Liputan6.com, Jakarta Anak dengan disabilitas netra memiliki kesulitan saat bergerak bebas, bermain, melihat dan meniru orangtuanya dalam aktivitas sehari-hari.
Menurut peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Djadja Rahardja, anak-anak tunanetra kehilangan saat-saat belajar kritis seperti itu, yang mungkin akan berdampak terhadap perkembangan, belajar, keterampilan sosial, dan perilakunya.
Baca Juga
Disabilitas netra dapat memengaruhi beberapa karakteristik anak seperti karakteristik kognitifnya. Tunanetra secara langsung berpengaruh pada perkembangan dan belajar dalam hal yang bervariasi.
Advertisement
Peneliti asal Austria Berthold Lowenfeld menggambarkan dampak kebutaan dan low vision terhadap perkembangan kognitif, dengan mengidentifikasi keterbatasan yang mendasar pada anak dalam tiga area yaitu tingkat/keanekaragaman pengalaman, kemampuan berpindah tempat, dan interaksi dengan lingkungan.
Simak Video Berikut Ini:
Tingkat dan Keanekaragaman Pengalaman
Ketika seorang anak memiliki disabilitas netra, maka pengalaman harus diperoleh dengan mempergunakan indera-indera yang masih berfungsi, khususnya perabaan dan pendengaran. Namun, indera-indera tersebut tidak dapat secara cepat dan menyeluruh dalam memperoleh informasi, misalnya ukuran, warna, dan hubungan ruang yang sebenarnya bisa diperoleh dengan segera melalui penglihatan.
Tidak seperti fungsi penglihatan, ketika anak mengeksplorasi benda dengan perabaan maka harus ada kontak dengan bendanya selama dia melakukan eksplorasi tersebut. Ada beberapa benda yang tidak dapat dijangkau dengan indera perabaan karena terlalu jauh seperti benda langit, atau terlalu besar contohnya gunung, terlalu rapuh misalnya binatang kecil, atau membahayakan misalnya api, dan sebagainya.
Advertisement
Kemampuan Berpindah Tempat
“Penglihatan memungkinkan kita untuk bergerak dengan leluasa dalam suatu lingkungan, tetapi tunanetra mempunyai keterbatasan dalam melakukan gerakan tersebut. Keterbatasan tersebut mengakibatkan keterbatasan dalam memperoleh pengalaman dan juga berpengaruh pada hubungan sosial,” mengutip file.upi.edu, Senin (7/9/2020).
Tidak seperti anak-anak lainnya, anak tunanetra harus belajar cara berjalan dengan aman dan efisien dalam suatu lingkungan dengan berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.
Interaksi dengan Lingkungan
Jika seseorang berada di suatu tempat yang ramai, orang itu dengan mudah bisa melihat ruangan di mana ia berada, melihat orang-orang di sekitar, dan bisa dengan bebas bergerak di lingkungan tersebut.
Di sisi lain, penyandang tunanetra tidak memiliki kontrol seperti itu. Bahkan dengan keterampilan mobilitas yang dimilikinya, gambaran tentang lingkungan masih tetap tidak utuh.
Hal ini yang menyebabkan orang dengan disabilitas netra membutuhkan pendamping jika pergi ke tempat baru atau lingkungan dengan trotoar akses seperti penyediaan guiding block.
Advertisement