Pengembangan Kajian dan Kamus Signalong Indonesia Sebagai Bahasa Isyarat Non Tuli

Signalong Indonesia (SI) adalah sistem isyarat komunikasi yang berbasis sains untuk anak non tuli khususnya yang mengenyam pendidikan di sekolah inklusif.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 28 Okt 2020, 10:00 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi Bahasa Isyarat
Ilustrasi Bahasa Isyarat Foto oleh Dids dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Signalong Indonesia (SI) adalah sistem isyarat komunikasi yang berbasis sains untuk anak non tuli khususnya yang mengenyam pendidikan di sekolah inklusif.

Menurut dosen dari Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Budiyanto, SI merupakan keyword signing system (KWS) atau sistem isyarat berbasis kata kunci dan bukan bahasa isyarat untuk komunitas tuli.  SI dikembangkan untuk kelas inklusi berbasis budaya Indonesia, kurikulum, dan pendidikan.

Berbagai kajian telah dilakukan untuk membuktikan efektivitas SI. Hasilnya, dari 104 responden, 46 di antaranya menggunakan SI di lebih dari 11 sekolah di Jawa, Bali, dan Riau. 77 persen responden dilatih untuk menggunakan SI.

Sekitar 95 persen SI dapat meningkatkan pendidikan anak dan 90 persen meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK). 92 persen dapat meningkatkan pendidikan inklusi bagi ABK.

Simak Video Berikut Ini:

Kamus SI

Budi dan ahli lainnya telah menyusun kamus SI dengan dua kali revisi pada 2013 dan 2018.

“Kami telah menyusun kamusnya, sudah revisi dua kali. Yang pertama pada 2013 sekitar 570 kata. Berikutnya telah kita kembangkan pada 2018 sudah 600 kata lebih,” ujar Budi dalam webinar Konekin, ditulis pada Selasa (27/10/2020).

Selain dalam bentuk fisik, kamus SI juga tengah diupayakan dalam bentuk  digital. “Kami juga sedang dalam proses untuk mendapatkan pengakuan produk dan sebagainya.”

Budi menambahkan, SI lebih mirip dengan bahasa isyarat Indonesia (Bisindo) ketimbang sistem isyarat bahasa Indonesia (SIBI). Maka  dari itu, penggunaan SI tidak mengisyaratkan ejaan kata per kata melainkan gerakan-gerakan isyarat yang memiliki makna tertentu.

“Karena SI berbasis sains, ini hampir sejalan dengan Bisindo yang hakikatnya adalah sains tadi yang tidak harus dieja satu per satu, maka (dalam SI) ada pola-pola sains yang digunakan di perguruan tinggi, masyarakat, dan keluarga.”

Pengembangan SI di perguruan tinggi dilakukan dengan penelitian dengan dorongan dana Pansus Kemendikbud Belmawa Tahun 2019. Hasilnya, ada 150 kata SI yang berhubungan dengan perguruan tinggi.

Sedang, di taman kanak-kanak (TK) pengembangan SI dilakukan dengan penelitian pada 2019 dengan suntikan dana dari Open University UK. Produknya berupa buku cerita (Story Big Book) berjudul “Pemberian Ayah” yang berbasis SI di TK inklusi. 

Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya