4 Klasifikasi Tunanetra Berdasarkan Jenis Kelainan Hingga Waktu Terjadinya

Arti tunanetra tidak sebatas orang yang tidak dapat melihat. Lebih jauh, tunanetra terbagi dalam klasifikasi dan jenis yang beragam baik berdasarkan keparahan maupun waktu terjadinya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Okt 2020, 18:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2020, 18:00 WIB
FOTO: Melihat Proses Belajar Online di Sekolah Tunanetra
Guru Wahyu Adi Prasetyo mengajar secara online di sekolah tunanetra Yayasan Raudlatul Makfufin, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (10/8/2020). Keterbatasan kuota internet membuat para guru membatasi waktu belajar yang berlangsung sejak pandemi COVID-19. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Arti tunanetra tidak sebatas orang yang tidak dapat melihat. Lebih jauh, tunanetra terbagi dalam klasifikasi dan jenis yang beragam baik berdasarkan keparahan maupun waktu terjadinya.

Menurut peneliti dari Universitas Brawijaya Malang, Anita Tri Widiyawati, ada beragam klasifikasi pada tunanetra, namun pada dasarnya tunanetra dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kurang penglihatan (low vision) dan buta total (totally blind).

“Kurang penglihatan (low vision), yakni mereka yang memiliki pandangan yang kabur ketika melihat suatu objek, sehingga untuk mengatasi permasalahan penglihatannya, penderita tunanetra jenis low vision perlu menggunakan kacamata atau kontak lensa,” tulis anita dikutip pada Kamis (1/10/2020).

Sedangkan, yang dimaksud buta total (totally blind), yakni mereka yang sama sekali tidak mampu melihat rangsangan cahaya dari luar (Smart, 2010: 36).

Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, tunanetra secara garis besar dapat dikelompokkan berdasarkan empat kategori, yaitu: 1) waktu terjadinya ketunanetraan, 2) kemampuan daya penglihatan, 3) pemeriksaan klinis, dan 4) kelainan-kelainan pada mata (Hartono, 2010: 195).

Simak Video Berikut Ini:

Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan

Berdasarkan waktu terjadinya, tunanetra dibagi dalam lima kategori waktu yakni:

a) Tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.

b) Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, yaitu mereka yang telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.

c) Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, yaitu mereka yang yang telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

d) Tunanetra pada usia dewasa, yaitu pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.

e) Tunanetra dalam usia lanjut, yaitu sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.

Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan

Berdasarkan kemampuan daya penglihatan, tunanetra dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

a) Tunanetra ringan (defective vision/low vision), yakni mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan, tetapi mereka yang mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

b) Tunanetra setengah berat (partially sighted), yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.

c) Tunanetra berat (totally blind), yakni mereka yang sama sekali tidak bisa melihat (Hartono, 2010: 195).

Berdasarkan Pemeriksaan Klinis

Berdasarkan pemeriksaan klinis, tunanetra dibagi menjadi dua yaitu:

a) Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.

b) Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200 yang dapat lebih baik melalui perbaikan.

Berdasarkan Kelainan Pada Mata

Berdasarkan kelainan pada mata, tunanetra dibagi menjadi 3 kategori yakni:

a) Myopia, yaitu penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. Penglihatan akan menjadi jelas kalau objek didekatkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita myopia digunakan kacamata proyeksi dengan lensa negatif.

b) Hyperopia, yaitu penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus, dan jatuh tepat di retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.

c) Astigmatisme, yaitu penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi dengan lensa silindris (Hartono, 2010: 196).

Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya