilegal, Ini Penyebabnya

Aktivitas penambangan Bitcoin ilegal diduga menjadi penyebab pemadaman listrik yang melanda daerah tersebut selama lebih dari sebulan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Agu 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2024, 16:00 WIB
Thailand Grebek Penambang Bitcoin Ilegal, Ini Penyebabnya
Pihak berwenang Thailand melakukan penggebrekan terhadap operasi penambangan Bitcoin ilegal di Ratchaburi, sebuah kota di wilayah barat Bangkok. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang Thailand melakukan penggebrekan terhadap operasi penambangan Bitcoin ilegal di Ratchaburi, sebuah kota di wilayah barat Bangkok.

Penggebrekan penambangan Bitcoin ilegal itu menyusul banyaknya keluhan dari warga sekitar tentang pemadaman listrik yang terus-menerus. Mengutip Cointelegraph, Senin (26/8/2024) penggerebekan tersebut terjadi pada 23 Agustus 2024 dan otoritas mengungkapkan bahwa aktivitas penambangan Bitcoin ilegal diduga menjadi penyebab pemadaman listrik yang melanda daerah tersebut selama lebih dari sebulan.

Laporan South China Morning Post, mengungkapkan, penyelidikan dimulai setelah warga melaporkan pemadaman listrik yang tidak dapat dijelaskan yang dimulai pada pertengahan bulan Juli 2024.

Gangguan ini menimbulkan kekhawatiran bagi Otoritas Listrik Provinsi (PEA), yang bekerja sama dengan polisi setempat, melacak sumber pemadaman listrik ke satu rumah.

Setelah diperiksa, ditemukan rumah tersebut digunakan sebagai basis penambangan Bitcoin.

Menurut epala petugas keamanan distrik, Jamnong Chanwong, meskipun konsumsi listrik properti tersebut sangat tinggi, pembayaran yang dilakukan untuk listrik tersebut sangat rendah, yang menunjukkan operator telah mencuri listrik untuk mendukung operasi mereka.

Ditemukan, peralatan penambangan Bitcoin telah dipasang oleh sebuah perusahaan yang telah menyewa rumah tersebut selama sekitar empat bulan. Ditemukan juga, pemadaman listrik yang signifikan tersebut bertepatan dengan periode ketika operasi penambangan kemungkinan beroperasi penuh.

Namun, tidak ada penangkapan yang dilakukan selama penggerebekan tersebut, dan penyelidikan masih berlangsung. Pihak berwenang menduga bahwa para operator penambangan Bitcoin ilegal melarikan diri setelah menyadari bahwa aktivitas mereka telah menarik perhatian penegak hukum.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Negara Asia Tenggara Hadapi Masalah Penambangan Bitcoin Ilegal

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Dilaporkan, penambangan Bitcoin ilegal telah menjadi masalah di sejumlah negara di Asia Tenggara, dengan operator yang mengeksploitasi biaya listrik yang relatif rendah di wilayah tersebut sambil menghindari tagihan energi yang tinggi yang terkait dengan proses penambangan mata uang kripto yang intensif.

Di Malaysia, operasi penambangan ilegal telah mencuri listrik bernilai sekitar USD 723 juta antara tahun 2018 dan 2023. Merespon tindakan tersebut, otoritas Malaysia telah mengambil langkah drastis, termasuk penghancuran rig penambangan Bitcoin senilai lebih dari USD 1,2 juta yang disita karena beroperasi secara ilegal.

 


Mantan Bos Kripto Ini Prediksi Harga Bitcoin Kembali ke Harga Rp 1 Miliar, Kok Bisa?

Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik/Pikisuperstar

Sebelumnya, salah satu pendiri dan mantan CEO perusahaan kripto BitMEX, Arthur Hayes kembali memberikan pandangannya terhadap pasar kripto khususnya Bitcoin. Hayes memberikan komentar penting tentang masa depan pasar. 

Hayes membagikan sebuah posting blog yang menyatakan musim altcoin atau altcoin season tidak akan kembali hingga Bitcoin melampaui USD 70.000 atau setara Rp 1,10 miliar (asumsi kurs Rp 15.567 per dolar AS) dan Ethereum melampaui USD 4.000 atau setara Rp 63 juta.

Ia juga menyebutkan Solana akan naik di atas USD 250. Dengan diperkenalkannya likuiditas dolar AS, ia memperkirakan mata uang kripto akan keluar dari lintasan penurunannya mulai September dan seterusnya.

"Ketika lelucon plafon utang AS berakhir, likuiditas akan mengalir deras dari Departemen Keuangan dan mungkin Fed, dan pasar akan kembali ke jalurnya. Kemudian pasar bull akan benar-benar dimulai. Bitcoin senilai USD 1 juta masih menjadi skenario dasar saya,” kata Hayes dalam postingan blognya, dikutip dari Coinmarketcap, Kamis (22/8/2024). 

Pada awal 2023, banyak komentar di seluruh dunia yang menyatakan kepopuleran mata uang kripto mungkin sudah berakhir. Namun, pada Januari 2024, persetujuan ETF Bitcoin spot memicu gelombang aktivitas baru, yang berpuncak pada Bitcoin yang mencapai puncak historisnya pada Maret. 

Selanjutnya, tren penurunan dimulai lagi, dengan harga Bitcoin baru-baru ini turun menjadi USD 48.800. Meskipun demikian, keyakinan pelaku pasar pada 2024 dan 2025 tampaknya tetap utuh. Dalam konteks ini, Arthur Hayes, salah satu tokoh terkenal di dunia mata uang kripto.

 


Goldman Sachs Pangkas Kemungkinan Resesi AS, Apa Artinya bagi Bitcoin?

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, ekonom di perusahaan investasi global Goldman Sachs telah memangkas kemungkinan resesi di Amerika Serikat dalam tahun depan menjadi 20%. Landasan penurunan risiko resesi AS berdasarkan realisasi data penjualan ritel dan pengangguran terkini.

Dikutip dari cointelegraph, Selasa (20/8/2024), ekonom Goldman yang dipimpin oleh Jan Hatzius memperkirakan kemungkinan terjadi resesi turun menjadi 20% dari perkiraan sebelumnya sebesar 25%Lalu, jika laporan pekerjaan AS untuk Agustus yang akan diterbitkan pada 6 September terlihat cukup baik maka kemungkinan terjadi resesi di AS tersebut kembali dipangkas 15%.

Lalu apa artinya bagi Bitcoin?

Analis IG Markets Tony Sycamore mengatakan kepada Cointelegraph bahwa pemotongan probabilitas Goldman hanya sedikit perubahan dan tidak mungkin mendorong ledakan arus pencarian risiko yang baik di berbagai kelas aset, termasuk kripto.

Kepala penelitian 10x Research Markus Thielen mengatakan kepada Cointelegraph bahwa pedagang Bitcoin dapat menyambut baik pemotongan suku bunga tetapi ada juga risiko bahwa ini menyiratkan resesi mungkin akan datang.

"Dan dalam hal itu, kami memperkirakan Bitcoin akan terkoreksi lebih rendah, seperti yang terjadi pada tahun 2019,” ujar dia.

Dia mencontohkan ketika Fed memangkas suku bunga pada Juli 2019. Bitcoin awalnya melonjak sebesar 20% dalam reli jangka pendek.

Thielen menambahkan meskipun Federal Reserve menerapkan dua pemotongan suku bunga tambahan akhir tahun itu, Bitcoin mengakhiri 2019 dengan penurunan 35% dari puncaknya setelah pemotongan suku bunga pertama.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya